Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Kementerian Pertanian bekerjasama untuk menjadikan komoditas pertanian Kemiri Sunan sebagai Bahan Bakar Nabati.
Melansir laman Kementerian ESDM, kesepakatan kerjasama ini dilakukan pada Sabtu (14/12/2013) ini yang bertempat di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Kementerian Pertanian di Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat.
Pada acara tersebut sekaligus juga dilakukan demonstrasi pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis Biodiesel berbasis Kemiri Sunan.
Acara antara lain dihadiri Wakil Menteri ESDM dan Wakil Menteri Pertanian serta beberapa Wakil Menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu II. Turut hadir pejabat eselon satu dari beberapa Kementerian/Lembaga terkait serta direksi dari beberapa perusahan tambang khususnya tambang mineral dan batubara yang ada di Indonesia.
Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kerjasama antara Kementerian ESDM dengan Kementerian Pertanian dalam program pengembangan BBN dengan memanfaatkan lahan tambang sebagai upaya diversifikasi bahan baku biofuel dalam mendukung percepatan pengembangan BBN, khususnya program mandatori BBN.
Kemiri sunan akan dibudidayakan dengan memanfaatkan lahan bekas tambang sekaligus untuk reklamasi dan konservasi bekas pertambangan yang akan menghasilkan biodisel dengan bahan baku yang tidak berkompetisi dengan pangan.
Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) adalah tanaman yang berasal dari Filipina yang saat ini banyak tumbuh di Indonesia yang tersebar di daerah dataran rendah hingga sedang, baik di hutan maupun ditanam di sekitar perkotaan.
Tanaman kemiri sunan memiliki habitus dengan tajuk yang rindang, batang yang kokoh, dan sistem perakaran yang dalam sehingga memberikan harapan baik sebagai tanaman yang berfungsi ganda di samping sebagai tanaman konservasi untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis juga dapat menghasilkan minyak dari bijinya sebagai bahan baku biodiesel yang potensial.
Sebagai tanaman untuk konservasi lahan kritis dan bekas lahan tambang, tanaman ini mampu menahan benturan air hujan yang pada gilirannya dapat mencegah kerusakan tanah akibat erosi.
Dari sisi produktivitas minyak, kemiri sunan lebih baik dari tanaman penghasil minyak nabati lain, seperti sawit, jarak pagar atau nyamplung.
Kemiri sunan sudah mulai berbuah sejak umur 4 tahun dan mulai mencapai puncak berbuah pada umur 8 tahun. Produktivitas biji bisa berkisar 50 – 300 kg/ph/thn dengan rendeman minyak kasar sekitar 52 % dari kernel dan rendemen biodiesel mencapai 88 % dari minyak kasar, sementara sisanya berupa gliserol.
Bentuk Kemiri sunan yang berupa pohon, memudahkan dilakukannya tumpang sari dengan tanaman lain. Sementara produk-produk derivat kemiri sunan adalah bahan baku vernis, cat, bahan pengawet, tinta, sabun, briket, pupuk organik, biopestisida, resin, pelumas, kampas, serta kulit dan sisa perasan (cake) untuk dimanfaatkan sebagai biogas.
Pengembangan Kemiri Sunan di wilayah reklamasi pertambangan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai:
1. Sarana konservasi lahan untuk menghutankan kembali lahan-lahan kritis untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup
2. Sumber pasokan diversifikasi bahan baku untuk menghasilkan minyak biodiesel yang ramah lingkungan (satu hektar lahan dengan 100-150 pohon kemiri sunan dapat menghasilkan 6-8 ton biodiesel per tahun) sebagai pengganti bahan bakar minyak dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak
3. Peningkatan perekonomian masyarakat dengan terciptanya lapangan kerja dan pengembangan usaha, investasi di dalam negeri, pengembangan sektor industri hilir pertanian, serta peningkatan nilai tambah produk dalam negeri
4. Peningkatan kualitas lingkungan dengan pengurangan emisi gas rumah kaca, pengurangan tingkat polusi udara, serta membaiknya kualitas udara, kesehatan umum, dan kesejahteraan masyarakat
5. Peningkataan ketahanan energi nasional melalui penyediaan biodiesel yang berasal dari tanaman yang tidak berkompetisi dengan bahan baku makanan dan industri.
Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konseravasi Energi dan Kementerian Pertanian akan senantiasa berperan aktif dan berkomitmen dalam upaya pengembangan Kemeri Sunan di daerah bekas reklamasi pertambangan sebagai salah satu penghasil bahan bakar nabati untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dan target sesuai tahapan mandatori BBN.(Nrm)
Melansir laman Kementerian ESDM, kesepakatan kerjasama ini dilakukan pada Sabtu (14/12/2013) ini yang bertempat di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Kementerian Pertanian di Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat.
Pada acara tersebut sekaligus juga dilakukan demonstrasi pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis Biodiesel berbasis Kemiri Sunan.
Acara antara lain dihadiri Wakil Menteri ESDM dan Wakil Menteri Pertanian serta beberapa Wakil Menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu II. Turut hadir pejabat eselon satu dari beberapa Kementerian/Lembaga terkait serta direksi dari beberapa perusahan tambang khususnya tambang mineral dan batubara yang ada di Indonesia.
Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kerjasama antara Kementerian ESDM dengan Kementerian Pertanian dalam program pengembangan BBN dengan memanfaatkan lahan tambang sebagai upaya diversifikasi bahan baku biofuel dalam mendukung percepatan pengembangan BBN, khususnya program mandatori BBN.
Kemiri sunan akan dibudidayakan dengan memanfaatkan lahan bekas tambang sekaligus untuk reklamasi dan konservasi bekas pertambangan yang akan menghasilkan biodisel dengan bahan baku yang tidak berkompetisi dengan pangan.
Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) adalah tanaman yang berasal dari Filipina yang saat ini banyak tumbuh di Indonesia yang tersebar di daerah dataran rendah hingga sedang, baik di hutan maupun ditanam di sekitar perkotaan.
Tanaman kemiri sunan memiliki habitus dengan tajuk yang rindang, batang yang kokoh, dan sistem perakaran yang dalam sehingga memberikan harapan baik sebagai tanaman yang berfungsi ganda di samping sebagai tanaman konservasi untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis juga dapat menghasilkan minyak dari bijinya sebagai bahan baku biodiesel yang potensial.
Sebagai tanaman untuk konservasi lahan kritis dan bekas lahan tambang, tanaman ini mampu menahan benturan air hujan yang pada gilirannya dapat mencegah kerusakan tanah akibat erosi.
Dari sisi produktivitas minyak, kemiri sunan lebih baik dari tanaman penghasil minyak nabati lain, seperti sawit, jarak pagar atau nyamplung.
Kemiri sunan sudah mulai berbuah sejak umur 4 tahun dan mulai mencapai puncak berbuah pada umur 8 tahun. Produktivitas biji bisa berkisar 50 – 300 kg/ph/thn dengan rendeman minyak kasar sekitar 52 % dari kernel dan rendemen biodiesel mencapai 88 % dari minyak kasar, sementara sisanya berupa gliserol.
Bentuk Kemiri sunan yang berupa pohon, memudahkan dilakukannya tumpang sari dengan tanaman lain. Sementara produk-produk derivat kemiri sunan adalah bahan baku vernis, cat, bahan pengawet, tinta, sabun, briket, pupuk organik, biopestisida, resin, pelumas, kampas, serta kulit dan sisa perasan (cake) untuk dimanfaatkan sebagai biogas.
Pengembangan Kemiri Sunan di wilayah reklamasi pertambangan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai:
1. Sarana konservasi lahan untuk menghutankan kembali lahan-lahan kritis untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup
2. Sumber pasokan diversifikasi bahan baku untuk menghasilkan minyak biodiesel yang ramah lingkungan (satu hektar lahan dengan 100-150 pohon kemiri sunan dapat menghasilkan 6-8 ton biodiesel per tahun) sebagai pengganti bahan bakar minyak dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak
3. Peningkatan perekonomian masyarakat dengan terciptanya lapangan kerja dan pengembangan usaha, investasi di dalam negeri, pengembangan sektor industri hilir pertanian, serta peningkatan nilai tambah produk dalam negeri
4. Peningkatan kualitas lingkungan dengan pengurangan emisi gas rumah kaca, pengurangan tingkat polusi udara, serta membaiknya kualitas udara, kesehatan umum, dan kesejahteraan masyarakat
5. Peningkataan ketahanan energi nasional melalui penyediaan biodiesel yang berasal dari tanaman yang tidak berkompetisi dengan bahan baku makanan dan industri.
Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konseravasi Energi dan Kementerian Pertanian akan senantiasa berperan aktif dan berkomitmen dalam upaya pengembangan Kemeri Sunan di daerah bekas reklamasi pertambangan sebagai salah satu penghasil bahan bakar nabati untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dan target sesuai tahapan mandatori BBN.(Nrm)