Liputan6.com, Jakarta - Tahun Imlek baru saja berganti menjadi 2576 Kongzili. Tahun baru Imlek menjadi momen penting bagi umat Konghucu, karena termasuk hari raya besar bagi agama mereka.
Dalam kalender China, pembagian tahun berdasarkan siklus 12 Shio. Shio tahun baru Imlek 2576 Kongzili adalah Ular Kayu, sehingga kalender sepanjang tahun ini dikenal Tahun Ular Kayu 2025.
Advertisement
Selain ular, ada 11 Shio lagi yang digunakan dalam kalender China. Yakni tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi. Setiap Shio memiliki makna masing-masing dan berkaitan dengan unsur emas, kayu, air, api, atau tanah.
Advertisement
Baca Juga
Shio termasuk ramalan astrologi yang berasal dari kebudayaan Tionghoa. Tak hanya umat Konghucu, tapi umat agama lain pun kerap percaya pada ramalan Shio.
Pertanyaannya, apakah seorang muslim boleh percaya dengan ramalan Shio? Apakah percaya pada Shio termasuk syirik yang sangat dilarang oleh syariat Islam?
Untuk menjawab pertanyaan ini, simak penjelasan Ustadz Adi Hidayat atau UAH berikut.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan UAH
Sebelum membahas hukum percaya Shio, perlu diketahui bahwa Shio dan Zodiak memiliki sedikit kesamaan. Keduanya sama-sama ramalan. Namun yang membedakan, ramalan Shio berdasarkan tahun kelahiran, sedangkan Zodiak berdasarkan pada bulan dan tanggal kelahiran.
Ulama kharismatik Ustadz Adi Hidayat (UAH) menegaskan, semua jenis ramalan seperti Shio dan Zodiak termasuk kategori syirik dan dilarang dalam Islam.
“Semua ramalan-ramalan itu tidak diperkenankan. Bahkan di masa nabi dikecam. Banyak ayat turun dan hadis hadis keluar keras persoalan ini,” kata UAH dikutip dari tayangan Akhyar TV via YouTube Ceramah Pendek, Rabu (29/1/2025).
UAH menerangkan, ramal meramal sudah ada sejak zaman jahiliyah. Berbagai metode peramalan digunakan untuk melihat nasib masa depan. Ada yang menggunakan burung, kayu, dan lainnya.
Bahkan, di zaman jahiliyah ada kompetisi antar-peramal. Mereka akan berlomba.
“Nanti paling hebat, mantranya kuat, dan jimatnya bagus menempati posisi pertama, jadi acuan dalam kehidupan. Dulu kan yang menjadi acuan tiga, pertama dukun atau tukang santet. Kedua para pebisnis atau pedagang. Ketiga kalangan artis atau penyair,” jelas UAH.
Advertisement
Islam Tidak Mengenal Ramalan
UAH mengatakan, ramalan-ramalan di zaman jahiliyah dihapuskan di masa Islam dengan tawakal, qadha dan qadar, serta ketakwaan kepada Allah SWT. Kemudian muncul surah Luqman ayat 34.
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.”
“Ramalan tertinggi tentang kiamat sudah banyak orang yang meramal. Kalau yang tertinggi aja ditolak (oleh Allah) apalagi yang rendah-rendah. Sungguh hanya Allah yang tahu kapan terjadi kiamat. Ditegaskan, sampai menit dan detiknya hanya Allah yang tahu kapan kejadiannya,” kata UAH dikutip dari YouTube Syiar Cahaya Islami.
UAH mengajak umat Islam meninggalkan ramalan-ramalan seperti Shio, Zodiak, dan sejenisnya. Menurut UAH, hal-hal semacam itu tidak ada manfaatnya.
“Jadi, hal-hal yang semacam ramalan baik itu sifatnya canda dan sebagainya tinggalkan. Sekarang bulan apa? September. Oh september itu bintangnya Virgo. Maka orang yang lahir di bulan September sifatnya gini-gini. Nggak juga tuh,” UAH mencontohkan.
“Orang yang lahir di bulan September ganteng. Nggak juga. Ada yang biasa-biasa saja. Jadi sudah tinggalkan yang kaya gitu gak ada ada manfaatnya,” pungkas UAH.
Kesimpulannya adalah percaya pada Shio yang termasuk ramalan dihukumi syirik. Syirik adalah perbuatan terlarang dalam Islam dan termasuk dosa besar.
Wallahu a’lam.