Liputan6.com, Jakarta Hasil dari studi tersebut menekankan kontribusi produk vaping terhadap upaya Pengurangan Dampak Buruk dari Tembakau (Tobacco Harm Reduction) dan menekankan kembali komitmen BAT dalam membangun Masa Depan Yang Lebih Baik (A Better Tomorrow™) dengan mengurangi dampak kesehatan dari bisnis.
Hasil terbaru dari salah satu studi produk vape terbesar yang pernah ada, yang menganalisis merek vape andalan BAT yaitu Vuse, telah diterbitkan dalam jurnal Internal and Emergency Medicine.
Baca Juga
Studi ini membandingkan pengukuran klinis antara konsumen eksklusif Vuse dengan perokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen Vuse yang berpartisipasi menunjukkan perbedaan yang positif dibandingkan dengan perokok dalam hal biomarker paparan atau biomarker of exposure (BoE) dan biomarker potensi bahaya atau biomarker of potential harm (BoPH) yang terkait dengan penyakit yang berkaitan dengan merokok.
Advertisement
"Vaping terus bertumbuh secara signifikan, karena perokok dewasa mencari produk nikotin alternatif yang berisiko lebih rendah. Itulah mengapa hasil ini sangat penting bagi Vuse, BAT dan konsumen, karena memungkinkan kita untuk lebih memahami dampak positif vaping dalam kehidupan nyata dibandingkan dengan merokok," kata Direktur Penelitian dan Sains BAT Dr James Murphy dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (18/6/2023).
Penelitian ini menunjukkan perbedaan yang jelas antara mereka yang menggunakan Vuse dibandingkan dengan perokok dan menguatkan bukti potensi risiko yang lebih rendah dari vape dan peran vape dalam Pengurangan Dampak Buruk dari Tembakau (Tobacco Harm Reduction).
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang berpartisipasi dan membantu menyelesaikan penelitian ini. Ini merupakan langkah penting dalam perjalanan kami untuk membangun Masa Depan Yang Lebih Baik," ungkap dia.
Produk vape adalah produk tembakau dan nikotin alternatif yang paling banyak dipelajari dan diterima di seluruh dunia. Data ilmiah produk vape BAT telah dipublikasikan di lebih dari 80 jurnal peer-review dan menambah bobot bukti yang mendukung peran kategori ini dalam Pengurangan Dampak Buruk dari Tembakau (Tobacco Harm Reduction).
Studi yang bersifat lintas bagian dan inovatif ini yang merupakan salah satu studi produk vape terbesar yang pernah ada - memberikan wawasan penting tentang dampak kesehatan yang nyata dari vaping.
Rokok Elektrik Alias Vape, Efektif Bantu Berhenti Merokok?
Rokok menjadi masalah serius di berbagai negara. Dampak sosial ekonomi dan kesehatannya dinilai sangat merugikan. Namun, jumlah perokok tak kunjung berkurang.
Hasil survei global penggunaan tembakau pada usia dewasa (Global Adult Tobacco Survey – GATS), seperti dirilis Kementerian Kesehatan, menunjukkan peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021.
Sementara Tobacco Atlas pada 2015 melaporkan jumlah perokok aktif sebanyak 942 juta pria dan 175 juta wanita dengan usia 15 tahun atau lebih. Cina, India dan Indonesia menyumbang 51,4 persen perokok pria di dunia, sedangkan Amerika Serikat, Cina dan India menyumbang 27,3 persen perokok wanita di dunia.
Berbagai upaya pembatasan bahkan pelarangan rokok telah dilakukan pemerintah banyak negara. Kini, populer juga langkah alternatif untuk mitigasi maraknya perilaku merokok. Adalah penggunaan rokok elektrik atau vape sebagai sarana transisi perokok untuk berhenti merokok. Sejumlah negara melirik solusi vape tersebut.
Pemerintah Inggris melalui kementerian kesehatannya mengimbau warganya yang merokok untuk beralih ke vape sebagai terapi berhenti merokok. Pemerintah memberikan vape gratis bagi pasien yang merokok. Program “swap to stop” menjadi insentif nasional 2023 untuk membantu perokok berhenti merokok dengan vape kits gratis.
Advertisement
Risiko Lebih Rendah
Pemerintah Selandia Baru menilai vape memiliki resiko lebih rendah dari rokok sehingga menyarankan perokok untuk beralih. Kementerian Kesehatan setempat meluncurkan website 'Vaping Facts' untuk membantu perokok beralih. Program vape digunakan untuk mencapai National Smokefree 2025.
Dr. Colin Mendelsohn, Chairman Australian Tobacco Harm Reduction Association mengatakan vape efektif sebagai alat bantu untuk berhenti merokok. Contohnya di di Australia, Selandia Baru, dan Inggris.
"Smoking rates di Australia dan NZ menurun drastis sejak vape diregulasi tahun 2020," paparnya secara virtual dalam workshop yang digelar RELX International di Manila, Filipina, Jumat 17 Mei 2023.
Dia menyebut vape sebagai terapi berhenti merokok 50-100 persen lebih efektif daripada program nikotin replacement lain seperti penggunaan permen.
Mengandung nikotin tanpa pembakaran atau asap, vape bisa mengurangi zat berbahaya dari asap namun bisa memberikan sensasi merokok.
"Tidak ada yang menyebut vape sehat. Tapi vape bisa jadi alternatif yang lebih baik dari rokok konvensional, less harmful substitution," kata Collin Mendelsohn yang sudah lebih dari 30 tahun fokus membantu dan melakukan penelitian untuk membantu orang-orang berhenti merokok itu.