BI Luncurkan Buku Kajian Stabilitas Keuangan, Ini 3 Pesan Utama yang Disampaikan

Buku Kajian Stabilitas Keuangan ini sebagai wujud nyata dari kuatnya komitmen Bank Indonesia dan komunikasi kepada publik atas pelaksanaan tugas dan kewenangan dalam pengaturan dan pengawasan makroprudensial.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Mei 2023, 14:45 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2023, 14:45 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No. 40 bertajuk konsistensi, Inovasi dan Sinergi Kebijakan Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan Menuju Indonesia Maju, Rabu (10/5/2023).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No. 40 bertajuk konsistensi, Inovasi dan Sinergi Kebijakan Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan Menuju Indonesia Maju, Rabu (10/5/2023).

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) meluncurkan Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No. 40 bertajuk konsistensi, Inovasi dan Sinergi Kebijakan Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan Menuju Indonesia Maju.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, penerbitan buku Kajian Stabilitas Keuangan ini sebagai wujud nyata dari kuatnya komitmen Bank Indonesia dan komunikasi kepada publik atas pelaksanaan tugas dan kewenangan dalam pengaturan dan pengawasan makroprudensial.

"Komitmen dari BI ini sesuai dengan UU nomor 4 tahun 2023 tentang pengembangan dan penguatan sektor keuangan UU PPSK," kata Perry Warjiyo, dalam peluncuran buku KSK, Rabu (10/5/2023).

Gubernur BI menyebut ada tiga pesan utama dalam buku ini, yaitu pertama stabilitas sistem keuangan Indonesia pada tahun 2022 hingga Maret 2023 menunjukkan ketahanan yang kuat, dan mampu menyediakan kredit dan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional.

"Pemulihan ekonomi 2022 tumbuh sebesar 11,35 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sejak Pandemi covid-19. Ketahanan juga tetap terjaga ditopang permodalan yang kuat likuiditas yang memadai dan juga risiko kredit yang terkendali," ujarnya.

Di sisi lain, sistem keuangan Indonesia juga berdaya tahan dalam menghadapi dampak penutupan sejumlah bank di Amerika Serikat maupun dari ketatatan pasar keuangan global.

"Selain sangat terbatasnya exposure langsung kepemilikan surat berharga dolar Amerika Serikat uji ketahanan, Bank Indonesia menunjukkan kuatnya perbankan Indonesia dalam menghadapi tekanan baik dari risiko likuiditas, risiko pasar dalam kenaikannya yield SBN dan volatilitas nilai tukar Rupiah maupun risiko kredit karena rendahnya non performing loan," jelas Perry.

Sementara itu, inklusi ekonomi dan keuangan juga terus meningkat sejalan dengan kinerja UMKM yang tumbuh positif. Bank Indonesia pun bangga terhadap industri perbankan yang terus meningkatkan intermediasi penyaluran pembiayaan untuk UMKM.

 


Pemulihan Ekonomi Nasional

BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/6/2019). RDG Bank Indonesia 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pesan kedua, yaitu untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia secara konsisten menempuh kebijakan makroprudensial yang longgar.

Kebijakan makroprudensial yang longgar ini akan dilakukan dalam bauran kebijakan yang optimal bersama kebijakan moneter, yang diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi, serta sistem pembayaran untuk meningkatkan efisiensi pembayaran dan mendorong Ekonomi keuangan digital.

"Berkaitan ini kebijakan makroprudensial longgar kami harapkan untuk terus mendorong kredit dan pembiayaan perbankan bagi dunia usaha dan hal ini kami tingkatkan melalui pemberian insentif likuiditas ke bank-bank yang berkontribusi tinggi dalam penyaluran kredit kepada sektor prioritas termasuk UMKM inklusif dan hijau," ujarnya.

Kebijakan makroprudensial longgar juga ditempuh melalui loan to value, countercyclical capital buffer, rasio pemberian inklusif makroprudensial, penyangga likuiditas makroprudensial maupun transparansi suku bunga dasar kredit.

 


Inklusi Keuangan

Ketiga, Bank Indonesia memperkirakan ke depan stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga dan akan tetap kuat ditopang oleh permodalan dan likuiditas yang tinggi. Inklusi keuangan juga akan terus tumbuh termasuk pembiayaan kepada UMKM.

"Meskipun demikian kami terus memantau dan mewaspadai sejumlah tantangan yang dapat muncul ke depan. Untuk itu sinergi terus diperkuat di dalam wadah KSSK baik dalam memperkuat pencegahan krisis maupun dalam mendorong kredit pembiayaan sektor riil. Itulah tiga pesan penting dalam KSK tahun nomor 40 ini," pungkasnya.

Infografis: Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya