Nasib Rupiah Jelang Pergantian Tahun, Masih Aman?

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta hingga saat ini menguat 86 poin atau 0,53 persen menjadi 16.149 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.235 per dolar AS.

oleh Septian Deny diperbarui 30 Des 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2024, 11:00 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta hingga saat ini menguat 86 poin atau 0,53 persen menjadi 16.149 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.235 per dolar AS.

Namun, Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang akhir tahun tidak terelakkan.

“Pergerakan rupiah yang melemah jelang akhir tahun tak terelakkan karena sentimen penguat dolar jelang akhir tahun masih belum hilang dan belum ada sentimen positif yang membalikkan itu,” ujarnya dikutip dari Antara, Senin (30/12/2024).

Berdasarkan faktor dari dalam negeri, pasar disebut cukup skeptis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. Hal ini didasari antara lain karena penurunan daya beli kelas menengah, keputusan pemberlakuan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen, dan lainnya.

Ekonomi AS

Di sisi lain, lanjut dia, ekonomi AS terlihat masih cukup solid sehingga menurunkan peluang pemangkasan suku bunga acuan yang lebih besar.

Ekspektasi program ekonomi Presiden AS terpilih Donald Trump yang bisa menuai perang dagang dan memantik konflik geopolitik juga mendorong pelaku pasar masuk ke aset dolar AS sebagai aset aman.

“Hingga akhir tahun, rupiah bisa bertahan di atas 16.100 terhadap USD,” ungkap Ariston.

 

Sentimen The Fed hingga Geopolitik Bebani Rupiah Memasuki 2025

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah jelang Tahun Baru 2025. Koreksi rupiah hingga 54 poin ini berpotensi timbulkan kekhawatiran.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan, berbagai faktor eksternal dan internal menjadi penyebab utama melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

Secara eksternal, salah satu faktor utama adalah kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Ibrahim menuturkan, pada 2025, The Fed berpeluang tidak akan menurunkan suku bunga sebanyak yang diperkirakan sebelumnya. 

"Salah satunya adalah the fed yang kemungkinan besar Tahun 2025 tidak akan menurunkan suku bunga lebih banyak lagi," ujar Ibrahim dalam keterangan yang diterima, Jumat (27/12/2024).

Dia menuturkan, jika kebijakan Presiden Donald Trump pada masa mendatang bertentangan dengan kondisi pasar, bahkan ada potensi The Fed menaikkan suku bunga. Hal ini mendorong penguatan dolar AS, yang secara langsung melemahkan nilai tukar rupiah.

"Bahkan kalau kebijakan-kebijakan Trump nanti berlawanan dengan pasar, kemungkinan besar Bank Sentral Amerika tidak menurunkan suku bunga, bahkan bisa saja menaikkan suku bunga, itu yang pertama," ujar dia.

 

Faktor Geopolitik

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kedua, faktor geopolitik juga turut memperburuk situasi. Konflik yang masih berlangsung di Timur Tengah serta ketegangan antara Rusia dan Ukraina memanaskan situasi global, terutama di kawasan Eropa. Gejolak ini memperkuat posisi dolar AS sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian.

Selain itu, kondisi ekonomi China yang masih bermasalah juga memberi dampak besar. Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, perlambatan di China mempengaruhi banyak negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Ibrahim menjelaskan bahwa masalah ekonomi di China menyebabkan guncangan di kawasan Asia, yang pada akhirnya memengaruhi ekonomi global.

"Ini membuat kondisi perekonomian di kawasan Asia ya ini mengalami satu permasalahan dan ini berdampak terhadap ekonomi global karena kita melihat bahwa Tiongkok adalah salah satu negara ekonomi terbesar kedua di dunia," ujar dia.

 

 

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya