Tangkap Karbon PLTU Batu Bara, PLN Gandeng Korea Selatan

Upaya dekarbonisasi yang dilakukan PLN menggunakan CCUS sangat strategis lantaran karbon yang ditangkap bisa dikonversi menjadi produk lain seperti metanol, asam format, hingga dimetil eter.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 09 Sep 2023, 16:40 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2023, 16:40 WIB
Peresmian operasi perdana terminal batubara PLTU Jawa 7 oleh Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN, Haryanto W.S.
PLN gandeng Karbon Korea Co Ltd terkait impelementasi teknologi Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan Karbon Korea Co Ltd terkait impelementasi teknologi Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Kerja sama ini dilakukan dalam rangka mengakselerasi transisi energi lewat implementasi injeksi dan penyimpanan karbon.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN mendukung penuh upaya pemerintah untuk mengembangkan sektor energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Termasuk melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan seperti CCUS guna menekan emisi karbon dari PLTU batu bara.

“Ini adalah konsep besar dimana kami menunjukkan kepada dunia, bahwa saat ini PLN memimpin upaya memerangi perubahan iklim di Indonesia. kami telah menunjukkan kepada dunia bahwa kami memiliki kemauan, kami telah menghapus 13 Giga Watt energi fosil dari Rencana Usaha Penambahan Tenaga Listrik (RUPTL)," ujar Darmawan dalam keterangan tertulis, Sabtu (9/9/2023).

Darmawan memaparkan, dalam upaya memerangi perubahan iklim global dibutuhkan kolaborasi sebagai kuncinya. Oleh sebab itu, lewat kolaborasi semacam ini, ia optimistis peta jalan transisi energi, memerangi perubahan iklim akan lebih mudah dibanding berjalan sendiri.

“Jadi saya telah mendengar banyak laporan tentang Karbon Korea yang merupakan salah satu lembaga terbaik, yang melibatkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon. Banyak pola dan banyak inovasi,jadi saya menaruh banyak harapan pada kerja sama semacam ini,” ungkap Darmawan. 

Maksud dari kolaborasi implementasi CCUS ini, kata Darmawan, adalah untuk meningkatkan keberlanjutan pembangkitan listrik dan menurunkan emisi karbonnya. 

 

Dikonversi Jadi Metanol

PLTU Suralaya yang dioperasikan oleh Indonesia Power. (indonesiapower.co.id)
PLTU Suralaya yang dioperasikan oleh Indonesia Power. (indonesiapower.co.id)

Upaya dekarbonisasi menggunakan CCUS ini dirasa strategis lantaran karbon yang ditangkap bisa dikonversi menjadi produk lain seperti metanol, asam format, hingga dimetil eter. Sementara untuk CO2 yang tidak dikonversi bisa digunakan untuk melakukan enhanched oil recovery (EOR) atau enhanched gas recovery (EGS).

”Tentu saja ini tak lepas dari visi besar pemerintah untuk melakukan transisi energi," imbuh Darmawan.  

Saat ini PLN memiliki potensi 37,6 gigawatt (GW) dari pembangkit batu bara dan gas yang siap dipasang teknologi CCUS. Dengan teknologi ini, emisi karbon yang dihasilkan dari proses produksi listrik dapat dikurangi secara masif. 

Biaya Jadi Kendala

Dalam MoU dengan Karbon Korea ini, Darmawan menambahkan, kedua pihak sepakat untuk segera melakukan studi bersama terkait pengembangan energi berkelanjutan, sharing knowledge dan peningkatan kapasitas pegawai PLN. Dijelaskan juga bahwa studi bersama ini merambah tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga komersial CCUS.

"Selain itu, PLN juga tetap membuka pintu kerjasama dengan berbagai pihak lain terkait implementasi CCUS. Besarnya biaya implementasi menjadi kendala penerapannya. Untuk itu, diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak dan insentif dari pemerintah agar penerapan teknologi CCUS lebih terjangkau," tuturnya.

Infografis Journal
Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya