Berdayakan Hutan Desa, Pertamina Group Bantu Kejar Target NZE 2060

PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) dan KLHK berinvestasi pada pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat pada Hutan Desa Sungsang IV, di Banyuasin, Sumatera Selatan.

oleh Septian Deny diperbarui 18 Nov 2023, 16:45 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2023, 16:45 WIB
PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) dan KLHK berinvestasi pada pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat.
PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berinvestasi pada pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat pada Hutan Desa Sungsang IV, di Banyuasin, Sumatera Selatan.

Liputan6.com, Jakarta PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berinvestasi pada pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat pada Hutan Desa Sungsang IV, di Banyuasin, Sumatera Selatan.

Hutan Desa adalah kawasan hutan yang yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa. Hutan Desa merupakan salah satu dari lima skema Program Perhutanan Sosial. Sebagai program pemerintah, Hutan Desa dikenalkan pertama kali pada tahun 2007/2008.

Program tersebut dalam rangka menunjang Program ESG Pertamina sekaligus mendukung realisasi target net zero emission (NZE) pada 2060 melalui program konservasi lingkungan berupa penghijauan dan pelestarian lingkungan serta keanekaragaman hayati (Biodiversity) di kawasan Desa Sungsang IV, Banyuasin, Sumatra Selatan.

"Pertamina selaku pelaku industri berbasis fossil fuel yang menghasilkan gas rumah kaca atau CO2, berupaya menurunkan atau menyerap CO2 yang kita hasilkan dengan mengkompensisi dari program penghijauan," ujar GM Project Sumatera PT KPI I Gusti Bagus Prihanta.

Hutan Desa

Biodiverstiy di Hutan Desa Sungsang IV sangat tepat karena memiliki areal yang luas. Dengan luas kurang lebih ±553 Ha, ada yang lestari dan ada yang sudah terdegradasi atau rusak. PT KPI menegaskan dengan kondisi tersebut, pihaknya dapat mengoptimasikan untuk meningkatkan kualitas dari penyerapan karbon di Desa Sungsang.

Bagus Prihanta bersyukur atas tanggapan masyarakat yang antusias terhadap program ini.

"Mulai dari kepala desa, kemudian masyarakat, antusiasmenya sangat tinggi. Karena masyarakat sudah bisa merasakan, sudah bisa hidup dengan kegiatan yang kita lakukan," terangnya.

Sebelumnya, pada Agustus 2023, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melakukan penanaman 7.800 pohon mangrove di Desa Sungsang IV, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan.Sebanyak 7.800 bibit pohon yang terdiri mangrove, ditanam oleh Fungsi RDMP Kilang Pertamina RU III Plaju - Project Sumatera PT KPI bersama Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan,

Kemudian, Pemerintah Kabupaten Banyuasin, UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah III Palembang-Banyuasin, serta masyarakat setempat di wilayah Desa Sungsang IV. Penanaman 7.800 bibit pohon mangrove ini juga dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Saat Warga Tihi-Tihi dan Badak LNG Ciptakan Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan

Badak LNG dan warga Tihi-Tihi telah menciptakan sebuah inovasi ramah lingkungan untuk aktivitas mereka. Inovasi tersebut dikenal dengan KAPSURULA atau Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan.
Badak LNG dan warga Tihi-Tihi telah menciptakan sebuah inovasi ramah lingkungan dikenal dengan KAPSURULA atau Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan.

Anak Perusahaan Subholding Upstream Pertamina Hulu Energi, Badak LNG terus membantu pengembangan masyarakat untuk menciptakan peningkatan ekonomi dan kemandirian. Langkahnya antara lain melalui program-program tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR).

Tahun ini, Badak LNG mengusung program CSR yang berfokus pada masyarakat pesisir di Kampung Tihi-Tihi, Kelurahan Bontang Lestari. Program ini diberi nama MENARA MARINA, yakni Menuju Nelayan Ramah Lingkungan Mandiri dan Sejahtera.

Terletak di tengah lautan pesisir Bontang, Kampung Terapung Tihi-Tihi secara geografis tidak begitu strategis. Masyarakat Tihi-Tihi dapat dikatakan sebagai masyarakat rentan karena letaknya yang jauh dari daratan menyebabkan warga Tihi-Tihi memiliki akses terbatas untuk mendapatkan fasilitas pelayanan publik seperti pelayanan kesehatan, akses permodalan, dan pendidikan tingkat SMP dan SMA.

Sebanyak 93 kepala keluarga di Tihi-Tihi pun menggantungkan hidupnya sehari-hari dari aktivitas bertani rumput laut dan juga nelayan tangkap.

Sayangnya, hasil panen rumput laut warga Tihi-Tihi terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Bila sebelumnya mereka bisa mencapai total 40 ton setiap bulannya, kini mereka hanya memanen sekitar 1,5 hingga 10 ton setiap bulan.

Penurunan hasil panen yang drastis ini disebabkan oleh penggunaan bibit rumput laut yang sudah sangat lama. Selain itu, hasil tangkapan ikan ketika memancing juga seringkali tidak menentu karena faktor cuaca. Bahkan mereka pernah tidak melaut selama hampir 9 bulan lamanya sehingga terpaksa berhutang kepada pengepul atau yang lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Untuk itu, Badak LNG hadir di tengah warga Tihi-Tihi untuk mendorong potensi kampung Tihi-Tihi dan juga menciptakan solusi dari permasalahan yang ada.

Badak LNG melalui program MENARA MARINA telah memberikan dukungan beragam. Seperti meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar yang berada di Tihi-Tihi dengan mengadakan Badak Goes to School. Dalam bidang kesehatan, Badak LNG berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti untuk melakukan pemeriksaan gigi gratis.

 


Kompetensi Warga

Badak LNG dan warga Tihi-Tihi telah menciptakan sebuah inovasi ramah lingkungan dikenal dengan KAPSURULA atau Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan.
Badak LNG dan warga Tihi-Tihi telah menciptakan sebuah inovasi ramah lingkungan dikenal dengan KAPSURULA atau Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan.

Dalam bidang peningkatan kompetensi warga, Badak LNG juga memfasilitasi program peningkatan keahlian dan pengetahuan seperti pelatihan teknologi e-FAD bersama Institut Pertanian Bogor untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan, dan pelatihan budidaya rumput laut berkolaborasi dengan Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar untuk meningkatkan hasil budidaya rumput laut serta memberikan workshop bertajuk Marketing & Business, Financial Management, dan Purchasing untuk meningkatkan core competency para warga mitra binaan di Kampung Tihi-Tihi.

Badak LNG dan warga Tihi-Tihi telah menciptakan sebuah inovasi ramah lingkungan untuk aktivitas mereka. Inovasi tersebut dikenal dengan KAPSURULA atau Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan.

Biasanya, petani rumput laut menggunakan botol plastik sebagai pelampung rumput laut. Penggunaannya pun cukup fantastis, bisa mencapai 500-1000 botol dalam 3-6 bulan.

“Kami gunakan botol plastik bisa mencapai 500 hingga 1000 botol. Akan diganti setiap 3-6 bulan. Kalau rusak, dalam 1 bulan pun perlu diganti,” ujar Muslimin, Ketua RT 17 Kampung Tihi-Tihi.

Melihat hal ini, Badak LNG bersama warga Tihi-Tihi menciptakan Kapsurula yang terbuat dari limbah non B3, polyurethane. Bahan polyurethane bersumber dari limbah Perusahaan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya