Ekonomi Dunia Masih Kelam, Ini Ramalan OJK

Selain The Fed, kebijakan untuk menaikkan suku bunga juga ditempuh oleh Bank Sentral Eropa. Kebijakan ini dipicu oleh tingkat inflasi di beberapa negara Eropa yang persisten tinggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 14:00 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dari sisi domestik, aktivitas konsumsi diperkirakan akan menguat pada 2024. Hal itu sejalan dengan terjaganya daya beli masyarakat, inflasi yang terkendali, dan meningkatnya penciptaan lapangan kerja. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bayang-bayang guncangan ekonomi dunia masih menghadang ke depan. Bank Sentral Amerika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Sentral Eropa diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun memberikan lampu kuning dengan keadaan ini. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menjelaskan, prediksi bahwa Bank Sentral AS bakal menaikkan suku bunga lagi merespons masih ketatnya pasar tenaga kerja di tengah kinerja perekonomian yang di atas ekspektasi.

"Sehingga, The Fed mensinyalkan masih akan ada kenaikan suku bunga di tahun ini," kata dia dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (4/7/2023).

Selain The Fed, kebijakan untuk menaikkan suku bunga juga ditempuh oleh Bank Sentral Eropa. Kebijakan ini dipicu oleh tingkat inflasi di beberapa negara Eropa yang persisten tinggi.

Sementara itu, Pemerintah dan Bank Sentral China terus mengeluarkan stimulus dan menurunkan suku bunga. Kebijakan ini diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China yang terus melemah.

Mahendra mengatakan, kinerja perekonomian Indonesia terpantau positif dengan tekanan inflasi mereda dan kembali ke rentang target pemerintah di bawah 4,00 persen. Pr Juni 2023, inflasi nasional mencapai 3,52 persen yoy, turun dari Mei 2023 sebesar 4,00 persen.

"Selain itu, optimisme konsumen meningkat dan kinerja sektor riil juga terpantau positif. Kemudian, neraca perdagangan juga masih mencatatkan surplus di tengah penurunan harga komoditas utama ekspor Indonesia di Mei 2023," tandanya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com


Dampak Kenaikan Suku Bunga AS Bagi Indonesia

BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,31 Persen
Ratusan kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2022 mencapai 5,31 persen secara tahunan (yoy), angka tersebut sesuai dengan target APBN 2022 yang dipatok pemerintah sebesar 5,1-5,3 persen (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dampak kebijakan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan antara membuat likuiditas global semakin ketat. Kebijakan ini merespon lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir.

"Hal ini berpotensi membuat likuiditas global semakin ketat," kata Menteri Sri Mulyani.

Berkaca pada peristiwa serupa di 2018 lalu, kenaikan suku bunga The Fed akan sangat berdampak pada cost of fund pemerintah. Sehingga kenaikan imbal hasil pada SBN tidak bisa lagi terhindarkan.

"Peningkatan tersebut akan berdampak pada peningkatan beban bunga APBN," imbuh Menteri Sri Mulyani.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya