PR Indonesia Jadi Negara Maju, Pendapatan per Kapita Harus Naik 6 Kali Lipat

Untuk menjadi negara maju, pendapatan per kapita Indonesia minimal USD 23.000.

oleh Elza Hayarana Sahira diperbarui 21 Jun 2023, 15:40 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2023, 15:40 WIB
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan dalam diskusi bertajuk Memanfaatkan Devisa Hasil Ekspor Sebagai Instrumen Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Rabu (21/6/2023). Dia menyebut, untuk menjadi negara maju, pendapatan per kapita Indonesia minimal USD 23.000.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan menjelaskan, Indonesia sedang berupaya mencapai cita-cita menjadi negara maju. Harapannya, setelah 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045, ekonomi akan membaik, termasuk ekonomi digital.

"Cita-citanya kan ingin menjadi negara maju, nah untuk menjadi negara maju itu pasti salah satu indikatornya adalah digital ekonomi," ujar Kasan dalam diskusi bertajuk Memanfaatkan Devisa Hasil Ekspor Sebagai Instrumen Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Rabu (21/6/2023).

Kasan mengatakan sebagai negara maju, pendapatan per kapita yang dirancang oleh Bappenas di bawah koordinasi Kementerian Perekonomian, mensyaratkan pendapatan per kapita Indonesia minimal USD 23.000. Seperti tahun ini, pendapatan per kapita Indonesia hanya USD 4.200

"Dari sekarang posisi sekitar USD 4 ribu, berarti kan harus 6 kali lipat. Enam kali lipat itu pertumbuhan ekonomi, komponennya salah satunya adalah terkait dengan Devisa Hasil Ekspor (DHE)," ungkap Kasan.

Devisa Hasil Ekspor

Menurut Kasan, penerimaan ekspor dalam  Devisa Hasil Ekspor (DHE) berasal dari bahan mentah dan sumber daya alam hilir (SDA). Berdasarkan peraturan terbaru, eksportir harus menyimpan dolar ekspornya di bank nasional selama tiga bulan, mulai bulan lalu.

Peraturan baru membawa banyak keuntungan bagi Indonesia ketika uang masuk ke sistem keuangan. Hal ini berdampak besar dalam menstabilkan nilai tukar rupiah dan meningkatkan cadangan devisa negara. 

"Sebenarnya peran dari devisa hasil ekspor dalam pertumbuhan ekonomi itu akan menjadi salah satu sektor penggeraknya. Menuju cita-cita Indonesia menjadi negara maju ditahun 2045 atau 100 tahun merdeka," paparnya

 

 

Devisa Hasil Ekspor

Diskusi bertajuk Memanfaatkan Devisa Hasil Ekspor Sebagai Instrumen Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Rabu (21/6/2023).
Diskusi bertajuk Memanfaatkan Devisa Hasil Ekspor Sebagai Instrumen Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Rabu (21/6/2023).

Kemudian, Sejak 3 Mei 2023, Bank Indonesia (BI) telah menampung Devisa Hasil Ekspor(DHE) senilai US$ 363 juta (AS) yang dikumpulkan dari 16 eksportir. Ke-16 eksportir tersebut meliputi operasi di sektor pertambangan, pertanian, dan perikanan.

Dengan tambahan DHE mendatang, likuiditas dolar AS akan meningkat. DHE juga menjaga stabilitas sektor keuangan Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Saat ini, peluang Indonesia menjadi negara maju semakin terbuka meski tekanan berat pascapandemi Covid-19. Hal itu diyakini ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah, saat menghadiri forum bisnis OCBC NISP di Jakarta, Selasa (21/3/2023).

Menurutnya, perekonomian Indonesia harus tumbuh 8% per tahun dalam jangka waktu 10 tahun agar Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.

“Hitungan yang sudah kita lakukan menunjukkan kita perlu pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen per tahun, selama periode 10 tahun,” ujarnya, Selasa (21/3/2023).

 

Contoh China

Diskusi bertajuk Memanfaatkan Devisa Hasil Ekspor Sebagai Instrumen Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Rabu (21/6/2023).
Diskusi bertajuk Memanfaatkan Devisa Hasil Ekspor Sebagai Instrumen Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Rabu (21/6/2023).

Peter memberi contoh China. Diketahui bahwa Negeri Tirai Bambu telah mencapai tingkat pertumbuhan lebih dari 12% per tahun selama 10 tahun terakhir. Sedemikian rupa sehingga sekarang, China dianggap sebagai negara dengan ekonomi terbaik.

"Nah jika kita dapat menerapkan itu terhadap perekonomian di Indonesia, maka kita bisa segera menyusul negara maju lainnya pada 2045," terangnya.

Menurut Piter, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata hanya 5% per tahun tidak mampu menarik banyak tenaga kerja.

“Angkatan kerja kita setiap tahun mencapai sekitar 4 juta. Sementara itu, dengan pertumbuhan ekonomi kira-kira hanya sebesar 5 persen per tahun, kita hanya bisa menyerap sekitar 1,25 juta,” ungkapnya.

Untuk itu, pemerintah perlu menarik lebih banyak investasi sumber daya alam (SDA) ke hilir untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi 8% per tahun. Itu juga menyedot banyak tenaga kerja.

“Kita perlu optimistis karena kita memiliki semua syarat yang dibutuhkan untuk menjadi negara maju. Tapi kalau kita tidak bisa mengoptimalkannya, kita kesulitan menjadi negara maju di 2045,” tegasnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya