Di Antara Negara G7, IMF Sebut Inggris Bakal Jadi Negara dengan Pertumbuhan Ekonomi Terlambat

IMF meramal Inggris akan melihat pertumbuhan ekonomi paling lambat dari negara anggota G7 di 2023 mendatang.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Jul 2022, 17:16 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2022, 14:44 WIB
Inflasi Inggris Sentuh Level Tertinggi dalam 40 Tahun
Seorang pria berjalan membawa tas belanja di distrik Piccadilly di pusat kota London, Rabu (18/5/2022). Kantor Stastitik Nasional (ONS) Inggris mengatakan pada Rabu (18/5), inflasi indeks harga konsumen meningkat menjadi 9% dalam 12 bulan hingga April, dari 7% pada bulan Maret. (AP Photo/Matt Dunham)

Liputan6.com, Jakarta - Inggris diprediksi akan melihat pertumbuhan ekonomi paling lambat dari negara anggota G7 tahun depan.

Hal itu diungkapkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Dilansir dari BBC, Rabu (27/7/2022) IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Inggris akan turun menjadi hanya 0,5 persen pada tahun 2023, jauh lebih rendah dari perkiraan awal pada bulan April sebesar 1,2 persen. 

IMF juga menyebut, ekonomi global menyusut untuk pertama kalinya sejak tahun 2020, dihantam perang Rusia-Ukraina dan Covid-19.

Badan itu melanjutkan bahwa, dengan terhentinya pertumbuhan ekonomi di Inggris, AS, China, dan Eropa, dunia mungkin akan segera tertatih-tatih di tepi resesi global.

"Kami melihat bahwa masyarakat merasakan dampak kenaikan harga, yang disebabkan oleh faktor ekonomi global, yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina," kata juru bicara Kementerian Ekonomi dan Keuangan Inggris dalam sebuah pernyataan.

IMF pun juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global 2022 menjadi hanya 3,2 persen dan memperingatkan risiko perlambatan menjadi lebih parah.

Dikatakan harga yang naik cepat harus diperhatikan sebagian penyebab perlambatan ekonomi, dengan rumah tangga dan bisnis dibebani oleh biaya pinjaman yang tinggi karena pembuat kebijakan menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi.

"Ekonomi global, yang masih belum pulih dari pandemi dan invasi Rusia di Ukraina, menghadapi prospek yang semakin suram dan tidak pasti," ungkap Ekonom Pierre-Olivier Gourinchas dalam sebuah blog yang menguraikan perkiraan ekonomi terbaru badan pemberi pinjaman internasional itu.

"Prospek telah menjadi gelap secara signifikan sejak April, di mana IMF terakhir kali mengeluarkan perkiraan," tambahnya.

Selain itu, orobabilitas resesi di negara-negara G7 seperti Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, AS, dan Inggris kini disebut berada di sekitar 15 persen. Angka ini hampir empat kali lebih tinggi dari biasanya.

IMF Pangkas Lagi Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Global

Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)
Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)

Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi globa di tengah inflasi yang tinggi di sejumlah negara dan dampak dari perang Rusia-Ukraina.

Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (27/7/2022) dalam pembaruan laporan World Economic Outlook, IMF mengatakan bahwa pertumbuhan PDB riil global akan melambat menjadi 3,2 persen pada 2022 dari perkiraan semula 3,6 persen pada April 2022.

IMF menyebut, PDB dunia sebenarnya berkontraksi pada kuartal kedua karena penurunan ekonomi di China dan Rusia.

Badan tersebut juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2023 mendatang menjadi 2,9 persen dari perkiraan semula 3,6 persen pada bulan April, mengutip dampak kebijakan moneter yang lebih ketat.

Padahal, pada 2021 lalu pertumbuhan ekonomi dunia telah pulih menjadi 6,1 persen setelah pandemi Covid-19 membuat output global anjlok pada tahun 2020 dengan kontraksi 3,1 persen.

"Prospek telah menjadi gelap secara signifikan sejak bulan April. Dunia mungkin segera tertatih-tatih di tepi resesi global, hanya dua tahun setelah yang terakhir," kata Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas dalam sebuah pernyataan.

Selain itu, untuk Amerika Serikat, IMF mengkonfirmasi perkiraan pertumbuhan 2,3 persen pada 2022 dan 1,0 persen untuk 2023 mendatang, yang sebelumnya telah terpangkas dua kali sejak bulan April karena permintaan yang melambat di negara itu.

Tak hanya AS, IMF juga memangkas ramalan pertumbuhan PDB China 2022 menjadi 3,3 persen dari 4,4 persen pada April 2022, karena wabah terbaru dan pembatasan ketat Covid-19 di negara itu membatasi produksi dan memperburuk gangguan rantai pasokan global.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

IMF Pangkas Ramalan Ekonomi Zona Euro

Kasus Covid-19 di Jerman
Orang-orang terlihat di luar Stasiun Kereta Pusat Berlin di Berlin, ibu kota Jerman, pada 6 Agustus 2020. Kasus COVID-19 di Jerman bertambah 1.045 dalam sehari sehingga total menjadi 213.067, seperti disampaikan Robert Koch Institute (RKI) pada Kamis (6/8). (Xinhua/Shan Yuqi)

Memburuknya krisis di sektor properti China juga menurunkan penjualan dan investasi di real estate negara itu.

Menurut IMF, dukungan fiskal tambahan dari Beijing dapat meningkatkan prospek pertumbuhan, tetapi perlambatan berkelanjutan di China yang didorong oleh wabah Covid-19 dan lockdown akan memicu dampak yang cukup serius.

Berlanjut di zona euro, atau Eropa, di mana IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi 2022 menjadi 2,6 persen dari 2,8 persen pada April 2022, yang mencerminkan dampak inflasi dari perang Rusia-Ukraina.

Pemangkasan besar untuk proyeksi ekonomi dikeluarkan untuk beberapa negara Eropa, yang melihat banyak dampak perang di Ukraina,  termasuk Jerman, yang melihat prospek pertumbuhan 2022 turun menjadi 1,2 persen dari 2,1 persen pada April.

Italia, sementara itu melihat peningkatan dalam prospek pertumbuhan 2022 karena prospek yang lebih baik di sektor pariwisata dan kegiatan industri.

Tetapi IMF memperingatkan pekan lalu bahwa Italia juga bisa mengalami resesi yang dalam karena embargo gas Rusia.

IMF Sebut Ekonomi RI Membaik, Pengembang Pede Pasar Properti Cerah

Langit Biru Hiasi Jakarta
Suasana cerah kota Jakarta, Selasa (1/12/2020). Kota Jakarta dengan langit biru menambah keindahan hutan beton. BMKG bahwa kualitas udara Jakarta jadi baik dalam dua minggu ini, Jakarta mengalami hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang. (merdeka.com/Imam Buhori)

Situasi market properti tanah air diyakini oleh sejumlah pihak akan tetap membaik meski dunia usaha dibayangi berbagai isu global.

Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan International Moneter Fund (IMF) yang memastikan bahwa perekonomian Indonesia dalam kondisi baik, akan menciptakan sentimen positif bagi pelaku industri tanah air terutama pasar properti nasional.   

Melihat hal ini, Bukit Podomoro Jakarta masterpiece Agung Podomoro Land turut ambil bagian dengan terus menggerakkan pasar properti dan mengambil inisiatif terdepan melalui aktivitas groundbreaking Premium Club House.

Bagi Bukit Podomoro Jakarta, di tengah kenaikan inflasi, sektor properti menjadi pilihan investasi yang paling aman. Sebagai sektor riil, properti merupakan instrumen investasi yang nyata dan tidak tergerus inflasi. Di tengah ancaman resesi global, aset properti akan tetap mengalami kenaikan harga dan mendatangkan keuntungan. 

Marketing Director PT Agung Podomoro Land Tbk. Agung Wirajaya menjelaskan setelah pandemi, tahun ini dunia menghadapi tantangan ekonomi yang lain, yaitu kenaikan inflasi global.

Mempercepat pembangunan berbagai proyek properti termasuk Bukit Podomoro Jakarta merupakan upaya Agung Podomoro Land dalam mengatasi dampak kenaikan inflasi dan mendukung perputaran ekonomi dapat terus berjalan.  

"Saat terjadi inflasi hunian sebagai aset properti merupakan instrumen investasi yang paling aman dengan capital gain yang signifikan karena harganya akan terus naik. Ditambah kawasan huniannya dilengkapi dengan fasilitas premium club house dan fasilitas lengkap lainnya, tentu akan semakin meningkatkan nilai investasi aset tersebut. Pembangunan Premium Club House diawal ini adalah sebagai bukti komitmen dan keseriusan kami dalam membangun Bukit Podomoro Jakarta,” tutur Agung.  

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya