Tekan Emisi Karbon, Limbah Pertanian Bisa Gantikan Energi Fosil

Limbah pertanian Biomassa yang digunakan untuk menggantikan energi fosil dalam proses produksi.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Nov 2022, 17:20 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2022, 17:20 WIB
Hiruk-pikuk Petani Gorontalo Sambut Musim Panen dengan Bergotong royong
Sejumlah petani membawa hasil panen padi di Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Jumat (15/3). limbah pertanian Biomassa yang digunakan untuk menggantikan energi fosil dalam proses produksi, sedangkan biomassa berkualitas tinggi lainnya adalah Green Biocoal, sebuah biomassa yang nilai kalornya sudah ditingkatkan melalui proses inovatif. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Jakarta SCG memperkenalkan beberapa inovasi hijau pada perhelatan APEC 2022 yang dihelat di Thailand pada 14-19 November 2022. Dalam ajang ini SCG bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk kembali mendukung terwujudnya ekonomi hijau dan mendorong pemulihan perekonomian pasca pandemi COVID-19.

President of Cement-Building Materials Business SC Nithi Patarachoke mengatakan, salah satunya, SCG menampilkan Solusi Transisi Energi dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Misalnya, limbah pertanian Biomassa yang digunakan untuk menggantikan energi fosil dalam proses produksi, sedangkan biomassa berkualitas tinggi lainnya adalah Green Biocoal, sebuah biomassa yang nilai kalornya sudah ditingkatkan melalui proses inovatif.

"Biocoal hijau tersebut digunakan sebagai pengganti batubara dan menjadi inisiatif untuk mengurangi pembakaran terbuka dan PM 2.5. Serta, solusi energi bersih terintegrasi ‘SCG Cleanergy’ hadir dalam bentuk smart grid untuk memudahkan pertukaran daya yang dihasilkan oleh energi bersih," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (23/11/2022).

 

SCG juga memperkenalkan CPAC 3D Printing Solution untuk memproduksi Chalom – logo APEC 2022 Thailand pertama dan satu-satunya di dunia. Perangkat ini adalah solusi pencetakan 3D berskala besar yang dibuat dengan semen hibrida rendah karbon SCG untuk pekerjaan struktural yang ramah lingkungan. Perangkat ini memiliki kecepatan konstruksi yang sangat baik dan dapat mengurangi limbah material setidaknya 70 persen.

Berkolaborasi dengan APEC 2022 Thailand, Chalom akan ditempatkan di lautan untuk menghidupkan kembali terumbu karang alami yang rusak, menumbuhkan keanekaragaman hayati yang lebih besar di ekosistem laut, dan mempromosikan pariwisata dan pendapatan umum yang berkelanjutan bagi masyarakat.

 

 

Inovasi Hijau

SCG Gunakan Energi Alternatif Ramah Lingkungan untuk atasi Tinggnya Biaya Bahan Bakar
SCG Gunakan Energi Alternatif Ramah Lingkungan untuk atasi Tinggnya Biaya Bahan Bakar. foto: istimewa

Selain menampilkan berbagai inovasi hijau, SCG juga menjadi APEC Communication Partners dengan menyediakan properti dan dekorasi green meeting.

"SCG bangga menjadi APEC Communication Partners untuk APEC Economic Leaders Meeting. Sepanjang tahun, SCG mendukung pertemuan ramah lingkungan, dan mendekorasi tempat dengan inovasi kertas daur ulang.” tambah Nithi. 

Material seperti kertas daur ulang memungkinkan properti meeting seperti backdrop, podium, peralatan komunikasi, dan perlengkapan press center bagi media ini bisa digunakan hingga 14 kali atau meliputi satu tahun acara.

Desainnya estetik, tahan lama, dapat digunakan kembali, ringan, portabel, dan dapat didaur ulang pasca penggunaan. Setelah digunakan, properti acara tersebut dapat didaur ulang menjadi rak buku ramah lingkungan dan dibagikan ke sekolah-sekolah di Thailand.

Menilik Strategi Pakar untuk Indonesia Capai Energi Bersih dan Berkelanjutan

Hadapi Global Warming, Mesin Penghisap Emisi Karbon Kini Dibangun
Emisi karbon merupakan kunci penting untuk menghindari perubahan iklim saat ini. Solusinya adalah mesin penghisap karbon di Swiss. (Pixabay)

Perubahan iklim sekarang ini merupakan suatu masalah yang memang sudah terjadi, seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia juga turut merasakannya.

Terdapat banyak indikator yang menunjukan adanya hal ini, salah satunya ditandai dengan banyaknya anomali cuaca yang ada di seluruh dunia.

Sebagai contoh, wilayah Asia Selatan mengalami perubahan cuaca ekstrem dengan temperatur sangat tinggi, yaitu suhu yang mencapai 50 derajat Celcius dengan intensitas panas yang lebih tinggi dan frekuensi bertambah banyak.

Selain itu, wilayah Eropa juga mengalami masalah serupa. Inggris melampaui suhu panas ekstrem dan menyusutnya sungai di Jerman adalah sedikit dari sekian fenomema yang telah terjadi.

"Kondisi cuaca mengalami perubahaan yang luar biasa dengan dampak yang signifikan juga di dalamnya. Indonesia sendiri mempunyai waktu yang tidak banyak karena saat ini temperatur Bumi naik 1,1%," ucap Fabby Tumiwa selaku Executive Director dari Institute of Essential Services Reform (IESR) dalam acara "Muda Bersuara 2022: Aspirasi Iklim Generasi Emas 2045 untuk Presidensi G20 Indonesia" yang digagas FPCI bersama dengan 30 universitas di Indonesia, Kamis 29 September 2022.

Ia juga mengatakan bahwa Indonesia hanya mempunyai waktu kurang dari satu dekade untuk dapat memangkas emisi gas rumah kaca secara besar-besaran. Menurutnya, Indonesia harus melakukan transisi energi dengan cara melakukan perubahan terhadap pengembangan sumber daya energi berbasis fosil.

"Listrik merupakan salah satu sumber daya energi terbesar di negara kita, pembangkit listrik saat ini harus menerapkan bauran energi terbarukan agar terjadi pengurangan energi kotor secara besar-besaran," ujar Fabby Tumiwa.

Namun, sambungnya, sekarang ini masih banyak target yang belum dicapai di mana masih banyak perubahan kebijakan yang dicapai.

Transisi Energi

Ilustrasi Perubahan Iklim
Ilustrasi perubahan iklim. (dok. Unsplash.com/Lucas Marcomini/@lucasmarcomini)

Pertumbuhan penduduk sejalan beriringan dengan permintaan dan kebutuhan energi.

Indonesia pada 2045 ingin keluar dari zona penggunaan energi kotor yang nyatanya berdampak dalam merusak iklim dan lingkungan.

Untuk itu perlu adanya transisi energi yang akan merubah energi kotor menjadi energi bersih.

Fabby Tumiwa mengatakan bahwa dampak yang dihasilkan nantinya bukan hanya bagi sektor energi, namun juga sektor lahan yang nantinya akan menjadikan lingkungan menjadi lebih baik.

Sekarang ini, imbuhnya, setiap negara sudah memiliki keinginan dan komitmen untuk menyeleseikan permasalahan perubahan iklim secara ekstrem yang terjadi.

Transisi energi memerlukan beberapa elemen dengan pengkajian mengenai bagaimana cara untuk melakukannya, dan dengan cara apa Indonesia bisa melakukannnya.

Permasalahan mengenai energi kotor, tegasnya, harus dilakukan mulai dari sekarang agar nantinya kedepan negara ini mempunyai cadangan dan sumber energi yang bersih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya