Liputan6.com, Jakarta - Kisah inspiratif datang dari seorang miliarder asal China, Richard Liu Qiangdong. Richard Liu Qiangdong, yang dikenal sebagai pendiri dan ketua raksasa e-commerce-JD.com menyentuh hati masyarakat China.
Hal ini setelah ia menyalurkan dana bantuan untuk desa yang dahulu membantunya membiayai pendidikannya.
Advertisement
Baca Juga
Melansir South China Morning Post, Jumat (17/1/2025) Richard Liu Qiangdong menyalurkan uang tunai senilai 10.000 yuan atau Rp 22,3 juta kepada setiap warga Desa Guangming, Suqian, Provinsi Jiangsu, yang berusia di atas 60 tahun.
Advertisement
Miliarder tersebut mengatakan ia sangat berterima kasih kepada semua penduduk desa yang menyumbangkan uang sebesar 500 yuan (Rp.1,1 juta) dan 76 butir telur untuknya ketika ia pergi ke Beijing untuk belajar di sebuah universitas pada awal tahun 1990-an.
Dilaporkan, Liu telah aktif dalam kegiatan amal sejak tahun 2016, ketika ia mengajak istrinya Zhang Zetian ke desa tersebut.
Selain memberikan 10.000 yuan kepada setiap penduduk desa yang sudah lanjut usia, Liu juga mengirimkan hadiah, termasuk makanan, pakaian, dan peralatan rumah tangga, yang totalnya bernilai ribuan yuan, kepada setiap keluarga.
Liu menghabiskan seluruh masa sekolah dasar dan menengahnya di daerah pedesaan. Sebelum belajar di Universitas Renmin China yang bergengsi pada 1992, ia hampir tidak pernah meninggalkan desa.
Saat itu, ia dan keluarganya tengah dilanda kemiskinan sehingga ia harus bergantung sebagian pada sesama penduduk desa untuk membiayai pendidikan universitasnya.
"Bantuan sesama manusia adalah titik awal bagi saya untuk melangkah maju ke dunia," kenangnya.
Menurut Daftar Orang Terkaya Global Hurun yang dirilis pada April 2024, Richard Liu Qiangdong memiliki kekayaan bersih sebesar 49,5 miliar yuan (Rp.110,5 triliun), menempatkannya pada posisi ke-427 dalam daftar taipan global.
Pengalaman Warga
Seorang petani bermarga Xu mengatakan kepada Jiupai News bahwa komisi desa memberi tahu mereka bahwa Liu akan melakukan kunjungan pada 8 Januari 2025.
Ada 1.400 rumah tangga di Desa Guangming, Suqian, Jiangsu. Seorang penduduk desa berusia 71 tahun, yang namanya tidak disebutkan, mengatakan bahwa meskipun Liu tidak akan memberi mereka hadiah di masa mendatang, ia tetap bersyukur.
"Ia tidak berkewajiban untuk melakukan itu. Uangnya juga diperoleh melalui kerja keras,” ungkap pria tersebut.
Ia menambahkan: “Ada begitu banyak keluarga di desa tersebut. Ia telah memberikan kontribusi besar bagi desa tersebut. Kami tidak akan melupakannya dalam dekade berikutnya.”
Tuai Pujian
Kisah tersebut mendapat sambutan yang sebagian besar positif di media sosial China. "Ia adalah pengusaha yang baik dengan hati nurani," kata seorang pengguna media sosial.
"Pokoknya, ia memberikan bantuan nyata bagi orang tua. Itu lebih meyakinkan daripada kata-kata apa pun," tulis pengguna lain.
Advertisement
Sosok Chen Tianqiao, Miliarder Gaming Asal China Tuan Tanah Terbesar di AS
Sebelumnya, seorang miliarder asal China yang memperoleh kekayaannya dari game online, telah menjadi salah satu pemilik tanah terbesar di Amerika Serikat.
Pengusaha bernama Chen Tianqiao, memiliki lahan hutan seluas 80.127 hektar (ha) di Oregon, menjadikannya pemilik properti terbesar ke-82 di Amerika Serikat, menurut peringkat terbaru Laporan Pertanahan negara itu.
Mengutip Business Times, Jumat (12/1/2024) Chen Tianqiao mengakuisisi lahan tersebut dari Fidelity National Financial Ventures senilai USD 85 juta atau setara Rp. 1,3 triliun pada 2015.
Catatan pajak Oregon bulan lalu mengungkapkan nama pemilik manfaat adalah Shanda Asset Management, nama yang sama dengan perusahaan milik Chen yang berbasis di Singapura.
Propertinya di Oregon menjadikannya salah satu pemilik individu terbesar atas tanah Amerika, sebagai warga negara non-AS.
Sementara itu, keluarga Irving di Kanada, yang berada di urutan keenam memiliki sebuah hutan di Maine dengan luas lebih dari 485.623 ha.
Kepemilikan Asing atas Tanah di AS
Diketahui, kepemilikan asing atas tanah di AS, khususnya tanah yang digunakan untuk pertanian telah menjadi isu politik yang sensitif dalam beberapa tahun terakhir.
Sekitar 16,2 juta hektar lahan pertanian di AS dimiliki oleh pihak non-AS pada tahun 2021, menurut data terbaru Departemen Pertanian AS (USDA), dengan entitas dari China memiliki setara dengan 0,03 persen dari seluruh lahan pertanian AS.
Beberapa anggota parlemen telah mendorong peraturan nasional yang membatasi investasi asing di properti pertanian AS.
Senat AS juga melakukan pemungutan suara pada bulan Juli untuk melarang penjualan lahan pertanian di luar area atau nilai tertentu kepada pengusaha dari China, Rusia, Iran, dan Korea Utara, namun tindakan tersebut pada akhirnya tidak ditandatangani menjadi undang-undang.
Hampir separuh negara bagian AS mempunyai semacam pembatasan terhadap kepemilikan asing.
Sosok Chen Tianqiao
Berasal dari Zhejiang, China Chen Tianqiao memulai perusahaan game onlinenya, yakni Shanda Interactive, pada tahun 1999.
Dalam waktu lima tahun, perusahaan tersebut telah menjadi salah satu perusahaan Internet terbesar di China dan terdaftar di Nasdaq di AS.
Chen Tianqiao menjadikan perusahaan itu swasta pada 2012 dan memindahkan kantor pusat grup induknya dari China ke Singapura.
Investasinya mencakup ekuitas publik dan swasta, modal ventura dan real estat, menurut situs web Shanda.
Dia dan istrinya, Chrissy Luo memberikan sumbangan awal sebesar USD 115 juta untuk mendirikan Institut Ilmu Saraf Tianqiao dan Chrissy Chen di Institut Teknologi California pada 2016 dengan misi memajukan pemahaman tentang otak.
Advertisement