Penyebab Keputihan dan Cara Mengatasinya, Wanita Wajib Tahu

Pelajari berbagai penyebab keputihan, gejala yang perlu diwaspadai, cara diagnosis, serta metode pengobatan dan pencegahannya secara komprehensif.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 11 Apr 2025, 08:42 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 08:42 WIB
penyebab keputihan
penyebab keputihan ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Keputihan merupakan kondisi yang umum dialami oleh wanita, namun seringkali menimbulkan kekhawatiran. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai berbagai penyebab keputihan, gejala yang perlu diwaspadai, metode diagnosis, serta cara pengobatan dan pencegahannya.

Pengertian Keputihan

Keputihan atau dalam istilah medis disebut leukorrhea adalah keluarnya cairan dari organ kewanitaan selain darah menstruasi. Sebenarnya, keputihan merupakan mekanisme alami tubuh untuk membersihkan dan melindungi organ reproduksi wanita. Namun, perubahan pada jumlah, warna, atau bau keputihan dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan.

Keputihan dibagi menjadi dua jenis utama:

  • Keputihan fisiologis: Merupakan keputihan normal yang terjadi sebagai bagian dari siklus menstruasi atau perubahan hormonal.
  • Keputihan patologis: Keputihan abnormal yang disebabkan oleh infeksi atau gangguan kesehatan lainnya.

Penyebab Keputihan

Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan keputihan, baik yang normal maupun abnormal. Berikut adalah beberapa penyebab utama keputihan:

1. Perubahan Hormonal

Fluktuasi hormon estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi dapat mempengaruhi produksi cairan vagina. Keputihan cenderung meningkat saat ovulasi, kehamilan, atau penggunaan kontrasepsi hormonal.

2. Infeksi

Berbagai jenis infeksi dapat menyebabkan keputihan abnormal, antara lain:

  • Vaginosis bakterial: Disebabkan oleh ketidakseimbangan bakteri di vagina.
  • Kandidiasis: Infeksi jamur yang umumnya disebabkan oleh Candida albicans.
  • Trikomoniasis: Infeksi parasit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
  • Gonore dan klamidia: Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri.

3. Iritasi atau Alergi

Penggunaan produk kebersihan feminin yang mengandung bahan kimia keras, sabun beraroma, atau pakaian dalam yang ketat dapat menyebabkan iritasi dan meningkatkan produksi keputihan.

4. Penyakit atau Kondisi Medis

Beberapa kondisi kesehatan yang dapat memicu keputihan abnormal meliputi:

  • Penyakit radang panggul (PID)
  • Endometriosis
  • Polip serviks atau rahim
  • Kanker serviks atau rahim

5. Faktor Gaya Hidup

Pola makan yang tidak seimbang, kurangnya kebersihan diri, stres berlebihan, dan aktivitas seksual yang tidak aman dapat meningkatkan risiko keputihan abnormal.

Gejala Keputihan yang Perlu Diwaspadai

Meskipun keputihan normal umumnya tidak menimbulkan gejala yang mengganggu, terdapat beberapa tanda yang perlu diwaspadai sebagai indikasi keputihan abnormal:

  • Perubahan warna: Keputihan yang berwarna kuning, hijau, abu-abu, atau kecoklatan.
  • Bau tidak sedap: Aroma amis, busuk, atau menyengat yang tidak biasa.
  • Perubahan tekstur: Cairan yang sangat kental, berbuih, atau bergumpal.
  • Jumlah berlebihan: Keputihan yang keluar dalam jumlah sangat banyak hingga membasahi pakaian dalam.
  • Gejala tambahan: Rasa gatal, panas, atau nyeri di area kewanitaan.
  • Nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual.
  • Pembengkakan atau kemerahan di sekitar vulva.

Jika Anda mengalami satu atau lebih gejala di atas, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Diagnosis Keputihan

Untuk menentukan penyebab keputihan dan memberikan penanganan yang sesuai, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, meliputi:

1. Anamnesis

Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala yang dialami, siklus menstruasi, aktivitas seksual, dan penggunaan obat-obatan atau produk kebersihan feminin.

2. Pemeriksaan Fisik

Meliputi inspeksi visual dan palpasi area genital eksternal untuk memeriksa adanya tanda-tanda infeksi atau kelainan.

3. Pemeriksaan Ginekologis

Menggunakan spekulum untuk memeriksa kondisi vagina dan serviks, serta mengambil sampel cairan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

4. Tes Laboratorium

  • Pemeriksaan mikroskopis: Untuk mengidentifikasi adanya jamur, bakteri, atau parasit penyebab infeksi.
  • Kultur vagina: Menumbuhkan sampel cairan vagina untuk menentukan jenis mikroorganisme penyebab infeksi.
  • Tes pH vagina: Mengukur tingkat keasaman vagina yang dapat mengindikasikan adanya infeksi.
  • Tes Pap smear: Untuk mendeteksi adanya perubahan sel abnormal pada serviks.

5. Pemeriksaan Penunjang Lainnya

Dalam kasus tertentu, dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan tambahan seperti USG panggul atau kolposkopi untuk mengevaluasi kondisi organ reproduksi secara lebih detail.

Pengobatan Keputihan

Metode pengobatan keputihan akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Berikut adalah beberapa pendekatan yang umumnya digunakan:

1. Pengobatan Infeksi

  • Antibiotik: Untuk mengatasi infeksi bakteri seperti vaginosis bakterial, gonore, atau klamidia.
  • Antijamur: Obat-obatan seperti flukonazol atau mikonazol untuk mengobati infeksi jamur.
  • Antiparasit: Metronidazol atau tinidazol untuk mengatasi infeksi trikomoniasis.

2. Terapi Hormonal

Jika keputihan disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, dokter mungkin meresepkan terapi pengganti hormon atau mengubah jenis kontrasepsi yang digunakan.

3. Pengobatan Kondisi Medis Lainnya

Jika keputihan disebabkan oleh kondisi seperti polip atau endometriosis, penanganan akan disesuaikan dengan diagnosis spesifik, yang mungkin melibatkan prosedur pembedahan.

4. Perubahan Gaya Hidup

Dokter mungkin menyarankan beberapa perubahan gaya hidup untuk mengurangi risiko keputihan berulang, seperti:

  • Menjaga kebersihan area kewanitaan dengan benar
  • Menghindari penggunaan produk pembersih vagina yang keras
  • Menggunakan pakaian dalam berbahan katun dan tidak terlalu ketat
  • Memperbaiki pola makan dan mengurangi konsumsi gula berlebih
  • Mengelola stres dengan baik

Pencegahan Keputihan

Meskipun tidak semua jenis keputihan dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya keputihan abnormal:

  • Menjaga kebersihan area kewanitaan dengan cara yang benar, yaitu membersihkan dari depan ke belakang setelah buang air.
  • Menghindari penggunaan produk pembersih vagina yang mengandung bahan kimia keras atau pewangi.
  • Menggunakan pakaian dalam berbahan katun yang menyerap keringat dan tidak terlalu ketat.
  • Mengganti pakaian dalam dan pembalut secara teratur, terutama setelah berenang atau berolahraga.
  • Menghindari douching atau pembilasan vagina yang berlebihan.
  • Mempraktikkan hubungan seksual yang aman dengan menggunakan kondom.
  • Menjaga pola makan seimbang dan mengurangi konsumsi makanan tinggi gula.
  • Mengelola stres dengan baik melalui olahraga teratur, meditasi, atau teknik relaksasi lainnya.
  • Melakukan pemeriksaan ginekologi rutin, termasuk Pap smear sesuai rekomendasi dokter.

Mitos dan Fakta Seputar Keputihan

Terdapat banyak mitos yang beredar di masyarakat mengenai keputihan. Berikut adalah beberapa mitos umum beserta faktanya:

Mitos 1: Semua jenis keputihan adalah tanda infeksi

Fakta: Keputihan normal merupakan bagian dari mekanisme pembersihan alami vagina dan dapat berubah selama siklus menstruasi tanpa adanya infeksi.

Mitos 2: Keputihan hanya terjadi pada wanita dewasa

Fakta: Keputihan dapat terjadi pada wanita di segala usia, bahkan pada bayi perempuan beberapa hari setelah lahir akibat pengaruh hormon ibu.

Mitos 3: Menggunakan pantyliner setiap hari dapat mencegah keputihan

Fakta: Penggunaan pantyliner terus-menerus justru dapat meningkatkan kelembaban dan risiko infeksi. Sebaiknya gunakan hanya saat diperlukan.

Mitos 4: Keputihan selalu disebabkan oleh hubungan seksual

Fakta: Meskipun beberapa jenis keputihan dapat ditularkan melalui hubungan seksual, banyak penyebab lain seperti perubahan hormon atau iritasi yang tidak berkaitan dengan aktivitas seksual.

Mitos 5: Mencuci vagina dengan sabun antiseptik dapat menghilangkan keputihan

Fakta: Penggunaan sabun antiseptik justru dapat mengganggu keseimbangan pH dan flora normal vagina, meningkatkan risiko infeksi.

Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?

Meskipun keputihan seringkali merupakan kondisi yang normal, ada beberapa situasi di mana Anda perlu segera berkonsultasi dengan dokter:

  • Keputihan disertai bau tidak sedap atau menyengat
  • Perubahan warna keputihan menjadi kuning, hijau, atau keabu-abuan
  • Tekstur keputihan yang sangat kental atau berbuih
  • Rasa gatal, panas, atau nyeri yang intens di area kewanitaan
  • Keputihan disertai demam atau nyeri perut bagian bawah
  • Keputihan yang sangat banyak hingga membasahi pakaian dalam
  • Adanya bercak darah di luar masa menstruasi
  • Nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual
  • Keputihan yang tidak membaik setelah pengobatan mandiri

Dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan penyebab dan memberikan penanganan yang tepat.

Perawatan Jangka Panjang

Bagi wanita yang sering mengalami keputihan berulang, perawatan jangka panjang mungkin diperlukan. Beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi:

  • Menjalani pola hidup sehat dengan diet seimbang dan olahraga teratur
  • Menghindari faktor pemicu seperti pakaian ketat atau produk kebersihan yang mengiritasi
  • Mengonsumsi probiotik untuk menjaga keseimbangan flora vagina
  • Melakukan pemeriksaan ginekologi rutin sesuai rekomendasi dokter
  • Mengelola stres dengan teknik relaksasi atau konseling jika diperlukan
  • Mengikuti anjuran dokter terkait pengobatan pencegahan jika diperlukan

Kesimpulan

Keputihan merupakan kondisi yang umum dialami oleh wanita dan seringkali normal. Namun, perubahan signifikan pada jumlah, warna, atau bau keputihan dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang memerlukan perhatian medis. Pemahaman mengenai penyebab, gejala, dan cara pencegahan keputihan sangat penting untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita. Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dengan perawatan yang sesuai dan gaya hidup sehat, mayoritas kasus keputihan dapat diatasi dengan baik, memungkinkan wanita untuk menjalani kehidupan sehari-hari tanpa gangguan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya