Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan China yang beroperasi di Sudan evakuasi staf ke negara tetangga karena konflik global berlanjut. Perusahaan mengatakan memiliki rencana darurat untuk atasi situasi tersebut.
Dikutip dari Global Times, ditulis Rabu (26/4/2023), sejumlah media asing menyebutkan konflik di Sudan menambah “rintangan yang berkembang” untuk Belt and Road Initiative (BRI), perusahaan dan pakar China mengatakan dampak kerja sama Belt and Road Initiative akan bersifat sementara dan terbatas.
Baca Juga
Imbas ketegangan tidak terlihat tanda-tanda mereda, perusahaan China yang telah banyak investasi dalam pembangunan negara selama bertahun-tahun, evakuasi karyawan mereka sebagai tanggapan atas panggilan Kedutaan Besar China di Sudan, demikian disampaikan salah seorang staf perusahaan.
Advertisement
Salah satunya Natong Construction Group Co, perusahaan konstruksi milik negara yang berbasis di Jiangsu, China Timur telah investasi di negara-negara Afrika termasuk Sudan selama lebih dari 30 tahun.
Kepada Global Times, seorang manager bernama Zhang menuturkan, sembilan karyawan China di ibu kota Sudan telah dievakuasi ke Port Sudan pada Senin, 24 April 2023 di bawah pengaturan Kedutaan Besar China. Karyawan tersebut menuju ke negara tetangga seperti Mesir.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning menuturkan, situasi keamanan saat ini di Sudan tetap rumit dan serius. Pemerintah China sangat prihatin dengan keselamatan lebih dari 1.000 warga China di sana, mencatat kementerian bekerja dengan hitungan jam membantu pemindahan dan evakuasi yang aman.
Kerja Sama China dan Sudan
Meski ada kekhawatiran tentang kemungkinan dampak konflik, perusahaan telah mengecilkan kekhawatiran yang terkait dengan operasi dan investasinya.
"Situasi ini akan berdampak sangat terbatas pada proyek kami karena satu-satunya proyek yang tersisa adalah proyek perumahan yang telah selesai,” ujar Zhang.
Ia juga menambahkan, proyek perusahaan telah diasuransikan. Nantong terlibat dalam berbagai bisnis yakni hotel terutama di ibu kota Khartoum.
Manajer menyebutkan karyawan akan kembali setelah situasi stabil.
Shanghai Pharmauceutical bersama Sudan’s National Medical Supplies Fund telah membangun jalur produksi di zona industri di Khartoum, sejauh ini tidak melihat dampak khusus.
China dan Sudan telah mempertahankan kerja sama ekonomi dan perdagangan yang erat dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai salah satu negara paling awal yang bergabung dengan BRI, tidak ada kekurangan proyek yang dikembangkan China di Sudan.
Advertisement
Dampak Perang di Sudan
Sebuah laporan dari Kementerian Perdagangan China pada Januari 2022 menunjukkan perusahaan China sangat terlibat dalam proyek infrastruktur di Sudan, terhitung lebih dari 50 persen pasar kontrak lokal.
Pada akhir 2020, nilai kontrak kumulatif perusahaan China melebihi USD 30 miliar atau sekitar Rp 445,07 triliun (asumsi kurs 14.835 per dolar AS), dan USD 20 miliar atau sekitar Rp 296,71 triliun telah selesai.
Perusahaan besar China seperti China National Petroleum Co, China Three Gorges Co dan China International Water& Electric Co memiliki proyek di negara itu.
Sementara itu, tulisan oleh Zhang Xianghua, Charge d’Affaires of the Chinese Embassy di Sudan pada Maret 2023 menyebutkan, China diprediksi beri bantuan sekitar 6 miliar yuan atau USD 867 juta atau sekitar Rp 12,86 triliun ke Sudan dan membangun lebih dari 100 proyek meliputi infrastruktur, kesehatan dan pendidikan.
Profesor School of International Relations and Diplomacy Beijing Foreign Studies University, Song Wei menuturkan, mungkin ada beberapa dampak pada investasi dan perdagangan Sudan termasuk China jika situasinya berlanjut.
Song menuturkan, konflik Sudan mengingatkan investor akan perlunya memiliki mekanisme peringatan dini dan mendapatkan perlindungan asuransi yang sesuai.
Namun, dia mengatakan, keseluruhan dampak konflik terhadap investasi termasuk investasi BRI akan bersifat sementara dan pembangunan bersama proyek BRI akan terus berjalan.
“Jika suatu negara ingin berkembang, masih diperlukan investasi infrastruktur untuk menyuntikkan momentum pertumbuhan dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat,” ujar Song.