Harga pangan masih menjadi pekerjaan rumah utama dari Menteri Perdagangan (Mendag) baru, Muhammad Lutfi. Hal itu karena, gejolak harga pangan merupakan penyumbang inflasi dominan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pengamat Ekonomi, Aviliani mengatakan, harga pangan terus mengalami kenaikan, sehingga berdampak pada inflasi bulanan maupun tahunan.
"Beras memberi kontribusi inflasi sebesar 20% serta makanan dan minuman sebesar 30%. Artinya sumbangan inflasi dari pangan sendiri sebesar 50%," ucap dia dalam Seminar Kiat Pendanaan KPR Saat Bunga Tinggi di Jakarta, Rabu (12/2/2014).
Sumbangan inflasi yang cukup besar ini, menurut Aviliani, tidak akan menyusut apabila tidak ada kestabilan harga pangan. Ini yang menjadi tantangan bagi Mendag baru pengganti Gita Wirjawan.
"Tantangannya bagi Mendag baru bisa tidak nurunin harga pangan. Kalau bisa, itu jadi satu prestasi," tegasnya.
Hal senada pernah dikatakan Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti. Volatilitas harga pangan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Menteri Perdagangan. Bobot harga pangan menjadi salah satu penyebab ketidakstabilan inflasi.
Aviliani memperkirakan, inflasi tahun ini bisa lebih rendah dibandingkan 2013 sebesar 5,5%-6%. Sebab pemerintah, sambungnya, tidak akan melakukan kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) di tahun pemilu. Sedangkan realisasi inflasi pada tahun lalu menyentuh angka 8% karena ada kenaikan harga BBM.
"Inflasi memang tidak terlepas dari suku bunga acuan. Dan perkiraan saya BI tidak akan menurunkan BI rate, justru masih ada potensi kenaikan menjadi 7,5%-8% di 2014," ujarnya.
Aviliani menyebut, potensi kenaikan BI Rate tetap akan terjadi mengingat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih akan menjalankan pengurangan stimulus (tapering off). (Fik/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca juga:
Muhammad Lutfi Resmi Jadi Menteri Perdagangan
Mengapa SBY Pilih Muhammad Lutfi jadi Mendag Baru?
Empat Pesan SBY untuk Mendag Baru Muhammad Lutfi
Pengamat Ekonomi, Aviliani mengatakan, harga pangan terus mengalami kenaikan, sehingga berdampak pada inflasi bulanan maupun tahunan.
"Beras memberi kontribusi inflasi sebesar 20% serta makanan dan minuman sebesar 30%. Artinya sumbangan inflasi dari pangan sendiri sebesar 50%," ucap dia dalam Seminar Kiat Pendanaan KPR Saat Bunga Tinggi di Jakarta, Rabu (12/2/2014).
Sumbangan inflasi yang cukup besar ini, menurut Aviliani, tidak akan menyusut apabila tidak ada kestabilan harga pangan. Ini yang menjadi tantangan bagi Mendag baru pengganti Gita Wirjawan.
"Tantangannya bagi Mendag baru bisa tidak nurunin harga pangan. Kalau bisa, itu jadi satu prestasi," tegasnya.
Hal senada pernah dikatakan Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti. Volatilitas harga pangan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Menteri Perdagangan. Bobot harga pangan menjadi salah satu penyebab ketidakstabilan inflasi.
Aviliani memperkirakan, inflasi tahun ini bisa lebih rendah dibandingkan 2013 sebesar 5,5%-6%. Sebab pemerintah, sambungnya, tidak akan melakukan kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) di tahun pemilu. Sedangkan realisasi inflasi pada tahun lalu menyentuh angka 8% karena ada kenaikan harga BBM.
"Inflasi memang tidak terlepas dari suku bunga acuan. Dan perkiraan saya BI tidak akan menurunkan BI rate, justru masih ada potensi kenaikan menjadi 7,5%-8% di 2014," ujarnya.
Aviliani menyebut, potensi kenaikan BI Rate tetap akan terjadi mengingat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih akan menjalankan pengurangan stimulus (tapering off). (Fik/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca juga:
Muhammad Lutfi Resmi Jadi Menteri Perdagangan
Mengapa SBY Pilih Muhammad Lutfi jadi Mendag Baru?
Empat Pesan SBY untuk Mendag Baru Muhammad Lutfi