Bank Dunia Peringatkan Dampak Konflik Timur Tengah ke Ekonomi Indonesia

Bank Dunia memperingatkan dampak geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Rusia-Ukraina bisa berdampak bagi pertumbuhan ekonomi negara di Kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP).

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 08 Okt 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2024, 15:00 WIB
FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo memperingatkan dampak geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Rusia-Ukraina bisa berdampak bagi pertumbuhan ekonomi negara di Kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP).

Selain berdampak pada korban jiwa, secara ekonomi konflik dan ketegangan ini bisa menghambat impor dan ekspor di Timur Tengah serta mempengaruhi harga minyak mentah.

“Harga minyak mentah dari  USD 70 hingga USD 80. Jika konflik ini memburuk dan mencakup negara-negara penghasil minyak bumi, ini akan menghasilkan guncangan tinggi,” kata Mattoo dalam webinar Media Update-East Asia Pacific Economic Update-October 2024, Selasa (8/10/2024). 

Bank Dunia menambahkan, konflik di Timur Tengah juga menghambat transportasi pelayaran laut. Hal ini berdampak pada biaya transportasi laut yang meningkat hingga 40 persen jika dibandingkan sebelum adanya konflik. 

“Guncangan ekonomi global ini berpengaruh pada permintaan ekspor dari kawasan asia pasifik dan akan berpengaruh dari sisi pertumbuhan,” jelasnya. 

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Bank Dunia melihat EAP yang sedang berkembang terus tumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di dunia pada 2024, tetapi lebih lambat daripada sebelum pandemi.

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan di Asia Timur dan Pasifik sebesar 4,8 persen pada 2024, melambat menjadi 4,4 persen pada 2025. 

Pertumbuhan di Tiongkok, ekonomi terbesar di kawasan tersebut, diproyeksikan menurun dari 4,8 persen tahun ini menjadi 4,3 persen pada 2025, dalam menghadapi pelemahan pasar properti yang terus-menerus, rendahnya kepercayaan konsumen dan investor, serta tantangan struktural seperti penuaan dan ketegangan global.

 

Kawasan Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kemudian, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) juga masih stabil 123,8. Selain itu, Mandiri Spending Index masih dalam posisi kuat di 46,9, karena dipengaruhi oleh adanya momen Ramadan dan Lebaran 2024. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pertumbuhan di kawasan lainnya diperkirakan meningkat dari 4,7 persen pada 2024 menjadi 4,9 persen pada 2025, yang diuntungkan oleh peningkatan konsumsi domestik, pemulihan ekspor barang, dan pemulihan pariwisata. 

Di antara negara-negara yang lebih besar, hanya Indonesia yang diperkirakan akan tumbuh pada tahun 2024 dan 2025 pada atau di atas tingkat sebelum pandemi, sementara pertumbuhan di Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam diperkirakan akan berada di bawah tingkat tersebut. 

Negara-negara Kepulauan Pasifik diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,5 persen pada 2024 dan 3,4 persen pada 2025, seiring dengan pulihnya pariwisata. Pertumbuhan investasi masih lemah di sebagian besar wilayah tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya