Cerita Data Analyst Resign Hingga Raup Rp 9 Miliar dari Konten TikTok

Simak cerita pengalaman Hannah Williams berhenti dari pekerjaannya sebagai data analyst hingga menjadi kreator TikTok secara penuh.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Jan 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2023, 13:00 WIB
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok.
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok. Kredit: antonbe via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Kisah inspiratif datang dari influencer TikTok berusia 26 tahun, bernama Hannah Williams. Dia menceritakan pengalamannya berhenti dari pekerjaannya sebagai data analyst hingga menjadi kreator TikTok secara penuh. 

Dilansir dari CNBC International, Selasa (3/1/2023) Williams merupakan salah satu dari banyak influencer yang meraih kesuksesan selama beberapa bulan melalui akun TikToknya, Salary Transparent Street. 

Akun tersebut membagikan pengalaman dan berbagai tips untuk berpindah-pindah pekerjaan, menegosiasikan gaji, hingga mengatur pendapatan.

Salary Transparent Street, serial TikTok yang mengajukan pertanyaan kepada orang asing. tidak seharusnya: Berapa banyak uang yang Anda hasilkan?

Seiring berjalannya waktu, konten dalam akun TikTok tersebut menjadi viral. Tak hanya Williams, tunangannya yakni James Daniels, juga memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya untuk fokus menjadi kameramen Salary Transparent Street.

Keduanya bahkan telah menempuh perjalan ke 10 negara bagian di AS, mewawancarai ratusan orang.

Sejauh ini, Salary Transparent Street telah berhasil mengumpulkan cuan atau keuntungan senilai USD 600.000 atau sekitar Rp 9,3 miliar (asumsi kurs Rp 15.700 per dolar AS).

Dalam setahun, Williams dan pasangannya hidup dengan biaya sebesar USD 200.000 (Rp. 3,1 miliar).

Tetapi Williams mengakui, keputusannya untuk menjadi kreator TikTok bukanlah hal yang mudah, juga disertai dengan risikonya dimana ia harus melepas pendapatan tetapnya dari perusahaan tempat dia bekerja.

"Saya mengetahui bahwa Anda tidak akan langsung memiliki akun yang berhasil dengan cepat, tanpa dapat dimonetisasi dengan cara apa pun," katanya.

"Ketika saya berhenti dari pekerjaan saya, saya tahu bahwa rencana cadangan jika saya gagal adalah kembali ke pekerjaan lama saya atau kembali ke industri di mana saya memiliki karir yang kuat. Jadi, ada begitu banyak sumber daya di luar sana yang dapat memberdayakan Anda untuk melakukan perubahan jika Anda mau," pungkas Williams.

 

 

Audiens Kian Bertambah

Ilustrasi
Ilustrasi aplikasi TikTok. (dok. pexels/cottonbro)

Tahun baru tampaknya menjadi momen yang cerah bagi Williams dan Salary Transparent Street. 

Akun tersebut baru saja meraih 100.000 subscriber di YouTube dan mendekati 1 juta pengikut di TikTok. Selain itu, Williams juga memiliki dua podcast baru yang akan diluncurkan pada bulan Januari dengan pembahasan lebih mendalam tentang profil pekerjaan dan berbagai kisah karier.

Menjelang peringatan satu tahun Salary Transparent Street di bulan April, Williams berharap dia akan menghasilkan pendapatan sebesar USD 1 juta.

Dia mengungkapkan, akan terus berusaha membantu menghilangkan tabu terkait gaji dengan terus memberikan dorongan pada masyarakat.

Dia juga berharap untuk memberikan dampak di luar media sosial suatu hari nanti. 

Williams sangat vokal tentang perlunya transparansi gaji yang lebih besar sebagai sarana untuk menutup kesenjangan upah, termasuk melalui undang-undang baru yang mewajibkan perusahaan untuk secara terbuka mengungkapkan rentang gaji mereka di iklan lowongan pekerjaan.

"Saya ingin memiliki suara... menggunakan platform kami untuk membuat perubahan yang benar-benar berdampak," katanya.

Twitter dan Meta PHK Massal, TikTok Justru Buka Lowongan Besar-Besaran

Bermain TikTok
Ilustrasi Aplikasi TikTok Credit: freepik.com

Platform media sosial TikTok menjadi sorotan karena berencana untuk terus merekrut karyawan baru. Hal ini bertolak belakang dengan sejumlah perusahaan teknologi di Sillicon Valley lainnya yang justru memberhentikan pembukaan lowongan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dilansir dari CNN Business, Selasa (22/11/2022) seorang sumber menyebutkan bahwa aplikasi video berdurasi pendek TikTok berkomitmen pada target mempekerjakan hampir 1.000 insinyur di kantornya di Mountain View, California, Amerika Serikat.

Target perekrutan khusus ini terkait dengan tujuan perusahaan untuk memastikan data penggunanya di Amerika Serikkat diawasi oleh tim yang berbasis di negara itu di tengah pengawasan di Washington karena hubungan perusahaan induknya ByteDance dengan China.

Berita tentang rencana perekrutan TikTok pertama kali dilaporkan oleh outlet media The Information.

CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan

Dalam sebuah pidato pekan lalu pada Bloomberg New Economic Forum di Singapura, CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan. Hal itu disampaikan menyusul isu PHK di perusahaan teknologi lain, termasuk Meta dan Amazon.

“Kami selalu lebih berhati-hati dalam hal perekrutan," ungkap Chew pada konferensi tersebut.

"Pada tahap pertumbuhan kami ini, saya pikir langkah kami, irama kami, perekrutan tepat untuk kami," tuturnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Meta mengatakan telah memangkas hingga 11.000 pekerjanya di seluruh perusahaan, dan Twitter memotong sekitar setengah stafnya di bawah pemilik baru Elon Musk.

Adapun Amazon yang juga mengkonfirmasi telah memulai PHK secara luas.

Seperti diketahui, perusahaan-perusahaan teknologi menghadapi pukulan keras dalam permintaan dan memotong ribuan posisi karena penurunan ekonomi dan kekhawatiran resesi yang meningkat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya