Liputan6.com, Jakarta Harga emas jatuh pada hari Jumat karena data pekerjaan yang tinggi dari perkiraan mengangkat imbal hasil Treasury. Sementara yang memperngaruhi harga emas dunia, tingkat pengangguran yang lebih tinggi tetap menghidupkan harapan bahwa Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga yang telah menempatkan emas di jalur untuk kenaikan mingguan.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (3/6/2023), harga emas turun 1,3 persen pada USD 1.969,6 per ons. Meski turun, harga emas mencatatkan penutupan positif untuk mingguan pertama dalam empat minggu dan kinerja mingguan terbaiknya sejak April.
Baca Juga
Nonfarm payrolls AS tumbuh sebesar 339.000 pada bulan Mei, mengalahkan ekspektasi untuk peningkatan sebesar 190.000, tetapi tingkat pengangguran naik menjadi 3,7 persen dari level terendah 53 tahun sebesar 3,4 persen pada bulan April.
Advertisement
Imbal hasil Treasury 10-tahun patokan naik, dan dolar AS naik, membuat emas batangan tanpa bunga dengan harga greenback menjadi kurang menarik.
"Fakta bahwa data sedikit beragam akan mempengaruhi di mana Fed kemungkinan besar akan melihat melalui data itu dan menindaklanjuti dengan apa pun yang mereka rencanakan," kata Everett Millman, kepala analis pasar di Gainesville Coins.
Â
Prediksi Suku Bunga AS
Pedagang menghargai peluang 70 persen bahwa pembuat kebijakan Fed akan membiarkan suku bunga tidak berubah akhir bulan ini.
Ketua Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan pada hari Kamis bahwa para gubernur bank sentral AS seharusnya tidak menaikkan suku bunga pada pertemuan mereka berikutnya.
"Optimisme seputar suku bunga ini telah mengimbangi potensi kerugian emas sekarang karena AS telah mencapai kesepakatan tentang plafon utangnya dan menghindari gagal bayar," tulis analis Kinesis Money Rupert Rowling dalam sebuah catatan.
Â
Advertisement
Pengesahan Kebijakan Utang AS
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas karena mengangkat imbal hasil Treasury.
Senat AS pada hari Kamis mengesahkan undang-undang bipartisan yang didukung oleh Presiden Joe Biden untuk mengangkat plafon utang negara.
