Kayu dan Bambu Bisa jadi Pengganti Besi dan Baja untuk Bangun Rumah, Ini Penjelasannya

Peluang Indonesia untuk memanfaatkan material kayu dan bambu rekayasa untuk bangunan gedung dan hunian sangat terbuka lebar.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 26 Apr 2024, 19:45 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2024, 19:45 WIB
Ilustrasi perumahan bersubsidi (Liputan6.com/Fauzan)
Perumahan Zarindah. Peluang Indonesia untuk memanfaatkan material kayu dan bambu rekayasa untuk bangunan gedung dan hunian sangat terbuka lebar (Liputan6.com/Fauzan)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Perumahan menyatakan potensi pemanfaatan material kayu dan bambu rekayasa untuk bangunan gedung dan hunian sangat besar, serta memiliki peluang yang cukup baik.

Adanya ketersediaan material kayu dan bambu di Indonesia menjadi salah satu peluang yang harus dikembangkan sebagai hilirisasi produk dalam program penyediaan hunian layak, baik rumah tapak maupun vertikal.

"Peluang Indonesia untuk memanfaatkan material kayu dan bambu rekayasa untuk bangunan gedung dan hunian sangat terbuka lebar," kata Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto, Jumat (26/4/2024).

Iwan mengatakan, Kementerian PUPR selama ini juga telah melakukan riset dan penelitian terkait pemanfaatan kayu dan bambu untuk berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang ada. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan dengan semakin berkembangnya teknologi dan standarisasi material tersebut bisa digunakan untuk hunian.

Sebagai bentuk dukungan dalam isu lingkungan, pemanfaatan material berbasis bio atau bio-based material seperti kayu dan bambu memiliki emisi karbon yang terendah dibanding dengan jenis material lain, seperti material bangunan rumah dan gedung berbasis geo atau geo-based material seperti batu, pasir, bata, semen, dan logam yang secara signifikan berkontribusi pada emisi gas rumah kaca.

"Hal tersebut menjadikan kayu dan bambu sebagai alternatif material bahan bangunan yang berpotensi sebagai substitusi beton dan baja baik untuk struktural maupun non struktural bangunan rumah dan gedung," imbuh Iwan.

"Perkembangan riset yang ada dan peran strategis Indonesia di teknologi ini bisa mewujudkan mimpi karya dari pendekar-pendekar kayu dan bambu luar biasa berujung pada hilirisasi bangunan dan gedung dimana tantangannya adalah membangun gedung high rise dari kayu dan bambu," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Budidaya

BTN Salurkan Lebih dari 735 Ribu Rumah Bersubsidi
Pemilik rumah membuat rangka penguat dapur rumah di Perumahan Griya Samaji,Cieseng, Bogor, Rabu (19/02/2020). BTN pada 2019 telah merealisasikan 735.000 rumah dalam Program pemerintah satu juta rumah dengan kredit kepemilikan rumah bersubsidi sekitar Rp 111 trilyun. (merdeka.com/Arie Basuki)

Mendukung hal tersebut, Iwan menerangkan ada tiga tahapan penting yang perlu diperhatikan. Pertama, budidaya dari bambu dan kayu guna menjaga ketersediaan bahan material bangunan.

Kedua, pemanfaatan teknologi agar material kayu dan bambu rekayasa bisa dijadikan balok, kolom, parket lantai, peralatan rumah tangga, sepeda, meja dan kursi serta pengembangan teknologi perekatan dan perlindungan terhadap rayap, pengawetan dan proteksi dari bencana kebakaran. Ketiga, mewujudkan potensi bambu dan kayu dengan dikolaborasikan dengan teknologi modular volumetrik.

"Kami akan berkoordinasi dengan Otorita IKN untuk mengunakan material kayu dan bambu rekayasa untuk bangunan dan gedung di IKN dengan menggabungkan struktur baja beton. Material tersebut bisa untuk bagian interior wall panel, parket lantai, ceiling, meubelair dan peralatan makan dari kayu dan bambu," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya