Mitigasi Dampak El Nino, FAO Indonesia dan Kementan Bangun Early Warning System

saat ini Indonesia belum melakukan panen besar sehingga terjadi keterlambatan panen dampak El Nino. Menurut Assistant FAO - Representative for Programme of FAO Indonesia Ageng Setiawan Herianto, saat ini seharusnya Indonesia sudah melakukan panen besar.

oleh Dicky Agung Prihanto diperbarui 23 Feb 2024, 17:15 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2024, 17:15 WIB
Assistant FAO - Representative for Programme of FAO Indonesia, Dr. Ir. Ageng Setiawan Herianto saat mengikuti kegiatan ICYA di Hotel UGM, Yogyakarta. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)
Assistant FAO - Representative for Programme of FAO Indonesia, Dr. Ir. Ageng Setiawan Herianto saat mengikuti kegiatan ICYA di Hotel UGM, Yogyakarta. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)

Liputan6.com, Depok – El Nino sangat berdampak terhadap ketahanan pangan di Indonesia. Oleh karena itu, Food and Agriculture Organization (FAO) Indonesia memberikan perhatian lebih kepada masalah ini.

Assistant FAO - Representative for Programme of FAO Indonesia Ageng Setiawan Herianto mengatakan, perubahan iklim El Nino perlu dilakukan antisipasi untuk tidak menjadi masalah besar. FAO Indonesia bersama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) berusaha membangun early warning system.

“Kita ingin membangun bagian digital agriculture. Kalau tidak ditangani dengan baik akan terjadi dampak yang cukup signifikan,” ujar Ageng saat ditemui Liputan6.com, Jumat (23/2/2024).

Ageng menjelaskan, saat ini Indonesia belum melakukan panen besar sehingga terjadi keterlambatan panen dampak El Nino. Menurutnya, saat ini seharusnya Indonesia sudah melakukan panen besar.

 

“Ini sudah agak lambat, seharusnya sudah panen sekarang ini. ini untuk pangan,” jelas Ageng.

 

Bicara soal pangan, lanjut Ageng, masyarakat sudah seharusnya merubah pola pikir soal pangan dan tidak menganggap pangan berupa makanan berat. Untuk merubah pola tersebut, diperlukan strategi pada komoditi untuk penanganan masalah pangan.

“Tapi diversifikasi pangan harus dijalankan secara konsisten, ini yang belum,” ucap Ageng.

Verifikasi pangan diperlukan untuk mengimbangi pergantian pada konsumsi beras dengan bahan pangan lainnya. Untuk itu perlu verifikasi penanganan pangan yang serius di Indonesia.

Eraly warning system ini berdasarkan digital, teknologi. Kan kita punya series data. Maka series data dibuat modeling maka akan ketahuan, kita akan menderita apa,” terang Ageng.

 

Beras ke Gandum

Assistant FAO - Representative for Programme of FAO Indonesia, Dr. Ir. Ageng Setiawan Herianto saat mengikuti kegiatan ICYA di Hotel UGM, Yogyakarta. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)
Assistant FAO - Representative for Programme of FAO Indonesia, Dr. Ir. Ageng Setiawan Herianto saat mengikuti kegiatan ICYA di Hotel UGM, Yogyakarta. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)

Ageng mengungkapkan, adanya verifikasi pangan yang serius dari pemerintah, dapat mengantisipasi dampak El Nino terhadap pangan. Saat ini, FAO Indonesia sedang melakukan pembicaraan terhadap verifikasi pangan terkait El Nino.

“Makin ke depan nanti persoalan perubahan iklim tidak bisa kita hindari lagi,” ungkap Ageng.

Saat disinggung soal dorongan peralihan beras ke gandum, FAO Indonesia berusaha mendorong hal tersebut. FAO Indonesia mendorong agrifood system yang analisanya saat ini bergerak berlawanan.

“Kalau yang konvensional itu hanya produksinya berapa, kalau dengan agrifood system itu kita bicara konsumsi berapa untuk healthy nutrition. Kalau konsumsi begini, produksinya harus begini. Jadi di balik kalau dengan agrifood system,” pungkas Ageng.

Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi
Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya