Rupiah Dibuka Perkasa, Tapi Hati-hati Ada Potensi Pelemahan

Rully memproyeksikan nilai tukar rupiah hari ini bergerak di kisaran 15.200 per dolar AS sampai dengan 15.280 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Sep 2024, 12:20 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 12:20 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Pada Selasa (24/9/2024), rupiah dibuka menanjak 16 poin atau 0,10 persen menjadi 15.190 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.206 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka penguat tipis pada perdagangan Selasa ini. Kemarin rupiah melemah tetapi tidak terlalu besar. Analis memperkirakan gerak nilai tukar rupiah pada selasa ini akan melemah dipengaruhi data perekonomian China yang kurang baik.

Pada Selasa (24/9/2024), rupiah dibuka menanjak 16 poin atau 0,10 persen menjadi 15.190 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.206 per dolar AS.

"Rupiah hari ini diperkirakan melemah dipengaruhi data perekonomian China yang kurang bagus di tengah rencana The Fed untuk kembali cut rate sampai dengan di sisa akhir tahun ini," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova dikutip dari Antara. 

Ia menuturkan data pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan sulit mencapai 5 persen pada 2024. Sementara, China adalah salah satu mitra dagang utama Indonesia.

Dari dalam negeri, sentimen yang berkembang terkait dengan defisit anggaran pemerintah yang terus melanjutkan tren peningkatan.

Rully memproyeksikan nilai tukar rupiah hari ini bergerak di kisaran 15.200 per dolar AS sampai dengan 15.280 per dolar AS.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat bahwa defisit APBN hingga Agustus 2024 mencapai Rp153,7 triliun, atau sebesar 0,68 persen dari PDB.

“Tahun ini defisit didesain pada Rp 522,8 triliun atau 2,29 persen dari PDB. Jadi, dalam hal ini (defisit pada Agustus sebesar) 0,68 persen masih di dalam track untuk APBN 2024,” ujar Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin.

Defisit tersebut salah satunya terjadi karena penerimaan negara yang menurun 2,5 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp 1.777 triliun, sementara realisasi belanja pemerintah berjalan on the track mencapai 58,1 persen dari pagu, atau Rp 1.930,7 triliun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Nilai Tukar Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Sri Mulyani Sebut Imbas Suku Bunga The Fed Turun

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) dinilai mendorong nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat.

Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Adapun berdasarkan data RTI, rupiah berada di posisi 15.195 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin sore, 23 September 2024.

"Kita lihat kurs kita di Rp15.287 per USD itu penguatan rupiah sangat ketat kelihatan, kalau kita lihat periode akhir juli dengan September awal itu stip decline artinya penguatan rupiah," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Senin (23/9/2024).

Sri Mulyani menuturkan, dalam setahun, nilai tukar rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,54 persen, mengimbangi depresiasi sebelumnya sekitar 5 persen. 

"Untuk pergerakan kurs ini setahun dalam hal ini kita mengalami apresiasi sudah 0,54 persen itu hal yang mengkompensit kemarin depresiasi sekitar 5 persen," kata dia.

 


Surat Utang

Selain itu, Sri Mulyani menuturkan, penurunan yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun yang kini berada di 6,42 persen akan menguntungkan APBN dan mengurangi beban pembayaran utang. 

"Pergerakan dari yield surat berharga kita 10 tahun, untuk yang local currency indonesia 10 tahun di 6,42 persen ini menunjukkan tensi yang menurun ini berarti cukup positif untuk APBN karena berarti tensi dari pembayaran utang kita bisa diperkirakan bisa mengakami penurunan," ujar dia.

Sementara, penurunan yield US Treasury 10 tahun menjadi 3,74 persen juga diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman. "Nah ini juga memberikan harapan terhadap cost off borrowing yang lebih rendah dan diharapakan ini juga bisa memacu kegiatan ekonomi secara positif," terang dia.

Sri Mulyani juga mencatat adanya peningkatan aliran modal masuk ke Indonesia, baik dari pembelian saham maupun surat berharga negara. 

"Bulan Agustus melonjak lebih tinggi lagi dan pada September hingga tanggal 19 juga mengalami positif flow untuk SBN maupun dari sisi saham," pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya