Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah AS naik lebih dari 1% pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta). Harga emas ini mencapai lebih dari USD 81 per barel, menandai hari kedua kenaikan yang kuat dalam reli minggu ini.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) meningkat lebih dari 2% pada hari Senin, melanjutkan kenaikan minggu lalu meskipun data ekonomi dari China sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan hasil yang beragam.
Baca Juga
Daftar Harga Minyak dan Gas
Berikut daftar harga minyak hingga gas pada hari Selasa:
Advertisement
- West Texas Intermediate (Kontrak Juli): USD 81,57 per barel, naik USD 1,24 atau 1,54%. Sejak awal tahun, harga minyak mentah AS telah naik 13,8%.
- Brent (Kontrak Agustus): USD 85,33 per barel, naik USD 1,08 atau 1,28%. Sejak awal tahun, patokan harga minyak global ini telah naik 10,7%.
- RBOB Gasoline (Kontrak Juli): USD 2,48 per galon, naik 1,48%. Sejak awal tahun, bensin telah naik 18%.
- Gas Alam (Kontrak Juli): USD 2,90 per ribu kaki kubik, naik 4,3%. Sejak awal tahun, gas alam telah naik 15,7%.
Harga minyak mengalami kenaikan kemarin setelah penjualan ritel bulan Mei di China melebihi perkiraan ekonom, meskipun output industri dan investasi aset tetap mengecewakan.
Dalam catatan kepada klien, Direktur Eksekutif Energi Berjangka Mizuho Securities Bob Yawger memperingatkan bahwa reli harga energi ini mungkin sebagian besar disebabkan oleh spekulan yang menutupi posisi pendek mereka.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa jika China terkena 'virus' ekonomi, seluruh dunia akan merasakan dampaknya. Kemarin adalah pengecualian yang membuktikan aturan ini," tulis Tamas Varga, Analis Broker Minyak PVM, dalam catatan pada hari Selasa.
Harga minyak baru-baru ini menurun sebagian karena keputusan anggota OPEC+ untuk mulai menambah pasokan minyak ke pasar pada kuartal keempat.
"Sementara pasar telah pulih dengan baik dari penurunan mendadak yang dipicu oleh OPEC+, masih ada kekhawatiran relatif tentang keseimbangan kuartal keempat dan seterusnya, yang seharusnya menjadi hambatan untuk kenaikan besar," kata Ryan McKay, ahli strategi komoditas senior di TD Securities, kepada klien dalam catatan pada hari Senin.
Saat ini, harga minyak dunia naik karena para analis melihat pasar akan mengetat pada kuartal ketiga dengan ekspektasi bahwa permintaan bahan bakar musim panas akan mengurangi persediaan.
Harga Minyak Melonjak 2%, Pekan Ini Bisa Tembus Berapa?
Sebelumnya, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) bergerak menguat 2% pada perdagangan di Senin. Dengan kenaikan ini, harga minyak dunia kembali sentuh level USD 80 per barel.
Harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) melonjak hampir 4% pada minggu lalu, menghentikan penurunan tiga minggu dan mencetak kinerja mingguan terbaiknya sejak awal April.
Harga minyak naik karena ekspektasi permintaan bahan bakar di musim panas akan mengurangi persediaan dan memperketat pasar pada kuartal III 2024.
Namun, direktur eksekutif energi berjangka Mizuho Securities Bob Yawger mengatakan, reli harga minyak mentah ini sebagian besar disebabkan oleh spekulator yang menutup posisi short dan dapat menguap kapan saja.
Yawger mengatakan data dari China yang merupakan importir minyak mentah terbesar dunia, dan permintaan bensin dari musim mengemudi di musim panas perlu ditingkatkan secara dramatis agar fundamental ekonomi dapat mendukung pergerakan yang lebih tinggi.
Mengutip CNBC, Selasa (18/6/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI), untuk kontrak Juli ditutup USD 80,33 per barel, naik USD 1,88 atau 2,4%. Jika dihitung dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak WTI AS telah naik 12,1%.
Untuk harga minyak Brent kontrak Agustus ditutup USD 84,25 per barel, naik USD 1,63 atau 1,97%. Dari awal tahun sampai saat ini, harga acuan minyak global ini telah naik 9,3%.
Sedangkan harga gas alam untuk kontrak Juli dipatok USD 2,78 per seribu kaki kubik, turun 3,23%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas telah naik 10,9%
Advertisement
Kinerja China
China membukukan data ekonomi beragam pada hari Senin, dengan penjualan ritel di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut melampaui ekspektasi, namun output industri dan investasi aset tetap meleset dari perkiraan.
Ketidakpastian perekonomian China dan pertumbuhan permintaan minyak telah lama membayangi pasar minyak mentah. OPEC memperkirakan ekonomi China akan tumbuh 4,8% tahun ini, yang akan menjadi pendorong utama konsumsi minyak mentah di negara-negara berkembang.
Namun Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris, merevisi perkiraan permintaan minyak global menjadi lebih rendah, dengan alasan melemahnya permintaan di China.
Menurut IEA, pertumbuhan permintaan di China melambat dari 800.000 barel per hari pada kuartal I menjadi 95.000 barel per hari pada bulan April.
Akibatnya, pertumbuhan permintaan minyak global akan mencapai 960.000 barel per hari tahun ini, sekitar 100.000 barel per hari lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, menurut badan tersebut.
Kata Analis
Analis di pialang minyak PVM Tamas Varga mengatakan, reli pekan lalu tidak terlalu meyakinkan. Namun perkembangan selama lima sesi perdagangan terakhir juga tidak menunjukkan adanya memburuknya sentimen investor.
Helima Croft, kepala analis komoditas RBC Capital Markets menjelaskan bahwa stok minyak akan turun 850.000 barel per hari pada kuartal ketiga.
“Ini lebih merupakan perasaan bahwa pasar ini kemungkinan akan menjadi lebih ketat ketika kita melangkah lebih dalam di musim panas,” kata Croft kepada “Closing Bell: Overtime” CNBC pada hari Jumat.
Advertisement