KKP: Neraca Dagang Ikan RI Surplus Rp 40,76 Triliun di Semester I 2024

Neraca perdagangan perikanan Indonesia mendapatkan surplus sebesar USD2,49 miliar pada periode Januari sampai Juni 2024.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 24 Jul 2024, 12:46 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 12:46 WIB
Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan hasil ekspor perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan neraca perdagangan perikanan Indonesia mendapatkan surplus sebesar USD2,49 miliar pada periode Januari sampai Juni 2024. Nilai surplus tersebut setara Rp40,76 triliun atau naik 6,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Neraca perdagangan kita mengalami surplus 2,49 miliar dolar Amerika," kata Staf Ahli Menteri Kelautan Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut KKP, Hendra Yusran Siry, dalam konferensi pers Kinerja KKP Semester I 2024 di Gedung KKP, Jakarta, Rabu (24/7/2024).

Dalam catatannya, surplus diperoleh dari realisasi kinerja ekspor perikanan Indonesia mencapai USD 2,71 miliar. Realisasi nilai ekspor tersebut setara Rp44,24 triliun atau naik 1,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

Sementara nilai impor perdagangan perikanan Indonesia mencapai USD 0,22 miliar. Nilai impor ini setara Rp3,58 triliun atau sekitar 8,09 persen dari total eskpor perikanan Indonesia.

Total Produksi

Secara keseluruhan total produksi ikan di semester I 2024 sebanyak 11, 81 ton. Di sisi lain, sumbangan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)dari sektor kelautan dan perikanan mencapai 963,64 miliar hingga semester I 2024.

Selanjutnya realisasi anggaran KKP hingga Juli 2024 mencapai Rp3,24 triliun. Hendra mengatakan, realisasi anggaran KKP tersebut setara 49,74 persen dari total anggaran sebanyak Rp6,52 triliun.

"Dengan demikian, ini beberapa capaian makro dari Kementerian Kelautan dan Perikanan," pungkas Hendra.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Neraca Perdagangan RI Tembus USD 15,45 Miliar di Semester I-2024

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Petugas beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara kumulatif periode Januari hingga Juni 2024 neraca perdagangan Indonesia mencapai USD15,45 miliar atau mengalami penurunan sebesar USD 4,46 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Jika dilihat lebih rinci, secara kumulatif neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar USD25,55 miliar atau lebih rendah sekitar USD3,16 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024).

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas mencapai USD 10,11 miliar atau lebih besar USD 1,31 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Jika dilihat menurut negara, defisit neraca perdagangan nonmigas kumulatif terbesar hingga Juni tahun ini terjadi dengan Tiongkok sebesar USD 5,43 miliar, kemudian dengan Australia USD USD 2,28 miliar, Thailand USD 2,16 miliar.

Juni 2024

Disisi lain, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia Juni 2024 mengalami surplus sebesar USD2,39 miliar. Capaian tersebut memperpanjang catatan surplus selama 50 bulan beruntun sejak Mei 2020.

"Pada Juni 2024 nercaa perdagangan barang tercatat surplus sebesar USD2,39 miliar, atau turun sebesar USD 0,54 miliar secara bulanan, dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujarnya.

Surplus neraca perdagangan Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD4,43 miliar, dimana komoditas yang menyumbangkan surplus adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), besi dan baja (HS72), dan beberapa komoditas lainnya.

 

 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya