Arab Saudi, UEA Hingga Mesir Gabung Geng China dan Rusia, Resmi Jadi Anggota Baru BRICS

Anggota BRICS kini mencapai 10 negara, yang mencakup Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan sebagai anggota aslinya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Jan 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2024, 16:30 WIB
Presiden Jokowi Menghadiri KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan
Presiden Jokowi menghadiri KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Arab Saudi resmi bergabung dalam keanggotaan organisasi BRICS pada 1 Januari 2024. Keanggotaan baru BRICS per 1 Januari juga termasuk Uni Emirat Arab, Mesir, Iran dan Ethiopia.

Jumlah anggota organisasi tersebut kini mencapai 10 negara, yang mencakup Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan sebagai anggota aslinya.

"Perluasan blok multilateral Brics yang mencakup Arab Saudi dan UEA merupakan pertanda baik di tengah tantangan geopolitik dan ekonomi yang sedang dihadapi perekonomian dunia," kata Ullas Rao, Asisten Profesor Keuangan di Edinburgh Business School, Universitas Heriot-Watt di Dubai, Mengutip The National News, Rabu (3/1/2024).

Arab Saudi dan UEA terus mencatatkan pertumbuhan ekonomi meskipun ada ketidakpastian global termasuk tingginya suku bunga, inflasi, dan ketegangan geopolitik karena mereka fokus pada diversifikasi ekonomi.

Perekonomian Arab Saudi, yang tumbuh sebesar 8,7 persen pada tahun 2022, mencatat tingkat pertumbuhan tahunan tertinggi di antara 20 negara terbesar di dunia.

Negara itu juga sangat fokus pada ekonomi non-minyak sebagai bagian dari agenda diversifikasi Visi 2030.

Sementara itu, perekonomian UEA diperkirakan tumbuh sebesar 3,4 persen pada tahun 2023 dengan pertumbuhan PDB minyak diproyeksikan sebesar 0,7 persen dan PDB non-minyak sebesar 4,5 persen, didukung oleh kinerja yang kuat di bidang pariwisata, real estate, konstruksi, transportasi, manufaktur dan lonjakan belanja modal, menurut laporan terbaru dari Bank Dunia.

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di Teluk Arab itu menandatangani perjanjian perdagangan untuk memperkuat hubungannya dengan negara-negara di sekitarnya.

UEA berupaya untuk menandatangani 26 perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dalam upayanya menarik lebih banyak investasi dan mendiversifikasi perekonomiannya.

 

Citra Baru

BRICS
Foto: Fox Business

"Citra Brics di masa lalu adalah kelompok yang rentan secara finansial dan terikat pada negara adidaya politik global. Kekuatan finansial Saudi dan UEA sebagai eksportir modal ke seluruh dunia akan mengubah persepsi tersebut secara substansial," kata Gary Dugan, kepala investasi di Dalma Capital.

"Juga secara kolektif, kami berharap Arab Saudi dan UEA akan diberikan akses yang lebih mudah ke pasar pertumbuhan negara-negara BRICS dengan persyaratan yang menguntungkan," bebernya.

Selain itu, bergabungnya dua eksportir minyak itu ke dalam kelompok tersebut dipercaya akan memperkuat daya tawar dan pengaruh mereka di OPEC+, sekaligus menawarkan ruang bagi mereka untuk menyelaraskan strategi mereka dengan anggota Brics lainnya, menurut Ehsan Khoman, kepala penelitian ESG, komoditas dan pasar negara berkembang di OPEC+ MUFG.

Ditambah lagi, Tiongkok dan India merupakan dua anggota utama BRICS yang menjadi konsumen minyak terbesar kedua dan ketiga di dunia.

Potensi Memperbanyak Perdagangan dengan Mata Uang Lokal

Presiden Jokowi menghadiri KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan
Presiden Jokowi menghadiri KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Lebih banyak perdagangan bilateral dalam mata uang lokal juga diharapkan seiring dengan bergabungnya negara-negara baru dalam kelompok ini.

"Implikasi yang kami amati dengan cermat dari bergabungnya Arab Saudi, UEA, dan Mesir ke dalam BRICS adalah potensi lebih banyak perdagangan bilateral dalam mata uang lokal, terutama setelah kesepakatan UEA dan India yang dicapai pada bulan Juli, dan Mesir juga melakukan diskusi serupa dengan India," ungkap Carla Slim, ekonom di Standard Chartered Bank.

Sementara itu, seruan untuk perombakan sistem moneter internasional dan pengembangan mata uang alternatif terhadap dolar AS diperkirakan akan meningkat seiring dengan ekspansi Brics, menurut Rao.

"Ketika dunia mencari alternatif terhadap dolar AS, meskipun kurang relevan saat ini, kemunculan mata uang bersama BRICS dapat menjadi pertanda utama dalam diversifikasi risiko menjauh dari kekuatan dolar,” katanya.

Senada, Ayham Kamel, kepala Mena di Eurasia Group, juga optimistis bahwa blok tersebut akan mempunyai pengaruh yang lebih besar secara global.

"Prospek bergabungnya Arab Saudi, UEA, Iran dan Mesir dengan Brics menciptakan mekanisme baru yang memaksa kerja sama politik pada tingkat tertentu oleh semua negara," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya