Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan Matt Higgins berawal dari membersihkan meja di sebuah restoran cepat saji sebelum akhirnya menjadi seorang jutawan dan investor tamu di acara “Shark Tank” di ABC.
CEO perusahaan investasi swasta RSE Ventures ini mengaitkan perjalanannya dengan sebuah pertanyaan tiga kata yang sederhana, kata dia kepada para mahasiswa yang diwisuda di Rockville Centre, Universitas Molloy di New York pada hari Senin.
"Hidup tidak ditentukan oleh di mana kita memulai, atau bahkan di mana kita berakhir, tetapi seberapa jauh jarak yang kita tempuh di antaranya,” kata Higgins sebagaimana yang dikutip dari CNBC, ditulis Sabtu (1/6/2024)
Advertisement
"Dan cara untuk menempuh jarak yang lebih jauh dari yang pernah Anda bayangkan adalah dengan berulang kali bertanya pada diri sendiri satu pertanyaan sederhana.Mengapa bukan saya?”
Dia merekomendasikan pertanyaan tersebut sebagai penangkal sindrom penipu, sesuatu yang dialami oleh sekitar 70% orang selama hidup mereka.
"Ketika Anda mengambil langkah tentatif pertama ke arah kehidupan baru, Anda akan merasa seperti seorang penipu,” kata Matt Higgins.
"Saya tentu saja merasakannya saat menjadi bintang tamu di ‘Shark Tank’. Seorang pria dari Queens dengan ijazah GED berkompetisi melawan Mark Cuban dan Mr. Wonderful? Tidak mungkin.”
Bertanya pada diri sendiri "mengapa bukan saya?" dapat membantu mendorong otak Anda untuk mengejar peluang yang mungkin tidak pernah dipertimbangkan sebelumnya, kata Higgins.
Dalam kasusnya, pola pikir ini membantunya mendapatkan peran sebagai sekretaris pers wali kota termuda dalam sejarah New York pada usia 26 tahun, dengan penghasilan USD 35.000 atau sekitar Rp568 juta hingga USD 100.000 atau sekitar Rp1,6 miliar per tahun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.243).
Pada 2012, ia mendirikan RSE Ventures, perusahaan yang membantunya sukses dalam dunia bisnis.
Barbara Corcoran juga Punya Pola Pikir yang Sama
Rekan mainnya di “Shark Tank”, Barbara Corcoran, juga memiliki pola pikir yang sama. Pada usia 23 tahun, saat ia memulai perusahaan real estate, The Corcoran Group, ia tidak merasa dirinya layak mendapatkan kekayaan.
"Saya tidak mengenal orang kaya,” kata Corcoran dalam sebuah tanya jawab langsung di platform Patreon-nya awal tahun ini. "Keluarga saya berasal dari kelas menengah ke bawah. Jadi, bagi saya untuk benar-benar berbicara tentang aspirasi saya dan tidak merasa bersalah untuk memimpikannya adalah hal yang sulit.”
Corcoran mengatakan pada dirinya sendiri kalau memiliki hak untuk menjadi kaya. "Saya memiliki hak untuk menginginkan yang terbaik bagi diri saya sendiri. Saya memiliki hak untuk menciptakan sesuatu dari ketiadaan, mempekerjakan orang, dan melakukan liburan yang mahal,"
“Saya tidak [mempercayainya] sampai saya menjalankan bisnis ini mungkin setelah belasan tahun. Tapi saya berharap saya bisa sedikit lebih mudah pada diri saya sendiri,” katanya.
Anda pasti akan dihadapkan pada situasi yang membuat Anda ragu dengan kemampuan yang dimiliki, namun keluar dari zona nyaman dengan sikap ambisius dapat mendorong untuk terus maju, kata Higgins.
"Jangan pernah biarkan siapapun meyakinkan Anda bahwa masa lalu menentukan masa depan; masa lalu hanya menentukan dasar,” ujar dia.
“Dan untuk semua anugerah yang dikejar dan semua beban yang harus dipikul, selalu tanyakan pada diri sendiri satu pertanyaan yang memiliki kekuatan untuk mengubah hidup Anda: Mengapa bukan saya?"
Advertisement
Bukan Jadi Jutawan, 60% Orang AS Nilai Kondisi Ini Bukti Kesuksesan Keuangan
Sebelumnya, sebagian besar orang Amerika Serikat tidak berpikir harus menjadi miliarder untuk mencapai kesuksesan finansial.
Menurut survei Kesuksesan Finansial 2024 dari Bankrate, kurang dari 20% orang Amerika Serikat mendefinisikan "sukses secara finansial" "menjadi jutawan".
Berikut ini penjelasannya berdasarkan kelompok generasi:
- Gen Z (usia 18 hingga 27 tahun): 16%
- Generasi Milenial (usia 28 hingga 43 tahun): 12%
- Gen X (usia 44 hingga 59 tahun): 13%
- Generasi baby boomer (usia 60 hingga 78 tahun): 12%
Salah satu alasannya mungkin karena uang USD 1 juta (Rp15 miliar) tidak lagi memiliki pengaruh yang besar karena nilai uang yang terus terdepresiasi dari waktu ke waktu, demikian disampaikan analis Bankrate di Amerika Serikat, Sarah Foster.
"Para miliarder mungkin sudah tidak dianggap 'kaya' seperti dulu," kata dia kepada CNBC Make It.
"USD 1 juta atau sekitar Rp 15 miliar di tahun 1974 memiliki daya beli yang sama dengan [sekitar] $6 juta (Rp95 miliar) saat ini,” ia menambahkan.
Bagaimana Orang Amerika Serikat Mendefinisikan Kesuksesan Finansial?
Ketika mendefinisikan kesuksesan finansial, mayoritas orang tidak selalu memikirkan angka atau tingkat pendapatan tertentu.
Hampir 60% orang Amerika Serikat mengatakan akan merasa sukses secara finansial jika mereka dapat "hidup dengan nyaman", menurut survei tersebut. Itu berarti mampu membayar pengeluaran sehari-hari sambil tetap menyisihkan uang untuk ditabung.
Gaji Bukan Barometer
Hal ini dapat dimengerti mengingat sebagian besar orang Amerika tidak akan mampu membayar biaya darurat sebesar USD 1.000 (Rp15 juta) tanpa menggunakan kartu kredit.
"Gaji sering kali bukan barometer terbaik untuk kesuksesan finansial," kata Foster. "Orang Amerika berpenghasilan menengah yang memiliki anggaran yang ketat dan menabung sebanyak mungkin untuk masa depan mungkin merasa lebih aman secara finansial daripada orang Amerika dengan gaji enam digit yang memiliki utang kartu kredit dan tidak memiliki anggaran."
Kenaikan harga kebutuhan sehari-hari yakni makanan dan perumahan juga dapat membentuk cara orang AS menggambarkan kesuksesan finansial.
"Sentimen-sentimen tersebut mungkin menyebabkan mereka meninggalkan ide untuk berusaha menjadi kaya, dan lebih memilih untuk mencapai titik di mana mereka tidak mengkhawatirkan keuangan mereka," kata Foster.
Advertisement
Mencapai Definisi Sukses Finansial Anda
Sebagian besar orang AS optimistis mereka akan dapat mencapai kesuksesan finansial suatu hari nanti.
Menurut survei tersebut, lebih dari 60% berharap untuk sukses secara finansial di masa depan dan 11% sudah menganggap diri mereka sukses secara finansial. Namun, hampir 30% percaya mereka tidak akan pernah mencapai tonggak tersebut.
Jika Anda termasuk dalam kategori terakhir, penting untuk mengevaluasi definisi kesuksesan finansial Anda sendiri, lalu membuat rencana untuk mencapainya. Hal ini dimulai dengan mendapatkan pemahaman yang jelas tentang pendapatan Anda dibandingkan dengan pengeluarannya.
"Saran terbaik saya di era inflasi yang tinggi ini adalah memiliki anggaran yang tepat," kata Foster. "Tentukan secara spesifik berapa banyak yang dapat Anda belanjakan sambil tetap memiliki sisa uang yang cukup untuk berkontribusi pada setidaknya beberapa target keuangan Anda."
Namun, yang terpenting, ingatlah Anda tidak mungkin mencapai kesuksesan finansial dalam semalam. Setelah menyusun rencana, dibutuhkan konsistensi dan disiplin untuk tetap berpegang teguh pada rencana tersebut dan mencapai tujuan Anda.
"Penting untuk menanamkan pola pikir bahwa mencapai kesuksesan finansial adalah sebuah perjalanan, bukan sebuah daftar yang pada akhirnya bisa Anda lupakan begitu Anda mencapai tujuan akhir," kata dia.