Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Jerman telah mengalami kontraksi sebesar 0,2% selama 2024. Hal itu seiring persaingan yang meningkat di ekspor dan biaya energi yang tinggi.
Mengutip CNBC International, Kamis (16/1/2025) ini merupakan kontraksi kedua pada negara ekonomi terbesar di Eropa itu, menurut data dari kantor statistik Destatis.
Baca Juga
Secara bulanan, ekonomi Jerman turun sebesar 0,1% pada kuartal keempat 2024, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, ketika disesuaikan dengan harga, variasi musiman dan kalender.
Advertisement
Komisi Eropa dan sekelompok lembaga ekonomi terkemuka Jerman secara independen memperkirakan penurunan 0,1% dalam PDB Jerman pada 2024.
Presiden badan statistik Jerman, Ruth Brand mengatakan, tekanan siklus dan struktural menghambat pembangunan ekonomi yang lebih kuat.
"Ini termasuk meningkatnya persaingan untuk industri ekspor Jerman di pasar penjualan utama, biaya energi yang tinggi, tingkat suku bunga yang tetap tinggi, dan prospek ekonomi yang tidak pasti," katanya dalam sebuah pernyataan.
Destatis mengatakan, sektor manufaktur dan konstruksi Jerman telah lesu selama tahun 2024, sementara sektor jasa mencatat pertumbuhan selama periode tersebut.
Jerman juga menghadapi krisis pembangunan rumah akibat suku bunga yang lebih tinggi dan biaya konstruksi. Beberapa industri utama Jerman, termasuk sektor otomotif, juga mengalami tekanan selama beberapa waktu. Produsen mobil negara itu telah berjuang dengan transisi ke kendaraan listrik, serta persaingan dari Tiongkok.
Indeks saham Jerman DAX terakhir kali naik setelah rilis data, naik sebesar 0,47% pada pukul 10:24 waktu London setelah sebelumnya mengawali hari positif.
Kepala ekonom Jerman di Deutsche Bank, Robin Winkler mengatakan, meskipun kontraksi PDB tahunan seharusnya tidak mengejutkan, pembacaan awal untuk kuartal keempat tahun 2024 tidak terduga dan mengkhawatirkan.
"Jika benar, itu berarti ekonomi Jerman kembali kehilangan momentum di awal musim dingin. Ketidakpastian politik saat ini di Berlin dan Washington kemungkinan merupakan faktor penting," bebernya.
Studi Baru: Pekerja Asing Jadi Pilar Penting Ekonomi Jerman Timur
Sebelumnya, menurut sebuah studi terbaru dari Institut Ekonomi Jerman (IW), pekerja asing telah menjadi bagian penting dari pertumbuhan ekonomi di negara-negara bagian Jerman timur. Mengapa demikian?
Melansir dari DW Indonesia, Senin (26/8/2024), alasannya karena para pekerja asing menghasilkan pendapatan miliaran euro atau triliunan rupiah.
"Pada 2023, sekitar 403.000 orang dengan paspor asing bekerja di lima negara bagian di Jerman timur, yakni sekitar 173.000 lebih banyak dibanding lima tahun sebelumnya," ujar IW.
”Mereka berkontribusi dalam pendapatan sebesar €24,6 miliar (sekitar Rp424 triliun), yang setara dengan sekitar 5,8% dari pendapatan bruto Jerman bagian timur."
Para penulis studi menyatakan, "Pekerja asing sangat diperlukan untuk negara bagian timur, antara tahun 2018 hingga 2023, jumlah pekerja orang Jerman di wilayah ini turun sebanyak 116.000 orang.”
Sehubungan dengan pemilihan umum mendatang dan popularitas partai sayap kanan AfD yang anti-imigran, para penulis studi mengatakan, Partai AfD tanpa lelah menyerang para imigran sambil menikmati angka jajak pendapat yang menguntungkan. Pada saat yang bersamaan, banyak para imigran yang justru hidup dalam ketakutan. Ironisnya, para imigran itulah yang membantu perekonomian Jerman bagian timur.”
IW mengatakan, jika para imigran yang datang ke wilayah itu dalam lima tahun terakhir lebih sedikit, maka Jerman timur akan mengalami kemerosotan pada ekonominya.
Advertisement
Keuntungan Ekonomi dari Tenaga Pekerja Asing
Studi terbaru ini menunjukkan negara bagian Sachsen juga mendapat keuntungan besar dari tenaga pekerja asing, mencapai €7,9 miliar (sekitar Rp136 triliun) dari total pendapatan yang dihasilkan, diikuti oleh Brandenburg sebesar €6,8 miliar (sekitar Rp117 triliun) dan Thüringen sebesar €3,9 miliar (sekitar Rp67 triliun).
Penulis studi mengungkapkan bahwa sebagian besar para imigran yang bekerja di wilayah Jerman timur itu berasal dari Polandia dan Republik Ceko, diikuti oleh Rumania dan Ukraina.
Studi ini juga mencatat bahwa sebagian besar para imigran ini bekerja di bidang konstruksi perumahan dan jalanan, serta di bidang jasa layanan sementara.
"Pekerja asing bantu perekonomian Jerman bagian timur,” kata salah satu penulis studi, Wido Geis-Thöne. "Ini semakin menjadi penting bagi wilayah ini untuk tetap terbuka bagi seluruh dunia, itulah satu-satunya cara agar ekonomi Jerman timur tetap sukses."