Liputan6.com, Jakarta Tim dari Polbangtan Bogor telah melakukan Monitoring dan Evaluasi (Monev) terkait Program Perluasan Areal Tanam (PAT) dan distribusi pompa bantuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor.
Kegiatan Monev bertujuan memastikan pemanfaatan pompa berjalan optimal sekaligus mengidentifikasi kendala yang dihadapi petani di lapangan. Sebagaimana dikatakan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bahwa perguruan tinggi vokasi Kementan memiliki peran penting untuk memajukan pertanian.
Advertisement
“Pertanian pun dapat di digarap dengan cara-cara kekinian, namun harus didukung oleh SDM yang memadai. Polbangtan menjadi ujung tombak dalam hal tersebut,” kata Amran.
Advertisement
Dalam berbagai kesempatan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengatakan irigasi pompanisasi menjadi alternatif solusi untuk meningkatkan produksi padi, terlebih ketika menghadapi musim kemarau atau lahan yang berada cukup jauh dari sumber air.
Monitoring dilaksanakan di tiga desa, Desa Sukagalih, Wening Galih, dan Jonggol, dengan melibatkan tiga kelompok tani. Desa Sukagalih diwakili oleh Poktan Saluyu, Desa Wening Galih oleh KWT Melati, dan Desa Jonggol oleh Poktan Tirta Mukti. Setiap kelompok tani mendapat pendampingan langsung dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Evi.
Pada Gapoktan Saluyu di Desa Sukagalih, dua unit pompa bantuan telah diterima dan difungsikan untuk menyelamatkan lahan seluas 40.000 m². Pompa tersebut membutuhkan 8 liter bensin untuk beroperasi selama 8 jam dengan biaya bahan bakar mencapai Rp80.000 per hari.
Meskipun pemanfaatan pompa berjalan baik, para petani mengalami kendala karena lahan sawah mereka jauh dari sumber air, sehingga memerlukan selang tambahan untuk distribusi air yang optimal. Rencana tanam berikutnya akan dimulai pada November 2024.
Di KWT Melati di Desa Wening Galih, satu unit pompa telah diterima dan digunakan untuk menyelamatkan lahan seluas 30.000 m². Pompa ini memerlukan 9 hingga 10 liter bensin untuk 10 jam operasi dengan biaya Rp100.000 per hari.
Keterbatasan Sumber Air
Minimnya curah hujan dan keterbatasan sumber air membuat petani hanya dapat melakukan penanaman 1-2 kali per tahun. Para petani juga menggunakan pompa swadaya untuk mengalirkan air ke area yang sulit dijangkau.
Sementara itu, Poktan Tirta Mukti di Desa Jonggol menerima satu unit pompa yang telah digunakan untuk mengairi lahan seluas 47.000 m². Kondisi geografis yang lebih datar membuat pompa di desa ini lebih hemat bahan bakar, hanya memerlukan 7 liter bensin untuk 10 jam dengan biaya Rp70.000.
Kendati demikian, tantangan tetap ada karena jarak lahan dari sumber air masih cukup jauh dan membutuhkan selang tambahan untuk distribusi yang efektif. Rencana tanam berikutnya dijadwalkan pada Oktober 2024.
Secara keseluruhan, program bantuan pompa dari Kementerian Pertanian dinilai berhasil dalam membantu petani mengatasi masalah kekeringan dan menjaga produktivitas lahan.
Advertisement
Perkuat Ketahanan Pangan
Kendala seperti jarak lahan dari sumber air dan kebutuhan akan selang tambahan masih perlu perhatian lebih lanjut. Selain bantuan pompa, petani juga memanfaatkan pompa swadaya untuk mengatasi keterbatasan yang ada.
Polbangtan Bogor dan para PPL setempat akan terus memantau perkembangan program ini dan memberikan pembinaan berkelanjutan agar penanaman berikutnya berjalan sesuai rencana.
Dengan adanya bantuan pompa dan upaya swadaya dari petani, diharapkan program PAT ini dapat memperkuat ketahanan pangan dan mendorong keberlanjutan sektor pertanian di Kecamatan Jonggol.