Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Hery Gunardi mengungkap alasan pangsa pasar perbankan syariah di Tanah Air tak berkembang pesat. Salah satunya, karena kinerja dan daya saing produk yang dihasilkan.
Dia melihat, kinerja perbankan syariah di Indonesia mulai menunjukkan tren positif. Hanya saja, dari sisi pangsa pasar, masih dipandang belum bisa bersaing dengan perbankan konvensional.
Baca Juga
"Sebetulnya, kalau kami melihat dari sisi Asosiasi bahwa demand-nya kuat, cuman supply-nya kurang," kata Hery, disela-sela Peresmian Bank Nano Syariah, di Jakarta, Kamis (18/1/2024).
Demand yang dimaksudnya merujuk pada minat masyarakat untuk menggunakan produk-produk dan layanan bank syariah. Dia mencatat, cukup banyak masyarakat yang sebetulnya berminat, hanya saja, ada sebagian lainnya yang masih mempertimbangkan daya saing produk dengan bank konvensional.
Advertisement
Belum Bisa Bersaing
Sementara itu, dari sisi suplai atau ketersediaan layanan, Hery memandang, selama ini bank syariah belum bisa menghadirkan layanan yang bisa bersaing. Alhasil, masyarakat masih berpikir ulang untuk mulai menggunakannya.
"Suplai itu artinya selama ini bank syariah ini gak mau memperbaiki diri, gak mau memperbaiki layanannya, pricing-nya, kemudian termasuk produk-produknya yang kurang bersaing sehingga gak jadi pilihan oleh masyarakat Indonesia," jelas dia.
Padahal, dia mencatat kalau perkembangan industri perbankan syariah ini menuju pada tren yang positif dalam konteks perbankan nasional. Ini terlihat dari catatan pertumbuhan aset, pembiayaan, hingga program.
"Perbankan syariah itu, itu secara industri itu lebih resikien diabndingksn dengan perbaknnkan swcara nasional, selalu tumbuh baik dari sisi aset, pendanaan, pembiayaan dan program reality itu tumbuh double digit," tegas Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) ini.
Â
Contoh BSI
Lebih lanjut, Hery turut menyandingkan kisah sukses BSI yang sudah berdiri hampir 3 tahun. Menurutnya, pertumbuhan BSI cukup baik dengan catatan double digit di sejumlah sektor.
"Pertumbuhan kami selalu doubel digit, pertumbuhan aset diatas 16 persen, kemudian pembiayaan itu bisa tumbuh 18-20 persen walaupun kondisi perekonomian cukup menantang. Profitability, laba itu kita selalu konsisten tumbuh diatas 30, 30, 30 persen dan jadi menjadi bank dengan pertumbuhan laba tertinggi di republik ini," tuturnya.
Di sisi lain, pada pertumbuhan nasabah baru, dia mengulas soal jumlah nasabah Bank Syariah Mandiri sebelum merger dengan BSI setelah terbentuk. Dia bilang, selama 25 tahun BSM berdiri, nasabahnya masih mentok di 5 juta orang.
"Bank Syariah Mandiri itu berdiri sama, waktu itu Bank Susila Bakti waktu itu BSB, sama usianya dengan Bank Mandiri, sudah berdiri selama 25 tahun. Jadi pada saat merger tahun 2020 waktu saya ambil alih bank itu hanya punya customer 5 juta nasabah, BSI sejak berdiri 1 Februari 2021 sampai hari ini nasabah barunya sudah nambah 6 juta dalam waktu yang kurang dari 3 tahun," urainya.
Â
Advertisement
Cabang Baru BSI
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI menargetkan bisa membuka cabang di Timur Tengah, yakni Arab Saudi pada 2024. Lantas, sudah sejauh mana perkembangan cabang baru tersebut?
Direktur Utama Bank Syariah IndonesiaHery Gunardi menuturkann, pihaknya ingin membuka cabang di Arab Saudi pada 2024. Namun, pembukaan cabang baru tersebut tidaklah mudah karena ada beberapa tahapan yang harus dilalui.
"Kami sedang mengajukan aplikasi, kalau luar negeri itu kan tidak semudah itu ada review tanya jawab dan lain sebagainya," kata Hery saat ditemui di Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Meski demikian, BSI tetap berharap cabang baru di Arab Saudi bisa dibuka pada tahun ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
"Kami inginnya tahun ini. Inginnya semester ini tapi belum tentu sana nya (Arab Saudi) kasih," imbuhnya.
Secara terpisah, Direktur Treasury & International Banking BSI Moh Adib menuturkan, BSI telah memberikan permohonan izin kepada otoritas di Arab Saudi, yakni Otoritas Moneter Arab Saudi (SAMA).
"(Cabang baru) Arab Saudi sekarang masih on progress, jadi posisi hari ini kita masih tektokan dengan otoritas di Arab Saudi namanya SAMA. Itu kita sudah mohon permohonan untuk dibukakan cabang di sana," kata Adib saat ditemui di Jakarta, Jumat, 17 November 2023.
Tidak Mudah
Dia bilang, proses pembukaan cabang baru ini tidaklah mudah. Akan tetapi, BSI terus berupaya melakukan itu melalui jalur Business-to-business (B2B) dan Government to Government (G2G).
"Tidak mudah memang tapi kita harus usahakan melalui jalur B2B dan G2G melalui Kedubes Arab di sini, dari Kemenlu di sini, Kemenlu di sana, kami sudah ketemu dua kali dengan SAMA," kata dia.
Adib berharap, pembukaan cabang baru Bank Syariah Indonesia di Arab Saudi ini bisa direalisasikan paling tidak pada kuartal I atau II 2024.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa terealisasi tahun depan di kuartal I, kuartal II paling lambat," tandasnya.