Tekan Impor, Pengorbanan Indonesia Terlalu Besar

Keputusan BI memperketat laju pertumbuhan kredit yang berasal dari barang impor tak berdampak signifikan pada perbaikan defisit.

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 19 Nov 2013, 20:25 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2013, 20:25 WIB
ekspor-impor--batas130911c.jpg
Keputusan Bank Indonesia (BI) memperketat laju pertumbuhan kredit yang berasal dari barang impor dinilai tak berdampak besar pada upaya mengurangi defisit neraca perdagangan.

"Efektifitasnya tidak terlalu besar, tapi saya setuju dengan BI memberlakukan ketentuan itu. Semua upaya sudah dilakukan dalam mengurangi defisit tersebut, namun kontribusinya sangat kecil," ujar Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono ketika ditemui di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (19/11/2013).

Menurut Tony, Indonesia tidak akan bisa memberhentikan laju impor untuk mengurangi defisit neraca perdagangan. Namun, Indonesia masih bisa mengerem secara perlahan-lahan laju impor tersebut.

"Kalau memberhentikan laju impor seperti Myanmar dan Kamboja, dampaknya terlalu besar, pengorbanannya juga terlalu besar untuk kita," tegasnya.

Permasalahan defisit neracara perdagangan yang dihadapi Indonesia sebetulnya tak hanya mengurangi impor semata. Pemerintah dinilai perlu menempuh kebijakan lain agar laju neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus.

Sementara itu, Direktur Wholesale Banking PT Bank Permata Tbk (BNLI) Roy Arfandi mengatakan, upaya mengurangi laju defisit neraca perdagangan bisa dilakukan jika pembatasan impor dari komoditas yang bersifat konsumtif.

"Sektor impor cukup besar, harus ditekan agar neraca perdagangan kita baik," ujar Roy.(Dis/Shd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya