OJK: Pendapatan Premi Asuransi capai Rp 255,2 Triliun per Oktober 2022

OJK mencatat akumulasi pendapatan premi sektor asuransi selama periode Januari sampai dengan Oktober 2022 mencapai Rp255,20 triliun

oleh Tira Santia diperbarui 06 Des 2022, 17:15 WIB
Diterbitkan 06 Des 2022, 17:15 WIB
Ilustrasi Asuransi
Ilustrasi asuransi (Gambar oleh kalhh dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat akumulasi pendapatan premi sektor asuransi selama periode Januari sampai dengan Oktober 2022 mencapai Rp255,20 triliun, atau tumbuh sebesar 1,81 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Ogi Prastomiyono, menyampaikan akumulasi premi asuransi umum juga tumbuh sebesar 16,93 persen yoy selama periode yang sama, hingga mencapai Rp97,78 triliun per Oktober 2022.

“Namun demikian, akumulasi premi asuransi jiwa terkontraksi sebesar -5,76 persen yoy dibanding periode sebelumnya, dengan nilai sebesar Rp157,42 triliun per Oktober 2022,” kata Ogi Prastomiyono dalam konferensi Pers RDKB November 2022, Selasa (6/12/2022).

Disisi lain, OJK mencatat nilai outstanding piutang pembiayaan tumbuh 12,17 persen yoy pada Oktober 2022 menjadi sebesar Rp402,6 triliun, didukung pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 31,6 persen yoy dan 23,7 persen yoy.

Sementara, Profil risiko Perusahaan Pembiayaan masih terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) tercatat turun menjadi sebesar 2,54 persen (September 2022: 2,58 persen). Sedangkan sektor dana pensiun tercatat mengalami pertumbuhan aset sebesar 4,20 persen yoy, dengan nilai aset mencapai Rp338,71 triliun.

 

Permodalan

20160226-Asuransi Kesehatan-iStockphoto
Ilustrasi Asuransi Kesehatan (iStockphoto)

Demikian, permodalan di sektor IKNB terjaga dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan Risk Based Capital (RBC) sebesar 464,24 persen dan 313,71 persen.

Meskipun RBC dalam tren yang menurun dan RBC beberapa perusahaan asuransi dimonitor ketat, namun secara agregat RBC industri asuransi masih berada di atas threshold sebesar 120 persen.

“Begitu pula pada gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat sebesar 2,01 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali,” pungkasnya.

Bisnis Asuransi Jiwa Bakal Booming di 2023

20160217-Ilustrasi Asuransi-iStockphoto
Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)

Bisnis asuransi di dunia diperkirakan akan tumbuh pesat di tahun 2023. Sebabnya, masyarakat dunia mulai menyadari pentingnya proteksi kesehatan dan juga antisipasi terhadap penyakit kritis.

"Bisnis asuransi jiwa akan booming di tahun depan secara global. Akan sangat banyak orang membeli asuransi kesehatan dan penyakit kritis. Ini mengemuka dalam sebuah event global belum lama ini yang saya ikuti m," ungkap Country Chair MDRT Indonesia 2021-2023, Dedy Setio di sela peluncuran buku Jejak Langkah Para Pemenang - Kumpulan Kisah Sukses 50 Agen Asuransi Jiwa di Jakarta, dikutip Sabtu (5/11/2022).

Dedy menjelaskan, kesadaran akan pentingnya memiliki polis asuransi kesehatan pribadi dan penyakit kritis meningkat setelah belajar dari pandemi Covid-19.

"Saat ini banyak orang terlena dengan asuransi kesehatan dari perusahaan. Tetapi itu hanya 1 sampai 2 tahun saja proteksinya. Sementara asuransi khusus penyakit kritis atau asuransi pribadi, itu diproteksi dengan limit hingga ratusam juta. Ini yang mulai disadari di luar negeri. Kita berharap potensi positif ini juga akan terjadi di Indonesia. Tinggal kita mau ambil peluangnya atau tidak," jelasnya.

 

Sejalan dengan Literasi Keuangan

Ilustrasi proteksi keluarga dengan asuransi
Ilustrasi proteksi keluarga dengan asuransi/Shutterstock-Monster Ztudio.

Potensi pertumbuhan bisnis asuransi jiwa ini tentunya diharapkan sejalan dengan tingkat literasi dan inklusi keuangan yang diumumkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.

Sebabnya, dari sektor asuransi, produk-produk asuransi jiwa masih sangat minim di masyarakat. Terlihat dari jumlah polis individu yang baru mencapai 7 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Lantas bagaimana agar penetrasi asuransi jiwa lebih besar lagi?

Miliana Marten, mantan Country Chair MDRT Indonesia di kesempatan yang sama mengungkapkan salah satu solusi dalam mendorong peningkatan penetrasi asuransi jiwa, yakni perbanyak agen asuransi jiwa yang kompeten dalam menawarkan produk asuransi jiwa kepada masyarakat.

"Produk asuransi jiwa itu tidak kelihatan, maka perlu banyak agen yang datang menemui masyarakat untuk menjelaskan kegunannya dan menawarkan produk asuransi. Tentunya agen yang kompeten, profesional, sehingga bisa diterima nasabah," ungkap Miliana.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya