Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury minta PT Pupuk Iskandar Muda untuk meningkatkan produksinya. Tujuannya, untuk turut berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.
Wamen Pahala menyebut, upaya yang dilakukan mulai dari pengembangan pabrik NPK dan pengembangan Green Industry Cluster (GIC) atau Klaster Industri Hijau.
Anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) ini tengah melakukan sejumlah upaya guna meningkatkan kapasitas produksinya. Antara lain melalui pembangunan pabrik NPK berkapasitas 500 ribu ton per tahun dan reaktivasi pabrik urea PIM-1.
Advertisement
“Kami berharap pabrik NPK ini bisa diselesaikan dan dikomersialisasikan pada bulan November atau Desember tahun ini,” tutur Pahala dalam keterangannya, Kamis (11/8/2022).
Menurutnya, penambahan kapasitas produksi NPK ini merupakan langkah besar untuk pengembangan PT PIM ke depan. “Alhamdulillah, tadi saya dilaporkan Direksi PT PP, perkembangannya cukup baik dan penyelesaiannya bisa dicapai sekitar Bulan November,” tambahnya.
Pahala menyebut kebutuhan nasional pupuk NPK saat ini adalah sekitar 8 juta ton, sedangkan kapasitas produksi Pupuk Indonesia Grup adalah 3,4 juta ton. Artinya, tambahan kapasitas produksi sebesar 500 ribu ton ini tentunya berkontribusi signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pupuk NPK nasional.
Ia juga menambahkan pabrik NPK ini nantinya harus didukung oleh pemenuhan feedstock atau bahan baku yang baik. Terutama bahan baku potas atau kalium yang berasal dari Rusia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Reaktivasi Pabrik
Selain melalui pembangunan pabrik NPK baru, Pahala juga mendukung upaya PT PIM melakukan reaktivasi pabrik PIM-1. Reaktivasi ini diharapkan juga dapat menambah kapasitas produksi urea PT PIM. Tantangan dalam melakukan reaktivasi ini adalah masih adanya kendala pasokan gas.
“Saat ini kita sedang menunggu bagaimana dapat memperoleh pasokan gas untuk reaktivasi PIM-1, dimana kita ketahui kebutuhannya adalah sekitar 55 MMSCFD. Jadi ini sedang kita upayakan dengan berkoordinasi dengan holding Pupuk Indonesia, juga Pertamina dan PGN”, tutur Pahala.
Lebih lanjut Pahala mengungkapkan bahwa dalam rangka ketahanan energi, Kementerian BUMN juga mempunyai inisiatif pengembangan Klaster Industri Hijau.
“Klaster Industri Hijau adalah kawasan industri yang menggunakan energi berbasis green”, tutur Pahala.
Salah satu komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan di PT PIM adalah Blue dan Green Ammonia.
“Kami berharap kawasan industri ini bisa segera direalisasikan. Dengan adanya klaster industri hijau menjadikan PT PIM bukan hanya perusahaan pupuk tapi juga perusahaan yang bisa mendukung ketahanan pangan dan ketahanan energi”, demikian jelas Pahala.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Strategi Tekan Emisi
Direktur Portofolio dan Pengembangan Bisnis Pupuk Indonesia, Jamsaton Nababan, mengungkapkan pengembangan Kawasan ini sesuai dengan strategy house green industry cluster Kementerian BUMN. Dimana menargetkan reduksi karbon hingga 29% di tahun 2030, dan net-zero emission pada tahun 2060.
Strategi yang dilakukan, misalnya, pemanfaat energi baru dan terbarukan, implementasi teknologi carbon capture, peningkatan efisiensi, serta pengembangan bisnis dan industri ramah lingkungan.
Terkait dengan pasokan gas untuk reaktivasi PIM-1, Ia menyebutkan bahwa pihaknya telah mengajukan permohonan dukungan kepada Kementerian ESDM untuk pengadaan LNG, baik melalui pasokan dalam negeri maupun impor.
“Kementerian ESDM juga telah merespon dan memberikan dukungannya untuk pengadaan LNG tersebut," kata Jamsaton.
Lebih lanjut, Direktur Utama PT PIM, Budi Santoso Syarif menyatakan apresiasinya atas kunjungan Wamen BUMN I.
“Kami siap mewujudkan Klaster Industri Hijau di area PT PIM. Dan kami juga didukung oleh lokasi yang strategis, serta fasilitas dan utilitas pendukung yang memadai, seperti Pelabuhan, jaringan interkoneksi listrik dan air, serta jaringan pipa gas.”, kata Budi.