Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur, mengatakan kinerja industri mebel dan kerajinan nasional mengalami penurunan ekspor secara signifikan sebesar 28 persen di tahun 2023.
"Hal tersebut terjadi karena kondisi geoplitik dan inflasi besar di negara tujuan ekspor," kata Abdul dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Menurutnya, jika dilihat secara mendalam, ada argumentasi lain yang perlu mendapat perhatian seksama, secara umum yaitu produk yang berasal dari Indonesia dinilai oleh buyers cukup tinggi atau mahal dibanding dari Malaysia, Vietnam dan terutama China.Â
Alhasil mereka prioritas memilih belanja dari negara tersebut, kecuali untuk produk-produk khas Indonesia yang berbasis kayu solid, eksotis material seperti rotan, craft dll, masih merupakan kekuatan kita yang dipilih para buyer.
Advertisement
"Dengan kondisi di atas, khususnya para pakar di HIMKI dapat memberikan arahan dan strategi yang lebih spesifik agar industri mebel dan kerajinan kita tetap bisa tumbuh, minimal bisa bertahan meskipun dalam situasi yang tidak kondusif seperti saat ini," ujarnya.
Target
Diketahui HIMKI dan pemerintah sepakat menargetkan untuk mencapai ekspor USD 5 miliar (gabungan mebel dan kerajinan) hingga akhir 2024.
Namun, menurut Abdul sepertinya harus dikoreksi dengan fakta dan data yang tidak mendukung di lapangan.
Â
Capaian
Data ekspor mebel per september 2023 hanya mencapai USD 1,29 miliar turun dari tahun 2021 yang tercatat USD 1,86 Miliar atau turun 30 persen secara tahunan.
Sementara, untuk kerajinan tahun 2023 tercatat USD 513 juta menurun dari tahun lalu yang mencapai USS 647 juta atau turun 21 persen.
Total kinerja ekspor gabungan tahun 2022 tercatat USD 2,5 miliar turun menjadi USD 1,8 miliar pada tahun 2023, akumulasi turun 28 persen.
"Dengan basis data tersebut kita bisa prediksi sampai akhir tahun 2023, angka optimis ekspor gabungan mebel dan kerajinan hanya akan mencapai USD 2,5 miliar menurun akumulasi 22 persen," ujarnya.
Lebih lanjut, dapat dilihat pula dari data laporan yang dirilis Bank Indonesia terlihat penurunan signifikan ada di Provinsi Jatim dan Banten yang basisnya lebih di engineering wood sebagai bahan utama yang digunakan untuk produk mebel
Â
Â
Â
Advertisement
Tetap optimis
Kendati demikian, kata Abdul kondisi di atas telah mengajarkan para pelaku industri mebel dan kerajinan yang tergabung dalam HIMKI untuk dapat beradaptasi dengan kondisi ekonomi dan sosial tersebut.Â
"Hal ini tidak membuat kami berdiam diri dan berpangku tangan menunggu ketidakpastian, apalagi jika mencermati permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan di dunia terus mengalami pertumbuhan," ujarnya.
Untuk itu, HIMKI tetap bekerja semaksimal mungkin, dan terus melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan berbagai pihak sehingga industri ini bisa mengalami pertumbuhan sebagaimana yang diharapkan.
Oleh karena itu, HIMKI terus menyemangati dan memberikan pencerahan kepada seluruh anggota agar mereka tetap optimistis menjalankan usahanya.Â
"Dengan demikian, ketidakpastian ini bisa kita ubah menjadi sebuah harapan dan kepastian dan kita menjadi pihak yang paling siap dalam menghadapi segala tantangan," ujarnya.
Ia menegaskan, HIMKI tetap optimis dengan masa depan industri ini mengingat Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Indonesia memiliki peluang menjadi produsen mebel dan kerajinan terbesar di kawasan regional dan berpeluang menjadi yang terbesar di dunia, khususnya untuk produk-produk berbasis rotan.Â
"Industri ini merupakan industri yang hampir sempurna karena didukung oleh ketersediaan bahan baku yang berlimpah dan SDM terampil dalam jumlah besar, ditambah lagi dengan adanya sentra-sentra produksi mebel dan kerajinan yang tersebar di seluruh Indonesia," pungkasnya.
Â