Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Prakerja Denni Puspa Purbasari menilai pekerja yang berusia 35 tahun masuk dalam masa kritis. Menurutnya, kecakapan dalam melakukan sesuatu menjadi salah satu alasannya.
Denni mengatakan, dengan begitu, ada peran penting dari peningkatan kapasitas dan kemampuan. Ini sejalan dengan tiga hal yang diusung program Kartu Prakerja, yakni, skilling, re-skilling, dan up-skilling.
"35 tahun itu usia yang kritis, bagi siapa? Bagi pekerja kerah biru maupun pekerja kerah putih," ujarnya dalam Media Briefing di Jakarta, Selasa (20/6/2023).
Advertisement
Denni bilang, pekerja kerah biru atau diketahui sebagai profesi buruh dihadapkan pada masa kontrak yang kerap kali diterapkan dalam sistem kerjanya. Sementara, pekerja kerah putih atau karyawan perkantoran kerap dihadapkan pada jenjang karir.
"Kenapa? Karena seringkali yang Kerah biru dia sudah tidak diperpanjang kontraknya. kalau outsource biasanya tiap tahun, tapi kemudian begitu usia 35 makin sulit untuk diperpanjang," ungkapnya.
"Nah sedangkan untuk ordinary white collar workers, mereka walaupun kontraknya cukup panjang tapi berisiko mengalami stagnasi dalam skill mereka dan karir mereka dan mudah untuk digantikan dengan fresh graduate, yang lebih dinamis, ilmunya lebih baru," bebernya.
Perlu Penguatan
Lebih lanjut, dia menerangkan kalau upaya penguatan kapasitas menjadi penting menyikapi fenomena ini. Jika tidak dilakukan, khawatirnya, akan berdampak buruk pada pekerja ketika memasuki usi 35 tahun.
"Jadi kalau tidak di jumpstart dengan kemudian reskilling dan upskilling, mereka berisiko untuk determinasi, unitnya ditutup atau kemudian mereka dikeluarkan karena dianggap sudah tidak relevan denagn kebutuhan perusahaan," tegasnya.
"Semakin senior, semakin mahal, tapi kalau niali atau kontribusi yang diberikan itu kurang, sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan, maka berisiko disingkirkan. Itu sangat berisiko di usia 35 tahun," tambahnya.
Â
Penguatan Skill
Â
Menangkap hal ini, Denni mengatakan kalau Kartu Prakerja menjadi satu sarana untuk penguatan skill tadi. Apalagi lingkup Kartu Prakerja yang terbuka mulai dari usia 18 tahun. Termasuk menyediakan pelatihan skill mulai dari soft skill, hard skill, hingga literasi keuangan.
"Kenapa? Karena penting buat orang-orang Indonesia dan semua pekerja untuk menabung, berinvestasi sejak dari awal mereka bekerja. Karena apa? Mereka harus memikirkan dana darurat, mereka harus memikirkan dana pensiun, nanti supaya kualitas hidup mereka itu tidak menurun dan menjadi beban buat generasi selanjutnya," pungkasnya.
Tujuan Kartu Prakerja Gelar Konferensi Internasional
Diberitakan sebelumnya, Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja akan menggelar konferensi internasional di Nusa Dua, Bali, 3-6 Juli 2023 mendatang. Nantinya, program Kartu Prakerja akan dipresentasikan ke 300 anggota delegasi dari 70-an negara anggota Unesco.
Direktur Eksekutif Prakerja Denni Puspa Purbasari menerangkan dalam forum itu akan dibahas secara detail soal program Kartu Prakerja. Tujuannya untuk bertukar pikiran antardelegasi yang hadir.
"Tujuan kita mengadakan konferensi itu adalah menyediakan forum diskusi untuk ktia menyebarluaskan prakerja tapi di sisi lain kita mencari input dari negara lain, apa yang bisa diperbaiki, dan kemudian apa yang bisa dihindari supaya itu tidak go wrong," ujarnya dalam Media Gathering, di Jakarta, Selasa (20/6/2023).
Â
Advertisement
Peluang Kerja Sama
Pada kesempatan yang sama, nantinya akan dicari peluang-peluang kerja sama dengan negara-negara anggota Unesco. Utamanya dalam lingkup penguatan pembelajaran yang jadi fokus program Kartu Prakerja.
"Kemudian kita juga ingin bertukar pikiran terjadi peer-to-peer learning dengan negara-negara Unesco supaya kemudian kita bisa mencari aspek atau area of collaboration," bebernya.
"Kita kemudian bisa saling mencontoh, what works what doesnt, sehingga yang belum sampai kepada titik itujangan sampai mengulang kesalahan dari negara lain," tambah Denni.
Denni melihat peluang ini sebagai upaya untuk membahas tantangan yang dihadapi negara berkembang dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di negaranya. Maka, diperlukan diskusi secara intens dengan jumlah peserta yang dibatasi per negara.
"Itulah gunanya forum diskusi yang intens hanya 300 peserta multi negara itu. Karena masalah yang dihadapi Indonesia saya yakin masalah bersama. negara berkembang juga menghadapi penganggurran, menghadapi diarupsi semuanya sama," tuturnya.