Rendahnya harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia telah menguntungkan Singapura dan Malaysia. Lokasi yang berdekatan membuat BBM subsidi dapat mengalir dengan mudah kedua negara tetangga tersebut.
"Di Riau, ada satu daerah yang cepat habis jatah kuota BBM-nya. BBM itu dibawa pakai perahu ke Singapura dan Malaysia," ungkap Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimi saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (17/12/2013).
Untuk itu, Rinaldy meminta pemerintah mengurangi subsidi yang diberikan ke harga energi secara bertahap. Dana subsidi sebaiknya diberikan langsung ke masyarakat yang membutuhkan.
"Itu artinya subsisdi jangan ditempelkan di harga energi," katanya.
Dia menyebutkan negara lain seperti Amerika Serikat (AS), pemerintahnya telah memberikan subsidi secara langsung ke warga yang membutuhkan. Rinaldi mencontohkan, waktu dirinya sekolah ke AS, sebagai mahasiswa dia mendapat diskon sewa apartemen dan diberi kupon makan oleh pemerintah AS. Namun, dia membayar listrik, bahan bakar minyak (BBM) dan telepon dangan tarif yang sama dengan warga AS.
"Penghasilan saya sebagai mahasiswa kan kecil, jadi saya dapat subsidi langsung. Itu baru tepat," terang Rinaldy.
Berbeda dengan di Indonesia, Rinaldy menilai subsidi yang diberikan ke harga energi tidak tepat sasaran karena dinikmati oleh masyarakat mampu. "Sebenarnya subsidi bukan langkah yang salah, tapi harus diberikan ke orang yang tepat," jelasnya. (Ndw)
"Di Riau, ada satu daerah yang cepat habis jatah kuota BBM-nya. BBM itu dibawa pakai perahu ke Singapura dan Malaysia," ungkap Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimi saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (17/12/2013).
Untuk itu, Rinaldy meminta pemerintah mengurangi subsidi yang diberikan ke harga energi secara bertahap. Dana subsidi sebaiknya diberikan langsung ke masyarakat yang membutuhkan.
"Itu artinya subsisdi jangan ditempelkan di harga energi," katanya.
Dia menyebutkan negara lain seperti Amerika Serikat (AS), pemerintahnya telah memberikan subsidi secara langsung ke warga yang membutuhkan. Rinaldi mencontohkan, waktu dirinya sekolah ke AS, sebagai mahasiswa dia mendapat diskon sewa apartemen dan diberi kupon makan oleh pemerintah AS. Namun, dia membayar listrik, bahan bakar minyak (BBM) dan telepon dangan tarif yang sama dengan warga AS.
"Penghasilan saya sebagai mahasiswa kan kecil, jadi saya dapat subsidi langsung. Itu baru tepat," terang Rinaldy.
Berbeda dengan di Indonesia, Rinaldy menilai subsidi yang diberikan ke harga energi tidak tepat sasaran karena dinikmati oleh masyarakat mampu. "Sebenarnya subsidi bukan langkah yang salah, tapi harus diberikan ke orang yang tepat," jelasnya. (Ndw)