Liputan6.com, Jakarta - Total utang gabungan negara-negara di seluruh dunia telah mencapai USD 91 triliun. Angka tersebut merupakan jumlah yang hampir sama dengan ukuran perekonomian global.
Seperti diketahui, beban utang global telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagian karena dampak pandemi, sehingga menjadi ancaman yang semakin besar terhadap standar hidup bahkan di negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu menegaskan kembali peringatannya bahwa defisit fiskal kronis di AS harus segera diatasi.
Advertisement
"(Tetapi) defisit yang terus berlanjut dan meningkatnya beban utang (sekarang) menjadikan hal ini lebih menjadi kekhawatiran jangka menengah," kata Roger Hallam, kepala suku bunga global di salah satu manajer aset terbesar di dunia Vanguard, dikutip dari CNN Business, Rabu, 3 Juli 2024.
Artikel Utang Global Sentuh USD 91 Triliun, Negara Ini Menanggung Beban Terberat menyita perhatian pembaca di Kanal Bisnis Liputan6.com. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di Kanal Bisnis Liputan6.com? Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis yang dirangkum Kamis (4/7/2024):
1.Utang Global Sentuh USD 91 Triliun, Negara Ini Menanggung Beban Terberat
Total utang gabungan negara-negara di seluruh dunia telah mencapai USD 91 triliun. Angka tersebut merupakan jumlah yang hampir sama dengan ukuran perekonomian global.
Seperti diketahui, beban utang global telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagian karena dampak pandemi, sehingga menjadi ancaman yang semakin besar terhadap standar hidup bahkan di negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat (AS).
Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu menegaskan kembali peringatannya bahwa defisit fiskal kronis di AS harus segera diatasi.
"(Tetapi) defisit yang terus berlanjut dan meningkatnya beban utang (sekarang) menjadikan hal ini lebih menjadi kekhawatiran jangka menengah," kata Roger Hallam, kepala suku bunga global di salah satu manajer aset terbesar di dunia Vanguard, dikutip dari CNN Business, Rabu, 3 Juli 2024.
2. Inflasi AS Buat Kemajuan, Bos The Fed Masih Sabar Turunkan Suku Bunga
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengungkapkan pihaknya telah membuat kemajuan dalam menekan inflasi Amerika Serikat (AS).
Namun, Powell juga mengatakan dia ingin bersabar sebelum cukup percaya diri untuk mulai menurunkan suku bunga.
"Kami telah mencapai sedikit kemajuan dan mengembalikan inflasi ke target kami," kata Powell di forum bank sentral di Sintra, Portugal, dikutip dari CNBC International, Rabu, 3 Juli 2024.
"Angka (inflasi) terakhir dan sebelumnya pada tingkat yang lebih rendah, menunjukkan bahwa kita kembali ke jalur disinflasi. Kami ingin lebih yakin bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju 2% sebelum kami memulai proses pengurangan atau pelonggaran kebijakan," ia menambahkan.
Powell berbicara di sebuah forum yang juga dihadiri oleh Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde dan Gubernur bank sentral Brasil Roberto Campos Neto.
Advertisement
3. Pengusaha Minta Dilibatkan Soal Bea Masuk Barang China 200%
Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia memberikan tanggapannya terhadap rencana pemberlakuan bea masuk 200% pada barang-barang impor dari China. Rencana bea masuk tersebut pertama kali diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Tanggapan itu disampaikan dalam pernyataan bersama Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Organisasi, Hukum, dan Komunikasi Kadin Indonesia, Yukki Nugrahawan Hanafi, Wakil Ketua Umum Bidang Asosiasi dan Himpunan Wisnu W. Pettalolo dan Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Juan Permata Adoe.
Terkait bea masuk 200% pada barang China, Kadin mengatakan bahwa pihaknya menghimbau agar Kementerian Perdagangan juga kementerian dan lembaga terkait dapat melibatkan pelaku usaha, asosiasi, dan himpunan melalui forum dialog dalam proses penyusunan dan finalisasi kebijakan tersebut.
Berita selengkapnya baca di sini