Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga buka suara terkait dugaan proyek Kereta Cepat Whoosh membuat PT Wijaya Karya (Persero) Tbk rugi. Menurutnya, masih ada proses bisnis yang berjalan.
Sebelumnya, Wika tercatat mengalami kerugian hingga Rp 7,13 triliun pada 2023. Salah satu kontributornya disebut datang dari proyek Kereta Cepat Whoosh. Adapun, kerugian itu disinyalir dari beban yang ditanggung PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium BUMN di proyek Kereta Cepat Whoosh.
Baca Juga
"Bukan menyumbangkan kerugian, di mana-mana orang kan ada invest dulu," kata Arya ditemui di Kantor Perum Perhutani, Jakarta, Senin (15/7/2024).
Advertisement
Dia menjelaskan, ada proses bisnis yang masih berjalan, seperti operasional Kereta Cepat Whoosh. Dalam bisnis, ada tahapan hingga nantinya ada catatan untung.
"Dia kan untuk bisnis, kalau misalnya bikin rugi, kalau misalnya perusahaannya kereta cepat-nya gak jalan," ungkapnya.
Misalnya, target beroperasi dengan 60 perjalanan per harinya, sedangkan saat ini baru 48 perjalanan. Kemudian, target jumlah penumpang harian yang ditarget 30.000 orang, meski saat ini baru 22.000 orang.
"Kalau sekarang masih menuju ya, kan target kita 60-an tuh trayek bolak balik setiap hari, sekarang masih 40-an, bertahap kan, target awalnya mungkin 30-an (ribu penumpang) sekarang udah 21.000-an," tuturnya.
"Ya gak mungkin tiba-tiba, ya orang jualan masa langsung tercapai, ya dia bertahap. Tapi kan sekarang uda bagus dia jalannya udah bagus," sambung Arya Sinulingga.
Â
Wijaya Karya Rugi
Diberitakan sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) membeberkan biang kerok yang menyebabkan perusahaan merugi pada 2023.
Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito menyinggung proyek Kereta Cepat Whoosh menjadi salah satu penyebab perusahaan tekor.
Agung menjelaskan, sebelum infra-boom atau sebelum 2015 perseroan masih mengantongi aset Rp 15,9 triliun dengan rasio keuangan yang masih cukup baik. Saat itu, perseroan masih bergerak berdasarkan core bisnisnya di konstruksi dan belum banyak melakukan ekspansi.
Namun, saat infra-boom terjadi pada 2015-2019, perseroan mulai ekspansi di properti. Perseroan juga banyak penugasan pada proyek strategis nasional (PSN) termasuk kereta cepat Jakarta-Bandung. Hal itu membuat aset perseroan melonjak hingga mencapai Rp 62 triliun pada 2019. Lalu pandemi Covid-19 terjadi pada 2019-2022.
Â
Advertisement
Kebut Proyek Kereta Cepat
Di tengah lumpuhnya berbagai aktivitas kala itu, perseroan didesak untuk menyelesaikan semua proyek-proyek termasuk kereta cepat. Sehingga puncaknya pada 2023 perseroan mengalami guncangan finansial yang cukup dalam.
"Jadi ada dua komponen. Yang pertama adalah beban bunga yang cukup tinggi, kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat yang tiap tahun juga cukup besar " jelas Agung, dikutip Jumat (12/7/2024).
PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang menggenggam mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60%. WIKA menjadi salah satu pemegang saham PSBI dengan porsi kepemilikan 38% saham.
Pada tahun buku 2023, rugi perseroan bengkak hingga Rp 7,13 triliun, meski pendapatan naik tipis. Rugi itu naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, di mana rugi perseroan mencapai Rp 59,6 miliar.