Luhut Sesumbar Indonesia Salip China soal Produksi Anoda Baterai Litium

Menko Luhut memproyeksikan Indonesia berpotensi mengalahkan China dalam hal produksi anoda baterai litium, menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 08 Agu 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2024, 10:00 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan  menghadiri Marine Spatial Planning and Expo Service 2023, di Pullman Central Park, Jakarta, Selasa (19/9/2023). Menko Luhut angkat bicara soal Rempang. (Tira/Liputan6.com)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menghadiri Marine Spatial Planning and Expo Service 2023, di Pullman Central Park, Jakarta, Selasa (19/9/2023). Menko Luhut angkat bicara soal Rempang. (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa Indonesia berpotensi mengalahkan China dalam hal produksi anoda baterai litium, menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia.

"Kita akan bisa melewati China dalam produksi anoda baterai litium dalam beberapa waktu ke depan," ujar Luhut dikutip dari Antara, Kamis (8/8/2024).

Saat ini, beberapa negara lain seperti Jepang hanya memiliki kapasitas produksi anoda baterai sebesar 10 ribu ton per tahun, sementara Korea Selatan mencapai 40 ribu ton per tahun.

Produksi terbesar saat ini berada di China dengan kapasitas 100 ribu ton per tahun. Namun, kapasitas produksi PT Indonesia BTR New Energy Material di Kendal akan mencapai 80 ribu ton per tahun pada tahap awal.

Indonesia Salip China

Luhut optimistis bahwa Indonesia dapat melampaui China karena PT Indonesia BTR New Energy Material akan melanjutkan pembangunan fase kedua pada akhir tahun 2024.

Pembangunan ini diharapkan selesai pada Maret 2025, yang akan meningkatkan total produksi anoda baterai litium di Indonesia menjadi 160 ribu ton per tahun, melampaui produksi China yang saat ini hanya 100 ribu ton per tahun.

Namun, sebelum fase kedua selesai, Indonesia masih akan berada di posisi kedua setelah China dalam hal produksi anoda baterai litium.

 

Pembangunan Fase Kedua

Menko Luhut terbang ke China untuk menawarkan investasi di Indonesia. Mulai dari baterai listrik hingga nikmatnya Durian Medan.
Menko Luhut terbang ke China untuk menawarkan investasi di Indonesia. Mulai dari baterai listrik hingga nikmatnya Durian Medan. (dok: Menkomarves)

Luhut menyebutkan bahwa PT Indonesia BTR New Energy Material akan memulai pembangunan fase kedua pada awal kuartal IV tahun 2024 dan diproyeksikan selesai pada 1 Maret 2025. Dengan demikian, total produksi anoda baterai litium di Indonesia akan mencapai 160 ribu ton per tahun.

Sebagai pembanding, Luhut menyatakan bahwa kapasitas produksi anoda baterai di Jepang hanya sebesar 10 ribu ton, dan Korea Selatan sebesar 40 ribu ton.

Sementara itu, pabrik terbesar di China saat ini memiliki kapasitas 100 ribu ton. "Jadi, kita akan bisa melewati China dalam beberapa waktu ke depan," tegas Luhut.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia tidak hanya akan meningkatkan kapasitas produksinya, tetapi juga memperkuat posisinya di pasar global sebagai produsen utama anoda baterai litium.

Ini merupakan langkah penting dalam mendorong pertumbuhan industri energi terbarukan dan memperkuat ekonomi nasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya