Cetak Rekor Tertinggi dalam 8 Bulan, PMI Manufaktur Indonesia Sentuh Level Segini

Pada awal tahun 2025, sektor manufaktur di Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, seperti yang tercermin dalam Purchasing Manager's Index (PMI) yang dikeluarkan oleh S&P Global.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Feb 2025, 12:20 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 12:20 WIB
manufaktur adalah
Manufaktur diilustrasikan oleh Stable Diffusion.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Di awal tahun 2025, sektor industri manufaktur di Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dipublikasikan oleh S&P Global.

Untuk bulan Januari, PMI manufaktur Indonesia tercatat pada angka 51,9, mengalami peningkatan sebesar 0,7 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 51,2. Pencapaian ini menandakan fase ekspansif yang merupakan yang tertinggi sejak Mei 2024.

"Alhamdulillah, artinya para pelaku industri kita semangat dalam memasuki tahun 2025 ini. Dengan kepercayaan yang tinggi dari para pelaku industri untuk terus menjalankan usahanya, kami juga optimistis bahwa perekonomian nasional dapat ikut tumbuh positif," ungkap Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief dalam pernyataan resminya di Jakarta, dikutip Selasa (3/2/2025).

Febri menambahkan bahwa pertumbuhan di sektor manufaktur ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan bahan baku untuk memenuhi lonjakan kebutuhan pasar di bulan-bulan mendatang. Saat ini, produktivitas industri terlihat kuat dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan baik di pasar domestik maupun untuk ekspor.

Aktivitas Produksi

Berdasarkan laporan dari S&P Global, tingginya aktivitas produksi membuat sejumlah perusahaan mengambil langkah untuk merekrut tenaga kerja tambahan pada bulan Januari, sehingga jumlah pekerja mereka bertambah dalam dua bulan terakhir.

"Ini membuktikan bahwa apabila aktivitas industri bergeliat, akan membawa dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong penciptaan lapangan kerja baru atau job creation," jelas Febri.

Namun, Kemenperin menilai bahwa PMI manufaktur Indonesia masih memiliki potensi untuk lebih tinggi jika kebijakan relaksasi impor produk jadi dihapuskan. Selain itu, diperlukan pula kebijakan strategis dan pro-bisnis agar pelaku industri manufaktur di Indonesia dapat lebih berprestasi. Mengingat, sektor ini merupakan pilar utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Jadi, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen, perlu adanya kebijakan dan stimulus yang dapat merangsang para pelaku industri kita untuk lebih bergeliat dalam menjalankan usahanya," tambah Febri.

Perpanjangan Program HGBT dilakukan.

PPnBM Diperpanjang, Industri Otomotif akan Membaik
Karyawan mengevaluasi kualitas suku cadang otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal (Dharma Group) yang terletak di kawasan Delta Silicon, Cikarang. Perusahaan manufaktur komponen otomotif tersebut optimis mengenai perpanjangan PPn.... Selengkapnya

Beberapa kebijakan yang diambil mencakup perpanjangan program HGBT, penguatan P3DN, evaluasi terhadap relaksasi kebijakan impor, serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal untuk industri. Kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, meningkatkan investasi dan ekspor, serta memperkuat daya saing sektor industri, sehingga produk lokal dapat lebih optimal di pasar domestik.

“Para pelaku industri penerima HGBT, banyak yang mengapresiasi kebijakan Bapak Presiden Prabowo terkait perpanjangan program HGBT. Sementara itu, realisasi pencabutan kebijakan relaksasi impor masih ditunggu para pelaku industri,” tegas Jubir Kemenperin. Selain itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus melaksanakan kebijakan hilirisasi industri. Ini sejalan dengan salah satu misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya pada butir kelima yang menekankan pentingnya melanjutkan hilirisasi serta mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.

Kinerja positif telah ditunjukkan oleh sektor industri manufaktur sepanjang tahun 2024, dengan capaian nilai ekspor industri pengolahan nonmigas mencapai USD196,54 miliar. Hal ini memberikan kontribusi sebesar 74,25 persen dari total nilai ekspor nasional yang mencapai USD264,70 miliar. Selain menjadi penyumbang terbesar, nilai ekspor industri manufaktur juga mengalami peningkatan sebesar 5,33 persen dibandingkan dengan tahun 2023.

Penanaman modal di sektor manufaktur.

Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)
Penerapan TKDN akan memperkuat sektor manufaktur, meningkatkan daya saing industri, dan mendukung perekonomian nasional.... Selengkapnya

Di tahun 2024, sektor investasi industri manufaktur berhasil mencatatkan realisasi mencapai Rp721,3 triliun, yang berkontribusi sebesar 42,1 persen dari total investasi di Indonesia yang mencapai Rp1.714,2 triliun. Angka ini menunjukkan bahwa investasi di sektor manufaktur pada tahun 2024 merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, dan mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2023 yang hanya mencapai Rp596,3 triliun.

Pada Januari 2025, PMI manufaktur Indonesia berhasil melampaui sejumlah negara, termasuk Taiwan (51,1), Korea Selatan (50,3), China (50,1), Amerika Serikat (50,1), Thailand (49,6), Vietnam (48,9), Jepang (48,8), Malaysia (48,7), Myanmar (47,4), Inggris (48,2), dan Jerman (44,1). "Di tingkat ASEAN, Indonesia satu-satunya negara yang mengalami kenaikan ekspansif PMI manufaktur Januari 2025 dibanding Desember 2024. Lainnya banyak yang mengalami penurunan level, sedangkan Malaysia naik tetapi masih berada di level kontraksi," jelas Febri.

Menyikapi hasil PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2025, Paul Smith, yang menjabat sebagai Economics Director di S&P Global Market Intelligence, menyatakan bahwa sektor manufaktur Indonesia menunjukkan tanda-tanda ekspansi pada awal tahun, yang didorong oleh peningkatan output secara bersamaan. Hal ini juga mencerminkan tingkat kepercayaan pelaku industri terhadap kondisi ekonomi yang akan datang.

Optimisme di kalangan pelaku industri di Indonesia semakin meningkat, dengan harapan bahwa aktivitas produksi akan terus mengalami pertumbuhan, didukung oleh perbaikan permintaan pasar sepanjang tahun ini. Geliat ini diharapkan mendorong perusahaan untuk menambah jumlah tenaga kerja. "Perusahaan juga menaikkan aktivitas pembelian, dan menaikkan tingkat inventaris di perusahaan mereka," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya