Bank Indonesia memprediksi penyatuan mata uang tunggal negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) baru bisa terealisasi dalam 30 tahun ke depan. Terbitnya mata uang ini meniru Uni Eropa dengan mat auang euronya.
Uni Eropa lebih dulu meluncurkan mata uang tunggal Euro pada 1 Januari 1999. Sebagian besar masyarakat Eropa memandang peluncuran mata uang bersama itu sebagai suatu tonggak bersejarah dalam perjuangan panjang untuk menyatukan Eropa.
"Ketika pasar globalisasi terus berkembang, maka potensi terbitnya mata uang antar kawasan akan terjadi dengan baik. Itu yang membuat para pemangku jabatan di kawasan ASEAN yang berpikir perlu adanya mata uang di kawasan ASEAN," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Difi Johansyah di Hotel Trans Studio, Bandung, Sabtu (7/12/2013).
Baca Juga
Menteri Keuangan Chatib Basri sebelumnya menilai penerapan mata uang tunggal takkan mudah karena menyangkut kepentingan beberapa negara termasuk Indonesia.
Chatib mengaku Indonesia masih perlu membenahi fundamental rupiah sebelum melangkah ke tahap lebih jauh seperti penyatuan mata uang. Terlebih lagi negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia tengah menghadapi masalah pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menembus Rp 12 ribu per dolar AS.
"Kita benahi rumah kita dulu saja," ungkapnya.
Advertisement
Sebelumnya telah muncul wacana soal penyatuan mata uang tunggal ASEAN. Namun rencana tersebut harus kandas di tengah jalan karena belum ada semangat menggabungkan mata uang ASEAN seperti Uni Eropa.
Kementerian Luar Negeri telah mengatakan wacana mata uang tunggal ASEAN sudah mengemuka sejak lama. Namun realisasi masih akan sangat jauh terlaksana di Asia Tenggara.
Besarnya perbedaan ekonomi di antara negara-negara di kawasan berpenduduk sekitar 600 juta jiwa sehingga belum mungkin dilakukan penyatuan mata uang dalam waktu dekat.
Contohnya saja Indonesia dan Singapura sebagai dua kekuatan ekonomi tertinggi di ASEAN tidak dapat mendesak Laos dan Kamboja untuk menyamakan ekonominya. (Dis/Ndw)