Hari Perempuan Internasional: Inilah 2 Sosok Wanita Terkaya Dunia

Hari Perempuan Internasional diperingati setiap 8 Maret untuk merayakan pencapaian perempuan dan mendorong kesetaraan gender di seluruh dunia.

oleh Nurmayanti Diperbarui 08 Mar 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2025, 21:00 WIB
ilustrasi uang, orang kaya, keserakahan
ilustrasi uang, orang kaya, keserakahan. (Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Setiap tahun, tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional (International Women's Day/IWD). Di tengah perayaan ini, mari menilik beberapa wanita paling sukses di dunia yang membuat langkah besar dalam dunia bisnis.

Melansir laman Bloomberg Billionaires Index, Sabtu (8/3/2025), adalah Alice Walton dari Amerika Serikat (AS) yang didaulat menjadi wanita terkaya di dunia. 

Hingga 7 Maret 2025, tercatat dia memiliki kekayaan bersih sebesar USD 114 miliar dan berada di peringkat ke-13 dalam indeks tersebut bersama orang terkaya lain yang merupakan laki-laki.

Anak bungsu Sam Walton dan pewaris Walmart, pengecer terbesar di dunia, Alice memiliki gelar sarjana ekonomi dan keuangan.

Dia memulai kariernya di bidang keuangan sebagai analis ekuitas. Dia juga mendirikan bank investasi pada tahun 1988, di mana ia menjabat sebagai CEO.

Alice juga dikenal penyuka karya seni Amerika, yang dipajang di Museum Seni Amerika Crystal Bridges di Arkansas, yang didirikannya.

Sosok kedua yang masuk daftar perempuan terkaya dunia adalah Julia Flesher Koch. Dia adalah janda dari David Koch, salah satu pemilik Koch Inc, salah satu perusahaan terbesar di AS.

Bahkan dia saat ini menduduki peringkat ke-20 dalam Bloomberg Billionaires Index dengan kekayaan bersih sebesar USD 73,8 miliar.

Dia juga memiliki saham minoritas di tim basket Brooklyn Nets dan New York Liberty. Lahir di Iowa, keluarga Julia memiliki toko furnitur dan toko pakaian. Ia juga pernah bekerja sebagai asisten perancang busana Adolfo Sardina.

 

 

Promosi 1

Sejarah Hari Perempuan Internasional

Google Doodle Peringati Hari Perempuan Internasional 2025
Google Doodle memperingati Hari Perempuan Internasional 2025. Sumber: tangkapan layar dari laman utama Google Search... Selengkapnya

Sejarah Hari Perempuan Internasional berakar dari perjuangan perempuan di awal abad ke-20. Pada tahun 1908, sekitar 15.000 perempuan di New York City menggelar demonstrasi menuntut upah yang lebih baik, jam kerja yang lebih pendek, dan hak pilih.

Peristiwa ini menjadi titik awal penting yang menandai lahirnya gerakan perempuan untuk hak-hak mereka. Setahun setelahnya, pada tahun 1909, Partai Sosialis Amerika mengadakan Hari Perempuan Nasional pertama di Amerika Serikat.

Di tahun 1910, Clara Zetkin, seorang aktivis hak-hak perempuan dari Jerman, mengusulkan agar setiap negara menetapkan satu hari dalam setahun untuk merayakan dan mendukung perjuangan perempuan. Usulan ini diterima dalam Konferensi Perempuan Internasional di Kopenhagen.

Peringatan pertama Hari Perempuan Internasional diselenggarakan pada 19 Maret 1911 di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Namun, 8 Maret kemudian menjadi tanggal yang lebih umum digunakan, terutama setelah demonstrasi perempuan di Rusia pada 8 Maret 1917 yang berkontribusi pada Revolusi Rusia.

 

 

Diakui PBB

Hari Perempuan Internasional, Program Mentoring Kerastase Power Talks digelar. dok. Istimewa
Ilustrasi Hari Perempuan Internasional digelar. dok. Istimewa... Selengkapnya

Pada tahun 1975, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mengakui Hari Perempuan Internasional. Sejak saat itu, peringatan ini menjadi ajang untuk menyoroti isu-isu yang dihadapi perempuan di seluruh dunia. Setiap tahun, PBB menetapkan tema tertentu untuk memperkuat pesan dan tujuan peringatan ini.

Untuk tahun 2025, tema Hari Perempuan Internasional adalah 'For ALL women and girls: Rights. Equality. Empowerment' atau 'Untuk SEMUA perempuan dan anak perempuan: Hak. Kesetaraan. Pemberdayaan.'

Tema ini menekankan pentingnya memastikan hak, kesetaraan, dan pemberdayaan bagi semua perempuan dan anak perempuan, tanpa terkecuali. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan untuk kesetaraan gender masih sangat relevan dan perlu terus didorong.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya