Top 3: Hadapi Ancaman Krisis Ekonomi, Warga Indonesia Harus Apa?

Menghadapi krisis ekonomi bukanlah perkara mudah, terutama bagi masyarakat Indonesia yang pernah merasakan dampak dari krisis sebelumnya.

oleh Septian Deny diperbarui 08 Okt 2024, 06:30 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2024, 06:30 WIB
20160711-2035, Penduduk Indonesia Diperkirakan Capai 306 Juta Jiwa
Permukiman kumuh diantara gedung pencakar langit di kawasan Petamburan, Jakarta, (11/7). Pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, namum masih banyak ketimpangan yang terjadi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menghadapi krisis ekonomi bukanlah perkara mudah, terutama bagi masyarakat Indonesia yang pernah merasakan dampak dari krisis sebelumnya. Krisis ekonomi dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti ketidakstabilan politik, bencana alam, atau perubahan drastis dalam ekonomi global.

Masyarakat harus fokus pada kebutuhan pokok dan mengurangi pengeluaran yang bersifat konsumtif. Dengan demikian, dana darurat dapat lebih mudah terkumpul dan digunakan saat dibutuhkan.

Berita mengenai krisis ekonomi ancam Indonesia ini menjadi berita yang paling banyak dibaca. Berikut daftarnya per Selasa (8/10/2024):

1. Krisis Ekonomi Ancam Indonesia, Warga RI Harus Apa?

Kondisi ketidakstabilan ekonomi dunia saat ini masih tetap dirasakan. Di tengah kelesuan ekonomi dalam negeri yang perlu ditangani, ekonomi Indonesia terancam masuk krisis.

Beberapa faktor yang menunjukkan perekonomian sedang tidak baik diantaranya tercatat dari Data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juli 2024 menurun ke level 49,7, sedangkan di bulan sebelumnya Juni 2024 berada di level 50,7. Kemudian Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatatkan deflasi di level 0,18% per Juli 2024.

Menghadapi krisis ekonomi bukanlah perkara mudah, terutama bagi masyarakat Indonesia yang pernah merasakan dampak dari krisis sebelumnya. Krisis ekonomi dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti ketidakstabilan politik, bencana alam, atau perubahan drastis dalam ekonomi global.

Baca artikel selengkapnya di sini

2. Oneng Protes Tanah Mat Solar untuk Proyek Tol Cinere-Serpong Belum Dibayar, Ini Jawaban Pemerintah

Rieke Diah Pitaloka dan Mat Solar
Rieke Diah Pitaloka jenguk Mat Solar. Ia syok mendapati ganti rugi tanah Mat Solar yang dipakai negara untuk Tol Cinere-Serpong hingga kini belum lunas. (Foto: Dok. Instagram @riekediahp)

Momen langka terjadi saat Rieke Diah Pitaloka alias Oneng saat menengok sahabat sekaligus lawan mainnya di sinetron Bajaj Bajuri, Mat Solar. Diketahui, Mat Solar sedang berjuang melawan penyakit strok sejak 2017.

Anggota DPR RI asal Fraksi PDIP itu mengungkapkan jika tanah milik rekan seprofesinya Mat Solar untuk proyek jalan tol Cinere-Serpong masih belum dibayar pemerintah. Hal ini dikonfirmasi oleh anak Mat Solar, Haidar Rasyad.

 Mendengar ini, Rieke Diah Pitaloka meminta pemerintah untuk membayar ganti rugi tanah milik Mat Solar tersebut. Bahkan, dia mengaku tidak ikhlas jika pemeran Bang Juri tersebut tidak memperoleh ganti rugi lahan dari pemerintah.

Baca artikel selengkapnya di sini

3. Krisis Pangan Global Mengancam, 16 Negara Larang Ekspor Pangan

Krisis pangan global semakin mendesak perhatian dunia seiring dengan meningkatnya ketidakstabilan pasokan pangan di berbagai negara.
Krisis pangan global semakin mendesak perhatian dunia seiring dengan meningkatnya ketidakstabilan pasokan pangan di berbagai negara. (Istimewa)

Krisis pangan global semakin mendesak perhatian dunia seiring dengan meningkatnya ketidakstabilan pasokan pangan di berbagai negara. Produksi pertanian yang menurun di banyak wilayah dunia akibat faktor perubahan iklim yang ekstrem, ketergantungan tinggi impor pada produk pangan maupun suplai pertanian turut menambah tekanan pada harga komoditas pangan global.

Di sisi lain, apa yang disebut sebagai scarring effect meninggalkan jejak yang mendalam pada rantai pasok global, dengan banyaknya negara yang masih berjuang memulihkan ekonomi dan sektor pertaniannya. Hal ini kemudian diperburuk dengan kondisi geopolitik yang melahirkan kebijakan pembatasan maupun sanksi ekspor yang mencakup produk pangan.

Data Food Security Update Edisi September 2024 dari World Bank menunjukkan hingga akhir September 2024, 16 negara telah menerapkan 22 larangan ekspor pangan, dan 8 negara telah menerapkan tindakan pembatasan ekspor.

Baca artikel selengkapnya di sini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya