Harga Beras Mahal, Mentan Sebut Gara-gara Hal Ini

Mentan menyatakan berdasarkan data BPS yang menjadi acuan Kementan bahwa stok beras nasional cukup, bahkan surplus.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 16 Des 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 16 Des 2022, 10:00 WIB
Penjual bahan pokok di Pasar Anyer, Bogor. Harga beras naik.
Penjual bahan pokok di Pasar Anyer, Bogor. Harga beras naik.

Liputan6.com,Bogor - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan kenaikan harga beras belakangan ini dipicu karena gangguan pasokan menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

"Biasanya harga naik karena momentum, dan momentum itu berkaitan dengan ekosistem. Ada masalah transportasi, ada masalah logistik, pedagang dan lain-lainnya," ujar Syahrul di Bogor, Kamis (15/12/2022).

Menurutnya, kenaikan harga beras pada momentum hari raya keagamaan dianggap lumrah. Kondisi ini terjadi karena di tingkat petani hingga distributor ingin memanfaatkan peningkatan gairah konsumsi masyarakat di momen tertentu.

"Sepanjang itu baik untuk petani, wajar bagi petani, dan tidak memberatkan yang lain, saya kira wajar kalau harganya semakin baik (di tingkat petani)," ujarnya.

Namun yang paling penting, kata mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini, stok beras nasional aman hingga beberapa bulan ke depan.

"Kalau stok (beras) data dari BPS, dari petani aman. Kalau harga memang naik, tentu dinamikanya ada, tapi yang penting ketersediaan (aman)," ujarnya.

Syahrul menyatakan berdasarkan data BPS yang menjadi acuan Kementan bahwa stok beras nasional cukup, bahkan surplus.

Menurut data luas panen dan produksi padi yang dirilis BPS pada Oktober 2022, total luas panen padi 2022 diperkirakan mencapai 10,61 juta hektar atau naik 1,87 persen dari 2021.

Dari luas panen tersebut, diperkirakan total produksi padi mencapai 55,67 juta ton gabah, meningkat 2,31 persen dari 2021.

Jika dikonversi, produksi beras diproyeksi mencapai 32,07 juta ton, meningkat 2,29 persen dari produksi tahun lalu. 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya