PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) berharap dengan pengembangan deposit nikel laterit dan pabrik pengolahannya, perusahaan bisa membuat pabrik stainless steel di dalam negeri.
Direktur Utama Antam Tato Miraza mengatakan, untuk menjalankan pengembangan dan pembangunan tersebut, Antam menggandeng perusahaan asal Australia, Direct Nickel Limited.
"Sekarang keterlibatan mulai dari awal melibatkan di research bersama. Open terhadap kita. Masa lalu tergantung teknologi itu sudah lewat. Kita mendevelop teknologi itu. Bukan ngemis-ngemis. Sifatnya partner strategic," ujar Tato di Kantornya, Jakarta Senin (22/7/2013).
Dia mengaku dengan berani melakukan pengembangan dan pembangunan, Antam sebagai perusahaan tambang pelat merah telah mempersiapkan diri menghadapi kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah pada tahun 2014 nanti.
Menurut dia, dengan penetapoan aturan tersebut maka permintaan dan kebutuhan nikel bisa terkontrol, sehingga bisa mengendalikan harga nikel dengan baik.
"Begitu pemerintah menghentikan ekspor ini di 2014 ya, pengendalian ekspor. Dengan adanya pengendalian ekspor, supply demand nikel di dunia itu akan lebih terkontrol, sehingga harga bisa di-manage pasar. Sekarang kan kasian, harga rendah, tambang juga banyak yang tutup," ungkap dia.
Selain itu, hal tersebut juga akan membuka kesempatan untuk pembangunan pabrik stainless steel di dalam negeri. Ini yang akan dimanfaatkan Antam pada rencana jangka panjangnya.
"Di Indonesia kan belum ada pabrik stainles steel. Jangka panjang kita ke depan membangun nikkel integrated and nickel stainles steel industry. Itu horizon 10-15 tahun kedepan tahun ini," pungkas dia. (Pew/Nur)
Direktur Utama Antam Tato Miraza mengatakan, untuk menjalankan pengembangan dan pembangunan tersebut, Antam menggandeng perusahaan asal Australia, Direct Nickel Limited.
"Sekarang keterlibatan mulai dari awal melibatkan di research bersama. Open terhadap kita. Masa lalu tergantung teknologi itu sudah lewat. Kita mendevelop teknologi itu. Bukan ngemis-ngemis. Sifatnya partner strategic," ujar Tato di Kantornya, Jakarta Senin (22/7/2013).
Dia mengaku dengan berani melakukan pengembangan dan pembangunan, Antam sebagai perusahaan tambang pelat merah telah mempersiapkan diri menghadapi kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah pada tahun 2014 nanti.
Menurut dia, dengan penetapoan aturan tersebut maka permintaan dan kebutuhan nikel bisa terkontrol, sehingga bisa mengendalikan harga nikel dengan baik.
"Begitu pemerintah menghentikan ekspor ini di 2014 ya, pengendalian ekspor. Dengan adanya pengendalian ekspor, supply demand nikel di dunia itu akan lebih terkontrol, sehingga harga bisa di-manage pasar. Sekarang kan kasian, harga rendah, tambang juga banyak yang tutup," ungkap dia.
Selain itu, hal tersebut juga akan membuka kesempatan untuk pembangunan pabrik stainless steel di dalam negeri. Ini yang akan dimanfaatkan Antam pada rencana jangka panjangnya.
"Di Indonesia kan belum ada pabrik stainles steel. Jangka panjang kita ke depan membangun nikkel integrated and nickel stainles steel industry. Itu horizon 10-15 tahun kedepan tahun ini," pungkas dia. (Pew/Nur)