Satuan Kerja Khusus Kegiatan Hulu Minyak dan Gas bumi (SKK Migas) menyatakan Indonesia saat ini belum bisa mengikuti langkah mantan presiden Venezuela Hugo Chavez, yang berani melakukan nasionalisasi industri minyak dan gas bumi.
Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini menyatakan, kandungan minyak bumi di tanah air saat ini masih terhitung kecil dibandingkan cadangan yang dimiliki VeeenezUela. Venezuela memiliki 300 miliar barrel cadangan minyak, sedangkan di Indonesia hanya 3,6 juta barrel.
"Jadi Hugo punya bargaining power yang tinggi, artinya berani mengatakan 'hai orang asing keluarlah dari negeri kami'. Tapi kalau hanya punya 3,6 juta (barrel) hati-hati. Kita harus kolaborasi," kata Rudi, usai menghadiri Forum Pengelolaan Rantai Suplai di Bandung, Jumat (8/3/2013).
SKK Migas mengaku memiliki cara tersendiri dalam menasionalisasikan industri Migas yang berbeda dengan langkah Hugo Chavez. Salah satunya adalah dengan meningkatkan peran industri nasional agar bisa aktif di industri migas.Langkah itu dianggap lebih mudah dilakukan dengan risiko rendah.
Lembaga yang sebelumnya bernama BP Migas ini mengilustrasikan kerjasama antara Total E&P dengan Bank BNI yang menjadi trustee and paying agent dalam penjualan gas alam cair senilai US$ 18 miliar.
"Kalau kita bermain di hulu maka masalahnya ada risiko eksplorasi, ada risiko finansial yang mahal, risiko teknologi. Daripada lapangannya kita miliki tapi teknologinya kita beli. Lebih baik lapangan orang lain yang mengelola dan berinvestasi, tapi kita yang mengerjakannnya," ungkap Rudi. (Pew/Shd)
Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini menyatakan, kandungan minyak bumi di tanah air saat ini masih terhitung kecil dibandingkan cadangan yang dimiliki VeeenezUela. Venezuela memiliki 300 miliar barrel cadangan minyak, sedangkan di Indonesia hanya 3,6 juta barrel.
"Jadi Hugo punya bargaining power yang tinggi, artinya berani mengatakan 'hai orang asing keluarlah dari negeri kami'. Tapi kalau hanya punya 3,6 juta (barrel) hati-hati. Kita harus kolaborasi," kata Rudi, usai menghadiri Forum Pengelolaan Rantai Suplai di Bandung, Jumat (8/3/2013).
SKK Migas mengaku memiliki cara tersendiri dalam menasionalisasikan industri Migas yang berbeda dengan langkah Hugo Chavez. Salah satunya adalah dengan meningkatkan peran industri nasional agar bisa aktif di industri migas.Langkah itu dianggap lebih mudah dilakukan dengan risiko rendah.
Lembaga yang sebelumnya bernama BP Migas ini mengilustrasikan kerjasama antara Total E&P dengan Bank BNI yang menjadi trustee and paying agent dalam penjualan gas alam cair senilai US$ 18 miliar.
"Kalau kita bermain di hulu maka masalahnya ada risiko eksplorasi, ada risiko finansial yang mahal, risiko teknologi. Daripada lapangannya kita miliki tapi teknologinya kita beli. Lebih baik lapangan orang lain yang mengelola dan berinvestasi, tapi kita yang mengerjakannnya," ungkap Rudi. (Pew/Shd)