Liputan6.com, Jakarta - Bank of Israel atau Bank Sentral Israel mengumumkan akan jual cadangan devisa hingga USD 30 miliar atau sekitar Rp 470,49 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.683).
Langkah Bank Sentral Israel sebagai upaya menopang mata uangnya yang anjlok setelah serangan militan Hamas pada akhir pekan lalu.
Baca Juga
"Bank sentral akan beroperasi di pasar selama periode mendatang untuk mengurangi volatilitas nilai tukar syikal dan menyediakan likuiditas yang diperlukan agar pasar dapat terus berfungsi baik,” tulis bank sentral dikutip dari CNBC, Senin (9/10/2023).
Advertisement
Shekel atau Syikal Israel melemah 1,63 persen dan diperdagangkan 3,90 terhadap dolar AS. Mata uang Israel itu berada di posisi terendah dalam tujuh bulan. Selain program senilai USD 30 miliar, bank sentral akan sediakan likuiditas ke pasar melalui mekanisme SWAP di pasar hingga USD 15 miliar.
“Bank Israel akan terus memantau perkembangan, melacak semua pasar dan bertindak dengan alat yang tersedia jika diperlukan,”
Sementara itu, pada Minggu, 8 Oktober 2023, indeks acuan TA-35 Israel melemah 6,47 persen dan mencatat koreksi terbesar dalam tiga tahun lebih, sejak Maret 2020.
"Perekonomian Israel sangat kuat. Kecuali jika ada serangan fisik dari Iran, kemungkinan besar Israel akan kembali berfungsi penuh secara ekonomi dalam waktu satu atau dua minggu,” ujar Mantan Wakil Gubernur Bank Sentral Israel, Zvi Eckstein kepada CNBC.
"Mata uang Israel akan sedikit terdevaluasi karena baik masyarakat Israel maupun asing akan mengurangi paparan mereka terhadap Israel seiring dengan meningkatnya risiko Israel,” ujar Eckstein yang kini menjabat sebagai Profesor di Tel Aviv University.
Saat fajar pada Sabtu, 7 Oktober 2023 tepatnya hari libur besar Yahudi, kelompok militan Hamas melancarkan serangan ke Israel melalui darat, laut dan udara memakai paralayang. Serangan itu terjadi beberapa jam setelah serangan roket dari Gaza ke Israel.
Bursa Saham di Timur Tengah Lesu Usai Serangan Hamas ke Israel
Sebelumnya diberitakan, dampak serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023 membayangi pasar saham di Timur Tengah. Saham anjlok dan berpotensi memicu gejolak selama sepekan.
Dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (8/10/2023), indeks saham utama di Timur Tengah melemah yang dipimpin oleh penurunan indeks saham acuan Israel TA-35. Indeks saham acuan itu turun lebih dari 7 persen, yang merupakan koreksi terbesar dalam lebih dari tiga tahun.
Indeks Tadawul All Share di Riyadh melemah 1,2 persen. Demikian juga saham di Qatar dan Kuwait ikut merosot. Indeks EGX30 Mesir menurun 5,4 persen.
Serangan Hamas menandai serangan paling mematikan terhadap Israel dalam beberapa dekade dan mengancam akan meningkat menjadi konflik yang lebih luas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, negaranya akan melancarkan serangan militer berkepanjangan melawan Hamas. Pihaknya yakin Israel akan menang. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga menjanjikan dukungan AS yang kokoh untuk Israel.
Adapun penurunan tajam pada saham Israel mengalihkan perhatian investor pada aturan suspensi perdagangan di bursa Tel Aviv. Penurunan 8 persen pada indeks TA-35 akan menyebabkan penghentian selama 30 menit.
Selain itu, peraturan menyatakan penurunan 12 persen akan mengakibatkan penutupan perdagangan pada hari itu, kecuali jika manajemen memutuskan sebaliknya.
Chief Strategist Psagot Investment House Ori Greenfeld menuturkan, perang di Gaza akan berdampak lebih besar terhadap pasar Israel jika dibandingkan operasi militer sebelumnya.
"Jika pertempuran meluas, ekonomi Israel akan terdampak penurunan konsumsi swasta dan investasi swasta serta publik,” ujar dia.
“Jika Israel perlu mengambil keputusan yang tidak selaras dengan komunitas internasional, akan terjadi penurunan investasi internasional dan hubungan perdagangan Israel dengan negara lain,” kata Greenfield.
"Ini mungkin juga mempengaruhi syikal yang kami perkirakan melemah,” ia menambahkan.
Advertisement
Mata Uang Israel Anjlok
Selain koreksi bursa saham di Israel dan negara di Timur Tengah, Palestina juga menghentikan perdagangan di bursa saham pada Minggu, 8 Oktober 2023 dengan alasan kondisi keamanan di Palestina dan akan kembali dibuka pada Senin, 9 Oktober 2023.
Adapun konflik Israel-Hamas terjadi pada saat sensitivitas diplomatik dan momen perpecahan bersejarah di Israel mengenai koalisi Netanyahu dengan kelompok sayap kanan Israel dan upaya merombak sistem peradilan negara itu.
Mata uang Israel Shekel turun ke level terendah dalam tujuh tahun dalam beberapa hari terakhir menjelang pembukaan kembali parlemen Israel yang dijadwalkan akhir bulan ini.
Serangan Hamas ke Israel pada saat yang genting. Upaya Netanyahu melemahkan sistem peradilan telah memicu protes massal dan membuat bingung investor asing. Shekel sudah menjadi salah satu mata uang yang alami penurunan terbesar pada 2023 di antara 31 mata uang utama yang dilacak Bloomberg.
“Perpecahan dalam politik dan struktur keamanan Israel akan ditutup-tutupi sementara respons militer di Gaza sedang berlangsung. Namun, hal tersebut tidak akan hilang,” ujar Strategist Tellimer, Hasnain Malik.
Ia menambahkan, hal ini akan tetap menjadi kerentanan bagi seluruh harga aset Israel.
Rencana PM Israel Netanyahu Hadapi Ujian
Rencana Netanyahu untuk melakukan integrasi regional yang lebih besar dengan negara tetangga Arab dan Muslim kini juga hadapi ujian berat.
Israel sedang negosiasi dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi mengenai kesepakatan tiga arah yang kompleks. Hal ini seiring Washington akan menawarkan jaminan keamanan kepada Riyadh. Saudi akan menormalisasi hubungan dengan Israel. Israel juga telah berbicara dengan Turki dan negara lain mengenai ekspor gas ke Eropa serta koridor perdagangan dari Asia.
Advertisement