Sri Mulyani Was Was Rupiah Amblas Gara-Gara Donald Trump Menang Pilpres AS

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti kondisi Rupiah setelah hasil Pilpres AS menunjukkan Donald Trump kembali terpilih untuk mengisi kursi kepresidenan periode kedua.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 08 Nov 2024, 15:34 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2024, 15:30 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti kondisi Rupiah setelah hasil Pilpres AS menunjukkan Donald Trump kembali terpilih untuk mengisi kursi kepresidenan periode kedua.

Menkeu melihat, kemenangan Trump dalam Pilpres AS menimbulkan dampak signifikan pada pasar keuangan global, tak terkecuali pada Rupiah.

Sri Mulyani memaparkan, nilai tukar Rupiah sempat menguat hingga bulan Oktober 2024, bahkan mencapai Rp 15.200 per dolar AS (USD).

Namun, posisi tersebut tidak berlangsung lama, lantaran adanya perubahan sentimen global imbas ekspektasi penurunan Fed Fund Rate oleh The Fed memengaruhi kondisi pasar.

"Dengan terpilihnya kembali Presiden Trump, indeks Dolar AS mengalami penguatan, sehingga nilai tukar Rupiah kita kemarin cenderung mengalami tekanan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Jumat (8/11/2024).

Secara keseluruhan, depresiasi nilai tukar Rupiah mencapai 2,68 persen.

Namun, Sri Mulyani juga mencatat bahwa kinerja Rupiah masih relatif baik jika dibandingkan dengan negara-negara G7 dan G20 lainnya.

Sebagai contoh, Dolar Kanada mengalami depresiasi hingga 4,46 persen, Peso Filipina 5,69 persen, dan Won Korea Selatan mencapai 6,79 persen.

"Kita relatif masih cukup baik dari sisi nilai tukar kita," imbuhnya.

Sri Mulyani pun menegaskan bahwa kondisi ekonomi Indonesia akan terus dipantau dan dikelola dengan cermat hingga akhir tahun.

“Kami berharap perekonomian tetap terjaga dalam posisi yang positif hingga akhir tahun," tutup Sri Mulyani.

Pendapatan Negara hingga Oktober 2024 Capai Rp 2.247,5 Triliun

Defisit APBN Juli 2021 Tembus Rp336,9 Triliun
Arus kendaraan melintasi kawasan perkantoran di Jalan Sudirman, Jakarta, Kamis (26/8/2021). Menteri Keuangan menyebutkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp336,9 triliun atau 2,04 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir Juli 2021 (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi pendapatan negara hingga akhir Oktober 2024 mencapai Rp2.247,5 triliun, atau 80,2 persen dari pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

"Untuk kinerja APBN hingga Oktober 2024, pendapatan negara mencapai Rp2.247,5 triliun, yang berarti 80,2 persen telah dikumpulkan, dengan kenaikan 0,3 persen dibandingkan Oktober 2023," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Jumat (8/11).

Sri Mulyani menjelaskan, dari sisi belanja negara, APBN telah membelanjakan Rp2.556,7 triliun atau 76,9 persen dari pagu. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 14,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).

"Jika dilihat dari pertumbuhannya, belanja negara ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 14,1 persen, dan ini memberikan dampak positif pada perekonomian," paparnya.

 

Defisit APBN

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa Juli 2024, Selasa (13/8/2024). (Tira/Liputan6.com)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa Juli 2024, Selasa (13/8/2024). (Tira/Liputan6.com)

 Bendahara Negara itu melanjutkan, defisit APBN per Oktober 2024 tercatat sebesar Rp309,2 triliun atau setara dengan -1,37 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Meskipun demikian, angka ini masih lebih rendah dibandingkan pagu defisit APBN 2024 yang telah disepakati bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebesar 2,29 persen dari PDB.

"Defisit akhir Oktober tercatat Rp309,2 triliun atau -1,37 persen terhadap PDB. Ini masih lebih rendah dibandingkan pagu defisit APBN 2024 yang telah disepakati bersama DPR," jelasnya.

Dari sisi keseimbangan primer, Sri Mulyani yang akrab disapa Ani menyampaikan bahwa keseimbangan primer masih mencatat surplus sebesar Rp97,1 triliun.

"Keseimbangan primer positif, sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam APBN, yaitu defisit yang direncanakan sebesar 2,29 persen dari PDB," pungkasnya.

Infografis Prabowo Ingatkan Ketum Parpol Tak Suruh Menteri Cari Uang dari APBN-APBD. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Prabowo Ingatkan Ketum Parpol Tak Suruh Menteri Cari Uang dari APBN-APBD. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya