RI Kecanduan Impor Kedelai Gara-gara Kurang Lahan 500 Ribu Hektar

Melambungnya harga kedelai tak terlepas dari kebiasaan Indonesia mengimpor komoditas kedelai karena tidak mencukupinya produksi dalam negeri

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 27 Agu 2013, 19:01 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2013, 19:01 WIB
kedelai-130522b.jpg
Pemerintah beralasan bahwa melambungnya harga kedelai tak terlepas dari kebiasaan Indonesia mengimpor komoditas kedelai karena belum mampu memenuhi dari produksi dalam negeri. Kondisi ini semakin diperparah dengan kurangnya lahan pertanian kedelai di tanah air.

Menteri Pertanian, Suswono mengatakan, lahan sawah kedelai setiap tahunnya mengalami penyusutan.

"Dulu Indonesia pernah punya area pertanian kedelai sampai 1,5 juta hektare (ha). Tapi sekarang tinggal 700 ribu ha," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (27/8/2013).

Alasannya, kata Suswono, petani tidak tertarik menanam kedelai karena harga jual yang sangat rendah sebesar Rp 4.500 per kilogram (kg).  

"Sekarang Bulog siap membeli kedelai dari petani lokal sebesar Rp 7.000 per kg. Tapi dulu sebelum ada penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) tersebut, harga kedelai cuma Rp 4.500 per kg, jadi tidak menarik bagi petani," ujarnya.  

Dengan pengurangan luas panen kedelai, kata Suswono, membuat produktivitas petani semakin turun. Sehingga produksi kedelai tak mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.

"Perlu tambahan minimal 500 ribu ha tambahan lahan supaya Indonesia bisa awasembada kedelai. Tapi untuk mencari lahan kan tidak mudah," tukas dia.

Soal pengadaan lahan, Suswono mengatakan, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Kementerian Kehutanan sedang mendata kebutuhan lahan pertanian berdasarkan Undang-undang (UU) Pertanahan.

"UU tanah ini tengah dibahas oleh DPR. Mudah-mudahan segera selesai supaya reformasi agraria berjalan," tandasnya. (FIk/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya