Tok, The Fed Kembali Kerek Suku Bunga AS 25 Basis Poin

The Fed menaikkan suku bunga ke kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen, menjadikannya suku bunga tertinggi sejak 2007.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 02 Feb 2023, 13:09 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2023, 13:09 WIB
Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve kembali menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (1/2) waktu setempat.

Melansir CNBC International, Kamis (2/2/2023) The Fed menaikkan suku bunga ke kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen, menjadikannya suku bunga tertinggi sejak 2007.

Seperti diketahui, kenaikan suku bunga The Fed untuk meredam inflasi di AS dengan membuat biaya pinjaman lebih mahal, tetapi di sisi lain juga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang dapat menyebabkan resesi.

Jajak pendapat para ekonom baru-baru ini menempatkan peluang resesi AS pada tahun 2023 sebesar 61 persen.

Meski tingkat inflasi AS sudah turun dari puncaknya sebesar 9,1 persen menjadi 6,5 persen pada Desember 2022, angka itu masih jauh di atas target acuanThe Fed sebesar 2 persen.

Oleh karena itu, Ketua The Fec Jerome Powell menegaskan  komitmennya untuk mempertahankan kenaikan suku bunga hingga inflasi AS dapat dijinakkan.

"Dampak dari kenaikan suku bunga seperempat poin cukup minim, tetapi ketika kita melihat efek kumulatif dari kenaikan suku bunga, dampaknya terhadap rumah tangga menjadi jelas," kata kepala analis keuangan di Bankrate, Greg McBride.

"Suku bunga kartu kredit telah mencapai rekor tertinggi, suku bunga jalur kredit ekuitas hampir dua kali lipat dalam satu tahun terakhir, dan dua kali lipat suku bunga hipotek membawa pasar perumahan dari merah panas ke es dingin dalam rentang beberapa bulan," bebernya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pejabat The Fed Ramal Suku Bunga AS Bakal Sampai di Atas 5 Persen pada 2023

Suku Bunga
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Sebagai bagian dari perkiraan bank sentral AS sebelumnya pada bulan Desember, 17 dari 19 pejabat The Fed memproyeksikan suku bunga akan berada di atas 5 persen hingga 2023, dengan dua di antaranya menyarankan suku bunga lebih tinggi dari 5,5 persen.

Namun, terlepas dari pernyataan Jerome Powell, investor tampaknya tidak percaya bahwa The Fed akan mempertahankan kenaikan suku bunga pada tahun 2023.

Investor saham yang dipantau FedWatch CME memproyeksikan probabilitas 97,2 persen bahwa suku bunga The Fec akan tetap berdiri di 5 persen atau kurang pada Desember 2023 mendatang. 

Secara umum, hal ini mencerminkan keyakinan bahwa resesi AS segera dekat, dan The Fed perlu mulai memangkas suku bunga tahun 2023 untuk mengamankan ekonomi, dengan inflasi yang sudah menurun dengan cepat, meniadakan perlunya kenaikan suku bunga, menurut kata Liz Young, kepala strategi investasi di SoFi, sebuah bank online.

"Saya pikir ada banyak gelembung yang mengurung bagian ekonomi, khususnya pasar tenaga kerja" katanya.  Menurut Young, hal ini berarti bahwa efek negatif dari kenaikan suku bunga pada tenaga kerja, pertumbuhan, dan keuntungan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk terlihat."

“Mimpi terburuk saya, dan mungkin mimpi terburuk investor, adalah api yang berlanjut hingga tahun 2023 dan kemudian kita mengalami resesi pada tahun 2024. Maksud saya, itu akan menjadi tahun terpanjang dalam hidup kita," ujar dia.


Rupiah Perkasa ke 14.863 per Dolar AS Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

Penyebab Rupiah Melemah
Ilustrasi Penyebab Rupiah Melemah Credit: pexels.com/Robert

Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat pada Kamis pagi seiring dengan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

Kurs rupiah pada Kamis pagi dibuka meningkat tajam 113 poin atau 0,75 persen ke posisi 14.863 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.975 per dolar AS.

"Hasil rapat FOMC yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dini hari tadi bisa menjadi pemicu penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee​ (FOMC) merupakan dewan rapat kebijakan Bank Sentral AS.

The Fed menaikkan suku bunga targetnya sebesar seperempat persentase poin pada Rabu (1/2/2023), namun terus menjanjikan "peningkatan berkelanjutan" dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempuran yang masih belum terselesaikan melawan inflasi.

Keputusan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuan ke kisaran antara 4,50 persen dan 4,75 persen, sebuah langkah yang diantisipasi secara luas oleh investor dan diisyaratkan oleh Bank Sentral AS menjelang pertemuan FOMC.

Lebih lanjut Ariston menuturkan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa tekanan inflasi di AS mulai menurun dan situasi ketenagakerjaan di AS juga masih cukup bagus.

"Ini membuka ekspektasi bahwa The Fed akan menerapkan kebijakan pengetatan moneter yang lebih longgar tahun ini," ujarnya.


Prediksi Rupiah

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pernyataan tersebut juga memberikan kelegaan di pasar keuangan. Indeks saham Asia yang merupakan aset berisiko terlihat menguat pagi ini.

Bank sentral AS tidak mengeluarkan proyeksi ekonomi baru dari pembuat kebijakannya pada Rabu (1/2/2023) tetapi menegaskan kembali komitmennya terhadap target inflasi rata-rata 2,0 persen sebagai bagian dari tinjauan tahunan prinsip-prinsip operasinya.

Ariston memperkirakan rupiah berpeluang menguat ke arah 14.850 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran 15.000 dolar AS.

Pada Rabu (1/2), nilai tukar rupiah ditutup menguat 16 poin atau 0,10 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.991 per dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya