Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras terjadi di berbagai wilayah Indonesia pada Februari 2024. Bahkan, kenaikan harga beras mendekati 20 persen secara tahunan atau year on year/yoy.
"Harga beras eceran pada bulan Februari 2024 naik sebesar 5,28 persen secara month to month dan naik sebesar 19,28 persen secara yoy," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/3/2024).
Baca Juga
Habibullah menuturkan, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp14.525 per kilogram (kg) pada Februari 2024. Harga beras ini naik sebesar 6,31 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Advertisement
Sedangkan harga beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp14.162 per kg pada Februari 2024. Harga beras ini naik sebesar 7,39 persen.
"Dan untuk rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp13.664 per kg atau naik sebesar 4,65 persen," imbuhnya.Â
Kenaikan harga beras ini tak lepas dari andil meningkatnya harga gabah di tingkat petani. Selama Februari 2024, BPS mencatat rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp7.261 per kg atau naik 4,86 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.
Sedangkan untuk harga gabah kering giling (GKG)Â di tingkat petani Rp8.591 per kg atau naik 6,13 persen, dan di tingkat penggilingan Rp8.715 per kg atau naik 6,18 persen.
"Dibandingkan Februari 2023, rata-rata harga gabah pada Februari 2024 di tingkat petani untuk kualitas GKP, GKG, dan gabah luar kualitas masing-masing naik sebesar 27,14 persen, 33,48 persen, dan 29,76 persen," pungkasnya.
Â
Reporter: Sulaeman
Sumber:Merdeka.com
Â
Inflasi Februari 2024
Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indonesia mencapai 0,37 persen pada Februari 2024 secara bulanan atau secara month to month (mtm). Angka inflasi ini lebih tinggi dari Januari 2024Â sebesar 0,04 persen.
Inflasi pada Februari 2024 mencapai 2,75 persen secara tahunan atau year on year. Laju inflasi di ini juga lebih tinggi dibandingkan periode Februari 2022 yang mencatatkan deflasi sebesar 0,02 persen.
"Pada Februari 2024 terjadi peningkatan indeks harga konsumen atau IHK, dari 105,19 pada Januari 2024 menjadi 105,58 pada Februari 2024. Tingkat inflasi bulanan Februari 2024 ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/3/2024).
Dia menuturkan, kelompok pengeluaran inflasi bulanan terbesar disumbang makanan minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,00 persen. Adapun, terhadap andil inflasi mencapai 0,29 persen.
Adapun, komoditas utama penyumbang inflasi terbesar pada Februari 2024 adalah beras dengan andil inflasi 0,21 persen. Selanjutnya, ada komoditas cabai merah dengan andil Inflasi sebesar 0,09 persen.
"Lalu, telur ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen, serta komoditas daging ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen," imbuhnya.
Di sisi lain, BPS mencatat terdapat komoditas yang memberikan andil deflasi pada Februari 2024. Misalnya bawang merah dengan andil deflasi sebesar 0,04 persen, tomat dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen, serta cabai rawit dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen.
Â
Advertisement
Berdasarkan Sebaran
Berdasarkan sebarannya, inflasi Februari 2024 inflasi tertinggi sebesar 1,17 persen terjadi di provinsi Sumatera Barat. Sementara deflasi terdalam terjadi di Provinsi Maluku sebesar 1,19 persen.
Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengaku kesulitan untuk memperoleh kualitas beras premium menjelang bulan puasa Ramadan. Selain langka, harga beras premium juga mengalami kenaikan tajam dari sebelumnya.
Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan mencatat, saat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Reynaldi menuturkan, kelangkaan hingga kenaikan harga beras premium ini disebabkan mundurnya musim tanam akibat El-Nino hingga program bantuan sosial. Sehingga, mempengaruhi produksi padi di saat musim panen.
"Kemudian tahun lalu produksi nya terbatas sehingga konsumsi tinggi yang terjadi ialah ketidakseimbangan antara supply and demand (pasokan dan permintaan," imbuhnya.
Â
BI Waspadai Beras Picu Inflasi
Sebelumnya diberitakan, Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung, mengatakan inflasi di dalam negeri harus tetap dijaga, karena biasanya dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan (volatile food), terutama komoditas beras.
"Kalau core inflation kami sudah nyaman tapi memang volatile food perlu kita harus waspadai bersama, terutama beras," kata Juda Agung dalam acara Economic Outlook 2024, Kamis (29/2/2024).
Selain komoditas beras, yang menjadi perhatian lainnya adalah komoditas pangan musiman seperti cabai dan bawang, baik itu bawang merah maupun bawang putih.
"Dan yang selalu musiman cabai bawang, terutama beras karena beri dampak signifikan kepada daya beli masyarakat," ujarnya.
Diketahui, akhir-akhir ini isu beras yang langka dan mahal sedang hangat diperbincangkan. Lantaran, harga beras sudah melewati Harga Eceran Tertinggi (HET).
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras secara rata-rata nasional Per 29 Februari 2024, untuk beras Medium di kisaran Rp 15.900 per kg, dan beras Premium Rp 17.250 per kg.
Adapun dilansir dari laman Bank Indonesia, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 tercatat sebesar 2,57 persen (yoy) menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,61 persen (yoy) sehingga tetap berada dalam kisaran 2,5±1 persen.
Â
Advertisement
Inflasi Inti Menurun
Penurunan inflasi terjadi pada inflasi inti, sebagai hasil nyata konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia yang pro-stability serta sinergi erat kebijakan Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Inflasi inti menurun dari 1,80 persen (yoy) pada Desember 2023 menjadi 1,68 persen (yoy) pada Januari 2024, dipengaruhi oleh imported inflation yang rendah sejalan dengan tetap stabilnya nilai tukar Rupiah, ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, serta kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik.
Sementara, inflasi administered prices relatif stabil sebesar 1,74 persen (yoy). Sementara itu, inflasi volatile food meningkat menjadi 7,22 persen (yoy), terutama pada komoditas beras dan bawang karena dampak El-Nino, faktor musiman, dan bergesernya musim tanam.