Ikut Pameran di Luar Negeri Harus Bayar Rp 100 Juta

"Kalau ada event bagus di luar negeri, kami hanya sanggup membiayai 10-15 IKM," kata Direktur Jenderal IKM Kemenperin, Euis Saedah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Sep 2013, 09:42 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2013, 09:42 WIB
ukm-monas-130614b.jpg
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan pemerintah harus merogoh kocek sangat dalam apabila ingin memfasilitasi Industri Kecil Menengah (IKM) untuk mengikuti pameran di luar negeri. Tak tanggung-tanggung anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 100 juta per booth.

Direktur Jenderal IKM Kemenperin, Euis Saedah mengatakan, pihaknya rutin mengikuti berbagai pameran industri di beberapa negara, diantaranya Tokyo dan Hong Kong Fashion, pameran di Jerman, Polandia serta lainnya.

"Kalau ada event bagus di luar negeri, kami hanya sanggup membiayai 10-15 IKM karena untuk membuka booth dalam pameran tersebut sangat mahal sekali sekitar Rp 100 juta per booth per lima hari," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Senin (23/9/2013).

Saking terbatas kapasitasnya, Euis mengaku, Kemenperin harus menyeleksi ketat IKM yang akan mendapat kesempatan untuk menjadi peserta dalam ajang pameran internasional tersebut.

"Kalau IKM yang sudah ikut sebanyak tiga kali, maka tidak boleh ikut lagi. Kalau mau ikut, harus membayar sendiri. Makanya, kami pilih yang belum pernah atau baru ikut satu atau dua kali," sambungnya.

Dia membantah bahwa IKM yang terpilih mengikuti pameran di luar negeri merupakan IKM yang sudah berpengalaman dan malang melintang menjadi pemain ekspor.

"Sebelumnya kami cek dulu, apakah mereka siap bila nanti ada pesanan, mereka akan sanggup memenuhinya. Artinya IKM harus sadar jika ekspor harus memperhatikan aspek konsistensi kualitas, serta waktu pengiriman," lanjutnya.

Pasalnya, Euis menceritakan banyak keluhan datang seputar produk dalam negeri yang telah diekspor ke mancanegara. Di mana pengusaha tak mampu menjaga kualitas saat banjir pesanan tiba serta keterlambatan waktu pengiriman barang.

"Eskpor itu tidak mudah seperti yang dibayangkan, karena biasanya saat pesanan banyak, mereka tidak bisa memenuhinya, kualitas tidak konsisten lantaran pekerja juga terbatas," jelas dia.  

Lebih jauh Euis menambahkan, dari basis IKM saat ini yang mencapai 4 juta usaha, sekitar 25 ribu IKM berpotensi ekspor produk ke pasar luar negeri. Dari total jumlah IKM di Indonesia, sekitar 40% bergerak di industri makanan, 30% berkecimpung di bisnis kerajinan.

"Selebihnya IKM bergerak di bisnis komponen otomotif, minyak wangi, fashion yang mempunyai nilai tambah cukup besar dibanding usaha lainnya, IKM yang bermain di bisnis teknologi informasi, asesoris otomotif dan sebagainya," tandas dia. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya